Siapa Kentut?

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Seluruh murid kelas 6 SD Panutan Kita sedang menyimak pelajaran IPA namun terganggu oleh bau kentut yang sangat dahsyat. Untunglah mereka menemukan solusi atas permasalahan tersebut dan dapat kembali belajar dengan baik.

Lakon[sunting]

  • Pak Tino, guru IPA yang ramah dan humoris, sangat disenangi oleh semua murid.
  • Tini, salah satu murid yang duduk di baris paling belakang.
  • Anto, salah satu murid yang duduk di baris paling depan.
  • Agus, murid berkacamata yang pintar, langganan juara kelas dan juara olimpiade sains.

Lokasi[sunting]

Ruang kelas 6 SD Panutan Kita.

Peringatan[sunting]

SD Panutan Kita dan semua tokoh adalah fiktif. Jika ada kesesuaian dengan lokasi dan tokoh yang sebenarnya, maka hal itu bukanlah suatu kesengajaan.

Bionarasi Penulis[sunting]

Mimo Saraswati adalah seorang penulis pemula yang memiliki ketertarikan khusus pada dunia parenting, pendidikan, dan anak-anak. Bergabung dalam komunitas penulis pemula yang dinamai Koliska, dia aktif menulis cerpen-cerpen ringan yang inspiratif untuk diterbitkan dalam buku-buku antologi komunitas tersebut.

Kini dia juga sedang aktif terlibat dalam komunitas penulis buku anak dan rajin mengikuti lokakarya-lokakarya kepenulisan untuk meningkatkan keterampilan menulisnya.

Cerita Pendek[sunting]

Suasana kelas 6 SD Panutan Kita mendadak gaduh. Semua anak tampak menutup hidung dengan dahi berkerut. Kepala mereka menoleh kesana kemari dengan resah karena bau kentut dahsyat yang tiba-tiba menyebar entah dari siapa.


Saat itu sedang berlangsung pelajaran IPA. Pak Tino, guru IPA, adalah seorang yang ramah dan humoris. Semua murid senang kepadanya. Saat itu beliau sedang mengajarkan materi tentang sistem pernafasan dan tampaknya tak menyadari adanya gangguan itu.


"Ada apa, Anak-anak? Kok kasak-kusuk semua?" tanya beliau.


"Ada yang kentut, Pak", jawab Tini yang duduk di baris paling belakang. Beberapa anak tampak pura-pura pingsan akibat terkena gas beracun. Anak-anak lain jadi cekikikan karenanya.


"Waduh!" seru Pak Guru. "Bapak kok tidak merasa ada bau kentut ya?"


"Jangan-jangan Bapak kena anosmia," ujar Anto dari baris paling depan, disambut tawa seluruh kelas. Anosmia merupakan salah satu gejala COVID yaitu hilangnya kemampuan membau dan merasa.


"Tidak mungkin... Bapak sehat begini kok." Pak Tino menjawab sambil meraba dahinya sendiri.


Setelah beberapa saat, bau itu hilang dan suasana kelas tenang kembali. Pak Guru pun mulai mengajar lagi di depan kelas.


Tapi ketenangan itu rupanya tak berlangsung lama. Bau kentut yang sama merebak untuk kedua kalinya. Beberapa anak terbatuk dan murid-murid yang duduk di dekat jendela dengan sigap berinisiatif membuka jendela kelas, meskipun ruangan itu dilengkapi dengan pendingin ruangan.


"Loh, kenapa? Bau lagi?" tanya Pak Guru sambil menepuk jidat.


"Iya Pak," jawab Tini. Suaranya tidak jelas karena dia berbicara sambil membekap hidung dan mulutnya sendiri.


"Baunya sampai ke baris belakang berarti pelakunya pasti duduk di sekitar situ," Anto mencoba mengambil kesimpulan.


Mendengar itu, Tini dan teman-teman yang duduk di belakang merasa tidak terima.


"Enak saja! Kalau kami pelakunya, tentu kalian yang duduk di bangku paling depan tidak bisa tercium karena AC-nya kan ada di depan kelas." Tini mendebat dengan cerdas. Pendingin ruangan di kelas itu memang terletak persis di atas papan tulis.


"Benar! Karena AC bertiup dari arah depan, bau kentut ini pasti berasal dari barisan depan dan terbawa angin AC ke belakang," tambah Agus si Juara Kelas dan juara olimpiade sains. Beberapa murid manggut-manggut paham.


"Tapi di bangku depan juga sangat tercium baunya. Padahal arah kentut dan arah angin AC bertiup menuju ke belakang. Tidak mungkin kami pelakunya, kan?" balas Anto tak mau kalah.


Perdebatan kubu depan dan belakang terasa memanas. Masing-masing tak ada yang mau dituduh kentut, tentunya.


"Kalau di baris paling depan juga tercium tapi Pak Guru tidak, berarti cuma ada satu kemungkinan," kata Agus lagi sambil menunduk, membetulkan letak kacamatanya. Semua anak langsung menoleh ke arah Pak Tino.


Guru mereka yang sejak tadi diam saja menyaksikan perdebatan itu, tiba-tiba terkekeh. Beliau lalu menekan tombol untuk mematikan pendingin ruangan.


"Nah dengan begini, pasti aman. Tidak usah pakai sirkulasi AC, buka jendela saja ya," kata Pak Tino.


"Maaf Anak-anak, tadi malam Bapak terlalu banyak makan bawang. Akibatnya, pagi ini jadi kentut-kentut terus," akunya.


Seisi kelas langsung riuh penuh tawa dan tepuk tangan mendengar pengakuan Pak Tino. Beliau tampak agak tersipu, tapi juga senang dengan kecerdasan murid-muridnya.


"Sebenarnya tadi Bapak sengaja melakukan itu untuk mengajarkan materi tentang sirkulasi udara. Tapi tampaknya kalian semua sudah pintar-pintar," candanya disambut tawa murid-murid.


Pelajaran IPA pun dilanjutkan dengan suasana gembira. Dan tentunya, sudah tidak terganggu oleh bau kentut lagi.