Solving Dungeon

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Penulis[sunting]

Nama        : Muhammad Syifaul Qolbi

Instagram : @m.syifaul.q

Email         : m.syifaulqolbi1005@gmail.com

Sinopsis[sunting]

Randi, anak laki-laki berusia 13 tahun tiba-tiba terjebak di dalam sebuah Ruangan Bawah Tanah yang gelap dan penuh dengan skeleton yang lengkap dengan baju zirah. Dibantu oleh teman sekelasnya yang juga terjebak di sana bernama Sena. Sena mengetahui mengetahui cara mengalahkan para skeleton yaitu dengan mengucapkan jawaban dari soal matematika yang tertulis di baju zirah skeleton tersebut. Bekerja sama, mereka berusaha mencari jalan keluar untuk pulang. Bagaimana petualangan mereka menghadapi segala rintangan yang ada untuk keluar dari Ruangan Bawah Tanah ini?

Tokoh[sunting]

Randi
Sena
Pasukan Skeleton (jerangkong atau kerangka)


Lokasi[sunting]

Dungeon (Ruangan Bawah Tanah)

Cerita Pendek[sunting]

Terjebak[sunting]

“Ahhh… aku… di mana…?”

Randi dengan lemah terbangun dari tidur telungkupnya di tempat yang sangat gelap dan menakutkan. Randi berputar mengelilingi tempat itu dengan kebingungan bahwa bagaimana ia bisa berada di tempat ini. Randi juga hampir tidak bisa melihat di tempat yang sangat gelap gulita.

Namun, tiba-tiba muncullah sebuah cahaya dari belakang Randi. Randi yang hampir tak dapat melihat sekitar ruangan akhirnya bisa melihat jelas Ruangan Bawah Tanah kuno yang dipenuhi dengan sel penjara yang banyak di sisi kanan dan kiri ruangan. Randi pun lega karena mengira ada orang lain juga di sini. Namun, ketika Randi menolehkan wajahnya ke belakang untuk melihat sumber cahaya tersebut, ternyata…..

“Grrahhhh…….”

Ternyata itu adalah sekumpulan pasukan skeleton berbaju zirah bertuliskan angka-angka dan rumus-rumus matematika dengan membawa senjata dan obor. Randi yang sangat ketakutan akan kehadiran mereka yang sangat mengintimidasi, membuat Randi lari dengan sangat kencang untuk kabur dari mereka. Saat Randi sedang lari menghindari mereka, Randi mendengar suara-suara kaki skeleton yang sedang mengejar Randi. Ruangan demi ruangan di lewati Randi, sampai akhirnya Randi masuk ke Gudang Persenjataan.

Randi menutup dan mengunci pintunya. Randi juga mendorong sebuah meja untuk membantu menghadang skeleton untuk masuk. Tiba-tiba suara dobrakan terdengar dari luar membuat Randi panik dan ketakutan. Ketika para skeleton itu sedang mendobrak pintu, Randi berkeliling di ruangan tersebut mencari tempat yang tepat untuk bersembunyi.

Beberapa detik kemudian, para skeleton itu pun berhasil mendobrak pintu, tetapi ketika mereka melihat ke dalam ruangan tersebut, mereka tidak melihat adanya Randi di sana. Para skeleton itu pun curiga dan masuk ke Gudang Persenjataan untuk mencari Randi di dalam sana, sedangkan Randi bersembunyi di sela-sela belakang lemari yang penuh dengan debu dan kotoran. Para skeleton itu berkeliling mencari Randi. Randi yang sangat panik dan ketakutan di tempat yang sangat sempit itu, sampai-sampai Randi tidak sengaja menginjak pecahan kaca. Mendengar suara aneh dari lemari, para skeleton itu menghampiri lemari itu pelan-pelan. Randi makin panik dan membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Ketika pasukan skeleton itu hampir mendekati keberadaan Randi, tiba-tiba Randi mendengar teriakan dari seorang gadis.

Gadis Misterius[sunting]

“Heiiiiii….”, sorak dari seorang gadis misterius.

Skeleton-skeleton itu berhenti menghampiri Randi dan sepertinya melihat ke arah gadis tersebut.

“144, 2/5, 253”

Randi mendengar gadis itu menyebutkan bilangan-bilangan yang membuat ia keheranan. Setelah itu, Randi melihat sebuah cahaya hijau dan mendengar suara kerangka-kerangka berjatuhan. Randi penasaran dengan apa yang terjadi dan keluar dari tempat persembunyiannya. Randi terkejut melihat kerangka-kerangka yang berserakan di lantai. Randi kemudian melihat ke arah depan karena ingin tahu siapa yang telah menyelamatkannya dan ternyata gadis misterius tersebut adalah teman sekelasnya Randi, namanya Sena.

“Randi?”, seru Sena.

“Sena? Ternyata itu kau? Kenapa kau juga ada di sini? Apa yang sedang terjadi? B- ba- ba- bagaima-” ,tanya Randi dengan kebingungan

“Hei, tidak ada waktu, kita harus bergegas, aku akan menjelaskannya di perjalanan.”, jawab Sena

“Tunggu, mungkin ada beberapa barang berguna yang bisa kita bawa di ruangan ini. Ada banyak senjata dan barang-barang keren di sini.”, ujar Randi sambil membuka lemari yang ia gunakan untuk sembunyi tadi dan sekarang Randi jadi lebih tenang karena ada orang lain yang ada di sisinya.

“Ayo cepatlah sebelum monster yang lain datang”, ujar Sena yang terburu-buru

“Monster itu sebenarnya adalah skeleton. Skeleton biasanya muncul di video game RPG yang sering aku mainkan. Sebentar, aku sepertinya menemukan sebuah gelang ajaib seperti yang ada di video game. Aku penasaran apa yang terjadi jika aku menggunakan ini.”, ujar Randi sambil mengenakan gelang itu ke tangannya.

Ketika Randi mengenakan gelang itu, tiba-tiba aura petir menyellimuti dirinya dan seakan-akan memperkuat Randi. Kedua tangan Randi yang tadinya kosong, sekarang memegang sebuah pedang dan perisai yang terbuat dari energi gelang tersebut. Randi sangat takjub dan terkesan akan kekuatan yang ia dapatkan. Karena hal tersebut, Randi menawarkan gelang yang lain ke Sena karena ia tadi menemukan dua gelang.

“Kau melihatnya, itu keren sekali. Kau harus memakai ini, aku menemukan dua gelang tadi. Satu untukku dan satu untukmu.”, ujar Randi dengan sangat antusias menawarkan gelang yang lain untuk digunakan Sena.

“Ehhh, ehhh, ii.. iyaa”, jawab Sena dengan tingkah lakunya yang aneh seakan-akan gugup.

Sena pun memakai gelang tersebut. Berbeda dengan Randi, gelang tersebut tidak memberi Sena senjata seperti Randi, melainkan hanya buku dan pena. Randi agak kecewa karena yang muncul dari gelang Sena hanya benda yang sama sekali tidak bisa digunakan untuk bertahan hidup. Namun, Sena malah senang dan gembira. Randi pun kebingungan mengapa Sena merasa senang. Randi tahu kalau Sena adalah anak kutu buku yang sangat jenius tetapi buku dan pena di situasi saat ini bukanlah pilihan yang tepat.

Sena menjelaskan ke Randi mengapa dia sangat senang mendapatkan buku dan pena. Bukan hanya karena dia kutu buku, tetapi buku dan pena ini juga sangat berguna untuk melawan pasukan skeleton tersebut. Randi malah tambah kebingungan dengan pernyataan Sena bahwa dia bisa mengalahkan skeleton dengan hanya menggunakan buku dan pena. Randi bertanya ke Sena bagaimana caranya dia mengalahkan skeleton itu hanya menggunakan buku dan pena, tetapi Sena menjawab kalau dia akan memberitahu Randi semuanya di perjalanan dan harus segera bergegas untuk keluar dari sini. Mereka pun pergi mencari jalan keluar.

Perjalanan Mencari Jalan Keluar[sunting]

“Mengapa kita harus buru-buru? Kita kan udah punya senjata untuk melawan mereka?”, tanya Randi setelah keluar dari Gudang Persenjataan.

“Sebenarnya aku memiliki firasat yang buruk kalau tempat ini akan runtuh. Saat aku pertama kali terbangun di salah satu ruangan di tempat ini. Aku melihat sebuah jam pasir yang sangat besar. Aku melihat di bawah jam pasir tersebut ada sebuah papan bertuliskan collapse time. Collapse dalam bahasa Inggris berarti runtuh dan time artinya waktu. Aku mengasumsikan bahwa tempat ini akan runtuh setelah jam pasir tersebut habis. Setelah melihat pasir tersebut terus berjatuhan tanpa henti, aku pun langsung pergi dan mencari jalan keluar di labirin yang sangat rumit ini sebelum tempat ini runtuh.”, jawab Sena sambil mereka berjalan mencari jalan keluar.

“Ohhhh. Aku masih bingung bagaimana kau mengalahkan skeleton dengan hanya menggunakan buku dan pena serta bagaimana kau mengalahkan skeleton yang ingin menangkapku?”, tanya Randi.

“Apakah kau gak lihat ada sebuah soal matematika di baju besi nya?”, tanya Sena dengan tersenyum sinis.

“hmm, iiiiiiya, hmm, gak, kayaknya aku gak merhatiin deh. Memang kenapa dengan soal di armor skeleton itu? Apa jangan-jangan…”, tanya Randi dengan menggaruk kepalanya karena heran.

“Yap! Kita harus menyelesaikan dan menjawab soal-soal tersebut, makanya aku tadi menyebutkan angka dan bilangan yang sebenarnya adalah jawaban dari soal-soal yang ada di baju dari monster tersebut dan soal-soalnya juga terbilang cukup mudah. Sebenarnya aku sudah berjumpa dengan satu monster sebelum bertemu denganmu. Dengan kecerdasanku, aku menganalisa kalau soal tersebut mungkin adalah sebuah petunjuk. Aku langsung menyebutkan jawabannya dan monster itu lenyap.” Jawab Sena dengan tersenyum.

Setelah mendengar penjelasan Sena tentang cara mengalahkan skeleton-skeleton itu, Randi jadi terkesan dengan Sena yang bisa mengetahui kelemahan skeleton hanya dengan pertemuan pertamanya dengan makhluk menyeramkan itu. Berbeda dengan Randi yang lari dari kejaran skeleton, Randi juga tidak terpikirkan untuk menjawab soal-soal tersebut karena panik dan ketakutan.

Setelah itu, Randi pun menunduk dan merenung. Dia tidak ingin menjadi seorang beban untuk Sena karena dirinya kurang pintar matematika. Randi terus memikirkan bagaimana dirinya bisa berguna untuk Sena. Suasana pun perlahan menjadi canggung dan sunyi. Mereka berdua berjalan menyusuri Ruangan Bawah Tanah yang tidak ada habisnya. Setelah sekian lama berjalan sambil merenung, akhirnya Randi sudah menemukan solusi untuk bisa berguna bagi Sena.

Randi pun memulai pembicaraan kembali dan mencoba meyakinkan Sena kalau dirinya tidak ingin menjadi beban dan ia memberitahu ke Sena kalau ia akan menjaga dan melindungi Sena di depan. Dengan pedang dan perisai dari gelang ajaib, Randi dengan percaya diri memberitahu Sena, kalau ia akan mengulur waktu untuknya agar Sena bisa menghitung tanpa keraguan dan ketakutan akan penyerangan dari pasukan skeleton. Karena pernyataan Randi tersebut membuat wajah Sena jadi memerah dan tersipu malu.

“Kenapa? Ada yang salah?”, tanya Randi setelah melihat reaksi Sena.

“Gak. Gak ada apa-apa.”, jawab Sena sambil menoleh ke samping dengan tersipu malu.

“Aku juga ingin berterima kasih. Karena mu aku bisa memiliki buku dan pena untuk corat-coret jika ada soal yang sulit.”, lanjut Sena.

“Sama-sama. Hmmm, aku boleh tanya gak? Bagaimana kamu bisa menyukai matematika padahal itu adalah pelajaran yang paling di benci oleh teman-teman?”, tanya Randi dengan keheranan.

Sena kemudian menjawab dengan sangat antusias. Dia sangat menyukai matematika dari sejak dia masih kecil karena seperti menyelesaikan sebuah puzzle. Karena itulah matematika sangat mudah dan menyenangkan baginya karena itu seperti permainan puzzle. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki teks yang sangat banyak ketika ada ujian, matematika justru memiliki soal dengan sedikit bacaan dan hanya ada bongkahan puzzle yang perlu di selesaikan, hanya perlu menghafal beberapa rumus untuk menyambung bongkahan puzzle menjadi satu puzzle yang utuh.

Randi jadi sangat takjub kepada Sena karena alasannya menyukai matematika. Karena hal itulah membuat pandangan Randi ke matematika jadi berubah karena dia juga suka permainan video. Setelah itu, dia merasa ingin mendalami lebih dalam tentang matematika setelah ia keluar dari sini dan menjadikan matematika pelajaran favoritnya layaknya permainan video.

Peta[sunting]


Beberapa saat kemudian, tiba-tiba tempat itu terguncang sebentar membuat Randi dan Sena panik. Sepertinya waktu yang mereka miliki tinggal sedikit. Mereka kebingungan karena dari tadi mereka hanya berputar mengelilingi Ruangan Bawah Tanah dan melawan beberapa pasukan skeleton tanpa tahu arah mana yang harus mereka lewati. Mereka pun mulai putus asa akan hal ini.

“Andai saja jika ada peta di sini. Mungkin kita akan bisa lebih cepat menemukan jalan keluar dari sini”, ujar Randi dengan perasaan kesal.

Setelah itu, Randi menyadari sesuatu kalau buku yang di bawa Sena kemungkinan bukan hanya sembarang buku untuk corat-coret. Ia juga menyadari kalau penghuni Ruangan Bawah Tanah ini juga memakai bahasa Inggris karena ia ingat Sena mengatakan nama jam pasir tersebut dengan bahasa Inggris. Karena ia mengetahui bahasa Inggrisnya peta dari permainan video yang sering ia mainkan. Randi menyuruh Sena untuk menulis ‘MAP’ di buku tersebut.

Setelah ditulis, ternyata peta pun muncul di halaman buku tersebut. Peta tersebut menunjukkan jalan keluar dan posisi mereka saat ini. Dan untungnya, jarak antara mereka dengan jalan keluar ternyata cukup dekat. Mereka akhirnya segera bergegas pergi ke sana.

Jalan Keluar[sunting]

Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya mereka sampai ke aula dengan lantai berbentuk lingkaran yang sangat besar. Mereka melihat sebuah portal berwarna putih di depan. Portal yang sangat putih dan bercahaya itu seolah-olah menunjukkan jalan keluar untuk mereka pulang. Mereka berdua sangat senang karena sudah menemukan jalan keluar untuk mereka pulang.

Sebuah kejadian yang tak terduga kemudian terjadi. Mereka dikejutkan dengan ratusan pasukan skeleton di belakang mereka dan juga terjadi guncangan yang sangat dahsyat seakan-akan tempat ini akan runtuh. Batu-batu mulai berjatuhan dari atas membuat Sena hampir tertimpa. Karena waktu mereka tidak banyak, Randi pun menggandeng tangan Sena dan lari menuju ke portal sambil menghindari bebatuan yang jatuh. Ketika Randi memasuki portal, semua nya tampak putih dan silau, dan seketika Randi terbangun dari tidurnya di meja belajar.

Setelah mimpi aneh tersebut, Randi hanya kebingungan dan hanya memandang PR Matematika nya yang belum selesai. Randi yang sangat mengantuk akhirnya berniat menyalin jawabannya Sena besok pagi di sekolah dan memutuskan untuk tidur. Ketika membaringkan tubuhnya ke kasur, tiba-tiba Randi memikirkan Sena. Randi kemudian teringat oleh kata-kata Sena di mimpi tadi tentang alasannya menyukai matematika. Randi pun mengurungkan niatnya menyontek PR Sena dan ia memutuskan untuk mengerjakan PR nya sendiri besok pagi di sekolah.

Epilog[sunting]

“Ehhhh, ehhhhh, kenapa? Ada apa? Mimpi apa tadi? Dia menggandeng tangan ku? Hahhhhhhh?”, ujar Sena dalam hati dengan wajah yang tersipu malu.

TAMAT