Si Usil Kena Batunya
Premis
[sunting]Floki dan Piko, teman satu rumah yang jarang akur. Floki selalu usil mengejar-ngejar Piko saat dia sedang mencari makan. Suatu kali kejahilannya Floki membuatnya rugi sendiri.
Lakon
[sunting]- Floki
- Piko
- Pak Laro
Lokasi
[sunting]Halaman Rumah Pak Laro
Cerita Pendek
[sunting]Floki dan Piko
[sunting]“Si usil yang kena batunya...” kira-kira begitulah kalimat yang cocok untuk Floki. Apa yang terjadi dengan Floki? Floki adalah anak anjing milik Pak Laro. Floki dijuluki si jago makan oleh tuannya karena nafsu makannya yang luar biasa. Mulai dari nasi, kepala ikan, kepala ayam, ikan asin, buah, roti dan sebagainya masuk dilahapnya tanpa mengendus. Tak heran, tubuhnya cepat sekali besar. Warna bulunya hitam pekat dicampur warna sedikit coklat dengan motif loreng, ditambah dengan bola matanya yang hitam pula, membuat Floki tampak seram walaupun sebenarnya tidak sama sekali. Hobi Floki adalah tidur sepanjang hari. Hmm, satu lagi dia suka sekali mengejar hewan-hewan yang berjalan di sekitar rumah. Kucing tetangga sampai takut datang ke rumah kalau ada si Floki.
Sedangkan Piko adalah ayam bangkok jenis Pakoy yang dipelihara oleh Pak Laro di rumahnya. Ayam bangkok biasa dipelihara karena kekuatan dan keindahan tubuhnya. Piko sering dimandikan dan dijemur oleh Pak Laro supaya tulangnya semakin kuat dan bulunya semakin indah. Ia juga sering diberi vitamin supaya terhindar dari sakit mata ataupun tenggorokan yang terkadang dialami oleh ayam bangkok umumnya. Para peneliti menyebutnya sebagai penyakit mycoplasma Gallisepticum. Orang awam biasanya menyebutkan dengan pilek/snott/coryza.[1] Makanan Piko adalah biji jagung yang sudah digiling agak kasar. Setelah dimandikan, Piko suka sekali berdiri di atas kandangnya sambil berkokok kencang dan berulang-ulang seraya hendak menyampaikan bahwa matahari sudah memunculkan wajahnya.
Suatu ketika, pagi yang cerah disambut dengan nyanyian Piko membuat Floki yang masih asik tidur, terbangun dengan kesal.
“Kukuruyuk... kukuruyuk... kuk...kuk...kukuruyuk...., teriak Piko sambil mepanjangkan leher dengan gagahnya.
“Huft... si Piko tiap hari bikin ribut aja,” gumam Floki sambil meregangkan otot kaki dan tangan. Sebentar matanya terbuka sebelah, lalu kembali tidur pulas. Dan kembali Piko berteriak,
“Kukuruyuk... kukuruyuk...Mari kita sambut hari ini dengan senyuman, na..na..na..na...” Sepertinya hari itu Piko senang sekali.
Dengan mata yang setengah sayu, Floki berteriak ke arah Piko, “Hei, cerewet, kapan ya mulutmu bisa diam? Kayaknya tiap hari aku harus dengar suara nyanyianmu yang gak jelas itu. Mengganggu sekali!”
“Aduh, Floki. Sudah jam segini, kamu masih bermalas-malasan, bangunlah matahari sudah mulai terik.” Sahut Piko.
“Ah, untuk apa bangun, lebih baik aku menikmati tidurku di rumput halaman rumah sambil menunggu Pak Laro memberi sarapan sehat pagi ini.”
“Eh, Floki. Tugasmu adalah menjaga rumah ini bukan tidurrrr teruss....” Sahut Piko dengan bijaknya.
“Sudahlah, Piko. Jangan berisik. Aku masih mau menikmati suasana segar.” Jawab Floki sambil meninggalkan Piko dan melipat tubuhnya di keset pintu belakang rumah.
Kejar-Kejaran
[sunting]Suasana hening pagi itu, tiba-tiba sirna dengan suara kucing tetangga, “meong...meong... meong... maaf mengganggu kawan-kawan, saya hanya ingin lewat.”
Mendengar suara itu, Floki tersentak bangun dan berlari mengejar kucing tetangga, ia berlari sambil menggonggong.
“Berkali-kali aku bilang, jangan lewat dari rumah ini, pergi sana, hayo..hayo... sini kuterkam kamu,” katanya sambil mengejar kucing itu.
Kucing itu segera melompat keluar pagar besi. Tidak lama kemudian, datang juga ayam tetangga di kebun belakang. Suara kaki ayam tersebut yang mengais-ngais tumpukan sampah di belakang memalingkan perhatian Floki. Sentak saja, dia berputar arah dan sekarang justru mengejar ayam tersebut. Ayam yang tersadar bahwa Floki sudah mendekatinya, langsung terbang ke sembarang arah. Kabur ketakutan. Tak lama datang lagi, anjing tetangga yang niatnya hanya bertamu ke rumah, tetapi Floki juga mengejarnya hingga anjing itu kabur sambil menggelengkan kepalanya. Dasar, Floki si usil. Begitulah kerjanya setiap hari.
Tiba-tiba, datanglah Pak Laro memberi makan Floki. Dia memanggil, “Floki...Floki....!” Dengan sigap, ia berlari menggoyang-goyangkan ekornya kegirangan. Piko pun ribut di kandang, berkokok terus menerus seolah ingin mengadukan ulahnya Floki pagi ini. Tak lama berselang, giliran Piko yang diberi gilingan jagung untuk sarapan seperti biasanya. Lalu, Pak Laro mengeluarkan Piko dari kandang untuk dijemur. Hari itu, Piko dilepas supaya lebih bebas menggerakkan badannya. Pak Laro mengelus-ngelus bulu badan Piko seraya senyum dengan bangganya.
Melihat itu, Floki menggonggong sinis seperti cemburu dengan Piko. Lalu, dia menghampiri Pak Laro meminta perhatiannya juga. Pak Laro menggendongnya dan duduk bergurau di pintu belakang. Tiba-tiba, Floki melihat Piko datang mendekati mereka. Seolah tak ingin diganggu, ia segera menggonggong lagi. Tetapi Piko tetap mendekat, dan berkata,
“Aku hanya ingin mencari makanan di sekitar halaman ini, santai bro.” Gurau Piko.
Tetap saja, Floki yang usil langsung berlari mengejar dia. Pak Laro memperingatkan, “Floki, sini! Floki tidak menghiraukan panggilan Pak Laro dan tetap mengejar Piko. Namun, Piko pun tak mau kalah, dia lihai menghindari kejaran Floki. Floki yang tidak kunjung dapat mangsanya, semakin kencang berlari mengejar Piko.
Kena "Batu"nya
[sunting]Mereka berlari ke kiri, kanan, belakang kandang, putar balik ke halaman depan, lalu kejar-kejaran ke semak pohon singkong di belakang murah dan terus begitu sampai beberapa menit. Terlihat Floki sudah menjulurkan lidahnya tanpa ia kelelahan, namun Piko tampaknya masih kuat melanjutnya gerilyanya.
“Ayo, anjing pintar... katanya badanmu besar, kejar aku kalau berani. Hmm, atau sepertinya kamu sudah lelah ya.” Gurau Piko.
Tak senang ditantang begitu, Floki kembali mencoba mengejar Piko. Terus berlari dan berlari ke sana kemari. Tak kehabisan akal, Piko terus berlari ke belakang dan sesampainya di dekat kolam pembuangan air, ia terbang dengan lihainya. Sangking bersemangatnya, Floki melihat Piko terbang, dia melompat sekuat tenaga berharap dapat menerkam Piko di udara.
Tiba-tiba, “byurrr....” Floki terpeleset di tepi kolam dan terperosok ke dalam kolam pembuangan itu. Kakinya tak sampai ke pinggir kolam, ia bercebur dan berlumuran lumpur di kolam itu. Floki yang terlanjur basah, hanya bisa pasrah dan berteriak ke tuannya meminta bantuan.
“Hahahaha, kan’ jadi kena batunya, makanya jangan usil,” Kata Piko sambil mengepak sayapnya tanda menang dari permainan marathon mereka berdua.
Mendengar suara Floki, Pak Laro segera menolongnya dan berkata, “makanya jangan suka mengejar teman sendiri. Kalian satu rumah kok gak akur toh...” ledek Pak Laro.
Akhirnya, Floki yang sudah diselimuti lumpur di seluruh badannya, segera dimandikan dan Piko pun hanya bisa memandanginya dengan kasihan.
Tamat.