Senangnya Memiliki Kalian

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Moni, anak ikan salmon keluar dari cangkang telurnya bersama anak-anak ikan salmon lainnya. Mereka tidak memiliki orang tua. Moni dan teman-temannya bertahan hidup di sungai. Beberapa tahun kemudian Moni dan ikan salmon lainnya berpindah hidup di laut. Banyak hambatan yang mereka hadapi pada saat hidup di sungai dan di laut.

Lakon[sunting]

Pemeran utama cerpen ini
  1. Ikan salmon / Moni
  2. Teman-teman Moni

Lokasi[sunting]

Samudra Pasifik

Cerita Pendek[sunting]

Aku lahir di sungai[sunting]

Prak … Prak ...

“Akhirnya, Aku bisa membuka cangkang ini! Aku ingin keluar. Apakah di luar aman?” tanya Moni sambil mengintip dari balik cangkangnya.

Moni melihat banyak telur di tumpukan kerikil. Ada juga telur yang sudah hancur. Moni juga melihat ikan yang berusaha keluar dari cangkangnya. Moni mendekati gerombolan ikan yang mirip dengannya.

“Hiks … Hiks … Ayah! Ibu!” tangis beberapa anak ikan salmon.

“Kenapa Kalian menangis?” tanya Moni.

“Aku tidak menemukan ayah atau ibuku!” kata salah satu anak ikan.

“Aku juga!” jawab ikan salmon yang lain.

Moni melihat sekelilingnya. Dia menyadari bahwa tidak ada ayah atau ibu ikan salmon di sini. Semuanya hanya anak-anak ikan salmon.

“Stop dulu menangisnya!” teriak Moni.

Mereka terdiam. Moni menyarankan mereka tidak panik. Sekarang mereka harus bekerja sama karena tidak ada induk ikan salmon di sekitar mereka.

Tiba-tiba …

Kriuk … Perut Moni berbunyi.

“Teman-teman, perutku lapar. Bagaimana kalau Kita mencari makanan?” ujar Moni.

“Aku lapar juga!” sahut ikan salmon yang lain.

Moni melihat ada kerikil keci. Dia menggigitnya.

“Aduh, gigiku sakit! Ini bukan makanan!” rintih Moni.

Moni melihat benda kecil melayang. Dia mencoba menangkapnya. Moni pelan-pelan mengunyahnya.

“Nyam … Nyam … Enak! Teman-teman, makanan ini lezat. Ayo, Kita cari yang seperti ini!” ajak Moni.

“Lihat! Itu banyak!” tunjuk Moni pada plankton yang melayang.

“Serbu!!!!” teriak anak-anak ikan salmon.

Setelah peristiwa itu Moni diangkat teman-temannya sebagi pemimpin mereka. Beberapa hari kemudian anak-anak ikan salmon mencari kedua orang tuanya. Tetapi mereka tidak menemukannya. Sedih dan kecewa yang mereka rasakan. Tetapi mereka saling menguatkan. Mereka senasib, mereka tidak sendirian. Dengan berlalunya waktu, anak-anak ikan salmon menerima takdir kalau orang tua mereka sudah tiada.

Petualangan di laut[sunting]

Beberapa tahun kemudian, saat ikan-ikan salmon sedang berkumpul.

“Kita sudah susah mencari makanan, Moni!” lapor teman Moni.

“Teman-teman, bagaimana kalau Kita pindah? Kita semakin besar, makan pun semakin banyak. Sedangkan di sini persediaan makanan sudah hampir habis” usul Moni.

“Apakah tempat baru tidak berbahaya?” tanya salah satu teman ragu-ragu.

Moni menjelaskan pada teman-temannya mungkin ada bahaya di tempat baru. Tapi mereka mesti waspada. Apabila ada bahaya mereka harus bersama-sama melawan bahaya itu.

“Kita bukan anak ikan lagi tapi sudah remaja. Kita harus lebih berani!” tekad Moni.

Akhirnya teman-teman Moni setuju untuk berenang ke tempat lain. Moni memandu teman-temannya. Mereka berenang ke muara sungai. Ikan-ikan salmon sampai di laut.

“Moni, kenapa arusnya sangat kencang?” pekik temannya.

“Jangan panik! Gerakkan sirip dan ekor Kalian,” kata Moni.

Pelan-pelan teman-teman Moni bisa berenang di laut. Ternyata tempat baru ini lebih luas dibandingkan sungai tempat mereka lahir. Mereka merasa lebih leluasa berenang. Mereka sangat senang. Mereka berenang ke dalam laut kemudian muncul ke permukaan lagi. Gelaknya sangat riuh.

“Itu apa? Hitam! Semakin lama semakin dekat,” batin Moli.

“Teman-teman, selamatkan diri Kalian. Berenang sekencang mungkin! Cari tempat berlindung!” teriak Moni dengan panik.

Teman-teman Moni gugup. Mereka berusaha menyelamatkan diri. Ada yang berusaha sembunyi di balik karang. Mereka mengintip anjing laut berputar-putar di area ikan salmon berenang tadi. Kemudian anjing laut itu pergi. Ikan-ikan salmon merasa lega.

“Teman-teman, hari ini Kita beruntung. Lain kali kita mesti waspada!” kata Moni.

“Ayo, kita cari makanan! Saling kerja sama, ya! Saling melindungi!” perintah Moni.

“Siap bos!” jawab teman Moni serentak.

Rombongan ikan salmon berenang lebih jauh lagi ke tengah laut. Beberapa hari kemudian,

“La … La … La,” ikan salmon bernyanyi.

“Ini apa ya? Lucu! Lihat teman-teman, mulutku bisa masuk sedikit,” tukas salah seorang ikan salmon itu melihat jaring ikan.

“Unik bentuknya. Aku ingin coba juga,” pinta ikan salmon yang lain.

Moni mengingatkan temannya agar selalu hati-hati. Mereka tidak tahu apakah benda itu berbahaya atau tidak. Tetapi teman-temannya penasaran dengan benda baru itu. Ada banyak ikan salmon yang mencoba masuk ke dalam jaring itu. Ada yang sukses masuk, ada juga yang masih berusaha masuk.

 Uh … Uh … Kenapa susah masuk kepalaku, ya?” tanya ikan salmon yang lain.

Sret …

Jaring naik perlahan-lahan ke permukaan laut. Ikan-ikan salmon histeris. Mereka berusaha menyelamatkan diri. Ikan-ikan salmon yang masih di luar jaring berusaha mematuk jaring dengan mulutnya. Ternyata ada beberapa yang terperangkap di jaring itu. Mereka berusaha menyelamatkan diri tetapi tidak bisa. Monik dan teman-teman di laut menatap sedih temannya yang ada di jaring. Mereka terdiam lama. Mereka menyesali kekeliruan mereka. Mereka kehilangan teman-teman terbaik.

Setelah beberapa lama, Moni dan teman-temannya menyadari mereka harus ikhlas kehilangan teman-teman mereka. Saatnya mereka saling menguatkan karena mereka semua bersaudara. Mereka teman seperjuangan dari kecil. Setelah kejadian itu, ikan salmon bersikap waspada di tempat baru. Mereka belajar dari kesalahan yang lalu. Mereka yakin, sikap bersiap siaga akan membuat mereka dapat bertahan hidup.

TAMAT