Spatium

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Kak Rina mengajarkan tentang ruang angkasa kepada anak-anak di bantaran sungai Jakarta.

Lakon[sunting]

  1. Kak Rina
  2. Adit
  3. Ali
  4. Awa
  5. Ami
  6. Mahmud
  7. Anak-anak

Lokasi[sunting]

Jakarta

Bantaran Sungai Ciliwung

Cerita Pendek[sunting]

Di sebuah bangunan reyot di bantaran sungai Jakarta, terdengar hiruk-pikuk suara anak-anak. Dengan baju basah oleh keringat, mereka bergerombol sambil berdesak-desakan. Tetes keringat turun dengan deras menimbulkan bulir-bulir di pelipis mereka. Apalagi, ventilasi udara yang berdebu membuat udara terasa lebih pengap. Cuaca panas Kota Jakarta serasa mencekik. Walaupun begitu, mereka tetap antusias mendengar cerita Kak Rina.

“Anak-anak ada yang tahu soal luar angkasa?” tanya Kak Rina antusias.

Anak-anak berbisik heboh.

“Luar angkasa?”

“Itu apaan ya,”

“Iya, aku juga baru denger,”

“Yang aku tahu cuma luar negeri sama luar kota. Itu loh yang suka dilakuin sama orang kaya. Kalo luar angkasa itu apa ya?”

Kak Rina tertawa mendengar seruan anak-anak di bantaran Sungai Ciliwung. Mereka masih heboh menyanggah opini satu sama lain. Ada yang bilang luar angkasa nama orang, ada yang bilang itu nama daerah, nama kota, bahkan nama negara.

Kak Rina yang berdiri tegap di depan ruangan menyita perhatian anak-anak yang adi asyik berceloteh.

“Luar angkasa itu ruangan luas di luar Planet Bumi,” jelasnya, membuat dahi anak-anak mengerut tidak mengerti. Kak Rina tersenyum maklum. Dia merogoh tas ranselnya mengeluarkan sebuah poster, kemudian dia tempelkan di dinding.

“Nah, anak-anak ini namanya luar angkasa. Luar angkasa itu ruangan yang luas banget adanya di luar Planet Bumi. Kalo di ruang angkasa kita bisa ngelihat galaksi, bintang, nebula dan planet,”

Penjelasan Kak Rina masih menjadi tanda tanya besar untuk mereka. Kerutan di dahi mereka jadi lebih menukik terlihat sekali mereka sedang berpikir keras.

“Kayak langit ya,” bisik Adit.

“Tapi kok langit ada gangsingnya?”

“Iya, ya, yang itu kayak bintang,”

“Kok bisa ada ruangan kayak gitu, Kak? Mana item semua,” tanya Ali.  

“Itu langitnya malem kali,” timpal seorang anak.

Kak Rina yang senang berseru riang, “Wah bagus-bagus ya pertanyaan kalian! Oke nanti kita bahas satu-satu ya. Sekarang kalian fokus dulu untuk lihat gambar-gambar di depan. Kalian siap?”

“Siap!!!” jawab mereka semangat. Kak Rina tertawa pelan melihat semangat anak-anak yang tinggi. Bahkan ada anak yang sampai terlonjak kaget saking serempaknya suara mereka. Reaksi seperti ini membuat Kak Rina mengeluarkan beberapa poster lagi.

Big Bang

“Kita bahas dari pertanyaan Adit dulu ya, kok bisa ada ruangan seluas itu? Itu karena ada ledakan dahsyat di alam semesta, namanya ledakan Big Bang. Nah, ledakan ini terjadi karena ada bola yang sangat panas dan padat, lalu mengembang dengan cepat, sehingga dia meledak. Oke, sampai sini ada yang pusing?” tanya Kak Rina. Sebagai jawaban anak-anak terdiam sambil menatap satu sama lain. Kak Rina yang membaca gerak-gerik bingung anak-anak pun mengangguk takzim.

“Sederhananya gini, kalau kita tiup balon sampai meletus, artinya udara yang ada di dalam balon itu terlalu banyak, sehingga kulit balon akan menipis karena tidak dapat menahan tekanan udara yang terlalu banyak. Nah, kasus balon meletus ini mirip kayak ledakan Big Bang. Bedanya kalau ledakan Big Bang akan menghasilkan galaksi, bintang, planet, dan lain sebagainya. Sedangkan kalau balon meledak akan menghasilkan?”

“SUARA DOR,” jawab mereka heboh membuat Kak RIna terkekeh pelan.

“Sekarang, coba kalian lihat batu-batu yang ada di sekitar ledakan, kira-kira ini apa?” tanya Kak Rina. Dia ingin tahu apakah anak-anak mendengarkan penjelasannya dengan baik atau tidak karena dia sudah menyebutkan beberapa petunjuk.

Sebagai respon Adit dan Ali pun mengangkat tangan tinggi-tinggi. Alhasil Kak Rina menyuruh mereka untuk menjawab serempak.

“Galaksi,” kata Ali.

“Bintang,” kata Adit.

Jawaban mereka mendapat tepuk tangan dari Kak Rina di ikuti oleh anak-anak yang lain.

“Terima kasih jawabannya Ali dan Adit. Bener banget, batu-batu yang mental ini akan berubah menjadi galaksi, planet, bintang, Matahari, dan sebagainya. Nah, untuk hari ini kita akan membahas tentang galaksi dan tata surya. Fokus ya!” seru Kak Rina.

“OKE!” jawab mereka serempak.  

Galaksi Andromeda
Galaksi Black Eye
Galaksi Milky Way atau Bima Sakti

“Oke, kita akan bahas soal galaksi. Aku mau kasih tau beberapa galaksi di alam semesta. Ini Galaksi Andromeda, yang ini Galaksi Black Eye, dan yang satu ini adalah Galaksi Bima Sakti atau nama kerennya Milky Way. Nah karena kita tinggal di bumi itu artinya kita ada di dalam Galaksi Bima Sakti. Sampai sini ada yang mau ditanya?” tanya Kak Rina.

Seseorang pun mengangkat tangan.

“Ya Awa,”

“Tapi, Kak, galaksi itu apa?”

“Pertanyaan yang bagus Awa. Simpelnya galaksi itu tempat di mana tata surya kita berada. Intinya sih tempat di mana benda langit kayak bintang, awan, matahari, dan bulan berada,” jelas Kak Rina membuat anak-anak mengangguk paham.

“Emangnya ada berapa galaksi di luar angkasa?” tanya Ami.

“Aku juga enggak tau seberapa banyak, tapi aku pernah baca galaksi itu miliyaran loh! Pokoknya banyakan galaksi dari pada penduduk Indonesia,” jawaban Kak Rina membuat Ami dan anak-anak yang lain terperanjat.

“Wah banyak banget! Kalo itu duit sekaya apa ya?” gumam Mahmud membuat seisi kelas tertawa.

“Kalian tau enggak, kenapa namanya Galaksi Bima Sakti atau Milky Way?”

Anak-anak refleks menggeleng. Kak Rina minum sebentar menetralkan tenggorokannya yang kering.

Milky Way atau Galaksi Bima Sakti
Galaksi Black Eye

“Oke, nama umum yang dipake sama seluruh orang di dunia itu Milky Way. Artinya ‘jalan susu’. Kok gitu? Coba kalian perhatiin di sisi galaksi, ada putih-putih yang muter gitu, kan? Nah, dulu orang Romawi namain Milky Way soalnya mirip sama susu. Bedakan sama Black Eye atau Mata Hitam, di namain Black Eye karena pinggirannya warna hitam dan bentuknya kayak mata. Sedangkan kalau di Indonesia, galaksi kita ini sering di panggil Galaksi Bima Sakti yang namanya diambil dari pewayangan Jawa,” penjelasan Kak Rina membuat anak-anak menganggukkan kepalanya mengerti.

“Sekarang kita akan ngebahas soal tata surya. Aku yakin di sekolah kalian udah pernah belajar, kan?”

“Belajar sih, Kak, tapi ngantuk,”

“Iya, belajar tapi tetep gak masuk,”

Kak Rina terkekeh mendengar jawaban mereka.

“Oke, sekarang kalian harus fokus, ya. Pokoknya kalau aku kecepetan ngejelasinnya tanya aja, oke?” mereka mengangguk, “Siap ya?” tanya Kak Rina memastikan. Anak-anak berseru heboh tanda kalau mereka siap.  

Tata Surya

“Ini namanya Tata Surya. Di dalam Tata surya kita ada Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.  Kita akan bahas satu-satu. Kita akan mulai dari Matahari. Kira-kira apa sih itu Matahari?” tanya Kak Rina sok penasaran.

“Panas, Kak,”

“Bintang yang paling besar,”

“Kayak ibunya planet soalnya dia paling besar,”

Tata Surya dan Orbit

“Pinter ya, kalian semua. Betul, Matahari adalah bintang yang paling panas di tata surya kita. Dia juga adalah pusat dari tata surya. Nah, karena Matahari pusat tata surya, jadi semua planet bergerak mengelilingi Matahari. Kalian bisa liat garis-garis yang melengkung ini? Itu namanya orbit. Jadi, setiap planet punya jalur lintasannya masing-masing. Selanjutnya ada Planet Merkurius. Planet ini adalah planet yang paling dekat dengan matahari dan planet paling kecil. Di samping Planet Merkurius ada Venus ini planet paling panas di tata surya kita. Ayo, kira-kira planet yang ketiga ini planet apa?”

“BUMI!!!”

“Betul, pinter semuanya. Iya selanjutnya ada Planet Bumi. Planet ini adalah tempat di mana kita semua tinggal dan satu-satunya planet yang bisa ditinggali baik sama manusia maupun makhluk hidup yang lain. Selanjutnya ada Planet Mars. Nah planet ini mirip loh sama Planet Bumi. Beberapa penelitian juga sedang meniliti soal kemungkinan manusia bisa hidup atau engak di mars. Selanjutnya ada planet yang paling besar di tata surya kita yaitu Planet Jupiter. Lalu ada planet yang punya cincin yaitu Planet Saturnus. Dan ada Planet Uranus yang planet bercincin juga, tapi cincinnya lebih kecil di banding Planet Saturnus. Lalu planet terakhir ada Planet Neptunus. Ini planet paling jauh dari matahari dan planet paling dingin,”

“Tapi, Kak, kenapa sih langit di sana warnanya hitam?”

“Wah pertanyaan yang sulit. Mmm... intinya karena di luar angkasa enggak ada molekul. Kalo di Bumi kita punya molekul, makanya bisa ngeliat warna. Molekul bakal kamu pelajari nanti kalau udah SMA,” mendengar penjelasan Kak Rina membuat anak-anak terdiam bingung. “Udah gak usah di pusingin ya. Dari penjelasanku tentang tata surya ada yang mau di tanyain?” tanya Kak Rina.

Ali lagi-lagi mengangkat tangan, “Kak, kenapa cuma Planet Bumi yang bisa di tinggalin?”

“Oke, jawabannya simpel karena planet kita punya air dan oksigen. Semua makhluk hidup baik manusia, hewan, tumbuhan semuanya butuh air dan oksigen. Nah, di antara semua planet di tata surya kebetulan cuma Bumi yang punya dua hal itu,” anak-anak mengangguk setuju dengan jawaban Kak Rina.  

“Oh iya, siapa yang tahu kalo orang kerja di luar angkasa namanya apa?” tanya Kak Rina.

“Astronot. Itu loh yang kerjanya pake pesawat,” jawab Mahmud.

“Ih, bukan pesawat Mud, tapi roket,”

“Sama aja,”

“Beda!”

“Sama aja!”

“Beda tau! Beda!”

“Sama! Sama! Sama!”

“Sttt,” sentak anak-anak serempak.

“Hahaha, oke-oke, sabar dulu Mahmud, Ami. Seratus buat kalian berdua. Betul loh! Orang yang kerja di luar angkasa itu namanya astronot kalau kerja mereka pakai roket. Kira-kira ada yang mau jadi astonot, gak?”

Anak-anak mengangkat semua tangannya antusias.

Tiba-tiba Adit mengangkat tangannya, “Kak, kira-kira di luar angkasa ada alien gak?”

Suara bisik-bisik mulai terdengar.

“Iya aku juga pernah liat di TV,”

“Aku juga pernah liat waktu malem-malem,”

“Ih, boong, ya?”

“Orang beneran juga,”

“Kak Rina, Ami boong nih,”

Kak Rina tersenyum takzim.

“Sejujurnya aku juga enggak tau jawabannya, kemungkinannya ada kemungkinannnya juga gak ada. Kalian tahu apa yang lebih penting dari alien?” pertanyaan Kak Rina dihadiahi gelengan oleh mereka.

“Punya mimpi. Aku harap setelah kita belajar tentang ruang angkasa kalian berani punya mimpi yang luas seluas luar angkasa angkasa dan sebanyak bintang atau galaksi. Mau mimpi itu terwujud atau enggak, paling enggak kalian berani untuk bermimpi. Soalnya enggak semua orang punya keberanian buat bermimpi. Dan aku yakin kalian berani untuk itu,” Kak Rina menatap anak-anak ini satu per satu. Ada banyak hal yang terlintas setelah enam bulan mengabdi di tempat ini. Perlahan Kak Rina menghela napas.

“Terpenting dari yang terpenting. Kalian jadi diri sendiri. Jadi apa adanya. Itu hal yang paling penting dari yang terpenting,” katanya sambil menghela napas berat.

“Oke, jam belajar kita udah habis untuk hari ini. Terima kasih sudah hadir, mendengarkan, dan antusias. Terima kasih karena sudah mau berproses bareng-bareng sama aku. Karena kalian, aku punya pengalaman yang berkesan. Kalian semangat terus ya belajarnya. Jangan lupa untuk terus percaya sama diri sendiri, punya mimpi, dan jadi diri sendiri. Sehat-sehat terus semuanya semoga kita bisa ketemu di lain kesempatan. Terima kasih, semuanya,”

Hari itu dengan pelukan hangat dan tetes air mata mereka mendapat pelajaran yang berharga.