Suka Cita Kami Anak-Anak Petani

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Ketika Anak-Anak Petani Bermain[sunting]

Kamilah anak-anak petani. Tidak ada kebanggan khusus ketika menyebut hal ini. Kami sebut demikian agar dapat dibayangkan bagaimana kehidupan dan alam sekitar tempat kami bertumbuh.

Menyebut anak-anak petani tentu saja tidak hanya berbalut lumpur. Meskipun kami bisa menghabiskan waktu bermain di begitu banyak tempat namun sawah memiliki keistimewaannya tersendiri. Lebih dikenal sebagai tempat bercocok tanam, tak banyak yang menganggap kalau sawah juga adalah tempat bermain yang menyenangkan.

Kami lahir dan tumbuh di sekitar areal persawahan di bagian utara Kabupaten Tabanan, Bali. Bentang alam yang hijau nan indah dengan latar Gunung Batukaru menjulang di kejauhan. Sungai-sungai besar mengalir melintang di sepanjang desa juga adalah sumber bermain yang tak ada habisnya. Di sebuah desa bernama Tajen, kami tumbuh dan mengenal aneka seni tradisi warisan para leluhur.

Jadi inilah kami para anak petani. Ketika kami bermain, ada begitu banyak hal tercipta. Permainan unik, menantang, dan kadang mengundang gelak tawa. Saat-saat penuh suka cita yang ingin kami bagi melalui buku ini. Semoga para pembaca juga bisa merasakan kegembiraan dan luapan suka cita seperti yang kami rasakan.

Selamat membaca!

Bagaimana Kami Bermain[sunting]

Permainan tradisional akhir-akhir ini seolah sedang naik kelas. Banyak ahli yang mengomentari bidang yang satu ini. Ada yang menghubungkan permainan tradisional dengan nilai-nilai pendidikan modern. Tak sedikit yang mengaitkan pentingnya kegiatan fisik di tengah gempuran gawai yang konon membuat anak tidak banyak bergerak badan.

Lebih jauh bahkan ada yang menyoroti dunia kami sebagai anak-anak yang begitu penuh dengan test dan pengukuran-pengukuran akademik di lingkungan sekolah. Pembanding yang dihadirkan adalah perikehidupan anak-anak di beberapa negara yang konon tidak diberi test hingga mereka berusia sepuluh tahun. Dalam pergaulan juga ditekankan untuk lebih menanamkan nilai-nilai kerja sama dibandingkan hidup dalam kompetisi. Jika secara jujur diakui bahwa permainan tradisional yang kerap kami mainkan sesungguhnya telah menerapkan konsep ini secara nyata. Terbukti dengan adanya berbagai permainan yang bertujuan untuk memupuk kerja sama antarteman tanpa ada persaingan atau kompetisi untuk mencari pemenang. Banyak dari permainan tradisional kami yang lebih mengedepankan bagaimana kesenangan saat memainkannya dan mengabaikan unsur berlomba, bertanding, atau berkompetisi.

Demikianlah, jika diperhatikan dan direnungkan lebih dalam maka sesungguhnya kehidupan kami sudah cukup seimbang antara kesenangan dan kewajiban untuk belajar. Demikian pula antara memupuk semangat bergotong-royong dan berempati satu sama lain dan berkompetisi dalam aneka permainan. Sebuah kombinasi unik yang tercipta dari sebuah seni tradisi yang telah ada sejak lama yang kini dikenal sebagai permainan tradisional

Sebelum Kami Bermain[sunting]

Jika ingin memainkan permainan tradisional kami, maka ada beberapa istilah yang layak diketahui terlebih dahulu:

1. Sut

Proses sut ini lebih dikenal sebagai suit, yaitu mengundi dua pemain untuk menentukan satu pemenang. Kegiatan sut ini biasanya dilakukan di awal permainan untuk memilih pemain yang memimpin atau memulai sesuatu. Selain itu sut biasanya digunakan untuk menentukan pemenang ketika permainan menemui jalan buntu setelah seri.

Untuk melakukan sut, dua orang mengacungkan tangan ke depan dengan memilih simbol kertas (telapak tangan terbuka), batu (tangan terkepal), dan gunting (jari telunjuk dan tengah mengacung sehingga berbentuk menyerupai gunting).

Ketentuan: kertas menang melawan batu, tetapi kalah melawan gunting. Gunting menang melawan kertas, tetapi kalah melawan batu. Batu menang melawan gunting, tetapi kalah melawan kertas.

Sut diperlukan untuk memulai suatu permainan dan berguna untuk menentukan posisi pemain.





2. Hompimpa

Sebelum bermain ada kalanya kami harus memilih satu orang sebagai pemimpin, memulai permainan, atau melakukan peran khusus. Jika hal ini terjadi maka yang kami lakukan adalah hompimpa; teknik memilih satu orang di antara banyak.

Tata cara hompimpa adalah sejumlah anak berdiri dalam lingkaran kecil kemudian menyanyikan lagu singkat:

Hompimpa aeo gambreng.

Diikuti dengan mengacungkan tangan terbuka ke depan. Posisi tangan boleh tertelungkup atau terbuka dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pemenang jenis sut ini adalah dia yang posisi tangannya paling sedikit kesamaan. Misalkan ada lima orang yang melakukan sut hompimpa, sedangkan hanya dua yang mengacungkan tangan telungkup, maka mereka berdua berhak melakukan sut batu-gunting-kertas untuk menentukan pemenang tunggal.

3. Sapih

Pada akhir permainan yang sifatnya perlombaan biasanya ada seorang pemenang. Namun jika ada dua pihak yang berada dalam posisi seri kami sebut sapih. Posisi sapih ini bisa dibiarkan dengan adanya lebih dari satu pemenang atau dilanjutkan dengan sut atau hompimpa, atau dengan melakukan satu babak lagi permainan yang sama.

4. Menang

Permainan bisa diakhiri jika bertujuan mencari pemenang dan tentu saja pihak menang bisa langsung mengklaim kemenangannya.

5. Cub

Para pemain boleh meminta tempo atau jeda untuk berhenti sesaat meskipun permainan sedang berlangsung. Penyebab permintaan jeda ini bisa bermacam-macam, misalnya cedera, kehabisan napas, kehilangan bahan atau alat permainan, dan sebagainya. Nah, meminta jeda ini dikenal sebagai mecub. Jadi pada dasarnya cub adalah jeda permainan yang diminta oleh seseorang atau disepakati bersama oleh semua anggota.

6. Sipat

Ketika ada pemain yang melanggar kesepakatan secara tidak sengaja bersama maka dia dinyatakan sipat. Dalam kondisi sipat, pemain juga menerima konsekuensi sesuai kesepakatan bersama. Adapun “hukuman” yang dia dapatkan bisa dengan pengurangan nilai, membayar denda, mengulangi tahapan tertentu, atau dikeluarkan sesaat dari permainan.

7. Prikik

Meskipun sudah diawali dengan menyetujui kesepakatan bersama namun tetap saja ketika bermain ada yang melanggar aturan. Perbuatan melanggar ini kami sebut prikik. Berbuat prikik berbeda dengan sipat. Prikik bersifat pelanggaran yang disengaja sementara sipat pada umumnya karena ketidaksengajaan.

8. Dosa

Pengertian dosa dalam permainan kami adalah semacam denda yang dikenakan bagi yang sipat maupun prikik. Pemungutan dosa hanya dilakukan untuk permainan yang menggunakan koin, kelereng, batu, daun, dan sejenisnya.

Saatnya Kami Bermain[sunting]

Permainan tradisional yang kami mainkan tidka selalu bisa ditemukan di seluruh wilayah Bali. Beberapa permainan barangkali bisa ditemukan di seluruh Indonesia bahkan dunia. Namun tak jarang beberapa permainan tertentu hanya ada di desa kami. Mari, jelajahi permainan-permainan tersebut!

A. Bermain Tanpa Berkompetisi[sunting]

Seperti yang kami sampaikan sebelumnya kalau tidak semua permainan dimaksudkan untuk berlomba untuk mencari pemenang. Jadi ada cukup banyak permainan yang dilakukan hanya untuk kesenangan, berolah raga, dan mengisi waktu.

1. Boneka Tanah-Jerami

Seusai panen padi, jerami berlimpah untuk digunakan sebagai alat bermain. Salah satu mainan paling sederhana yang bisa dibuat adalah boneka tanah dan jerami. Boneka ini unik karena bentuknya yang mungil dan kedua tangannya bisa digerakkan.

Boneka dari jerami dan tanah liat.


Jika ingin membuat boneka tanah dan jerami yang kita perlukan hanyalah jerami yang masih basah dan sebongkah tanah liat.

Pertama-tama, potonglah jerami sekitar 10 cm atau sepanjang jari telunjuk. Kemudian pecahkan bagian yang dekat dengan buku dengan cara menghimpit di antara jempol dan telunjuk.

Sediakan sepotong lagi jerami kecil sepanjang 20 cm atau dua kali panjang tejunjuk yang bisa masuk ke dalam lubang jerami pertama. Pecahkan bagian ujungnya menjadi beberapa bilah kecil. Selanjutnya, masukkan jerami kecil ke dalam jerami besar.

Tarik dua bilah dari sela-sela jerami besar. Nantinya ini adalah tangan dari boneka.

Siapkan tanah liat sebesar ibu jari tangan. Lalu tempelkan di ujung atas jerami dengan bentuk bulat seperti kepala manusia.  Kemudian gunakanlah lidi atau pun rumput untuk membuat sketsa wajah manusia.

Selanjutnya siapkan dua bulatan tanah liat kecil untuk tangan yang mengepal.

Boneka jerami dan tanah liat ini dimainkan dengan cara menggerakkan jerami lecil naik dan turun, maka boneka jerami akan bergerak-gerak seperti orang yang sedang menari.




2. Layangan: Dari Daun Gadung Mungil Hingga Kertas Jumbo

Barangkali layang-layang adalah mainan yang ada di seluruh dunia. Hampir tak ada anak yang tidak mengenal layangan. Demikian juga kami memanfaatkan aneka bahan alam untuk membuat layang-layang.

A. Layangan Sekapa Dari Daun Gadung

Layangan daun gadung kini semakin tidak popular. Tak banyak anak yang membuatnya lagi. Mengingat bahan yang diperlukan semakin susah ditemukan, maka layangan jenis ini nyaris hilang dari permainan anak-anak kekinian.

Bahan yang diperlukan untuk membuat layangan daun gadung di antaranya adalah: selembar daun gadung kering, dua helai bulu ayam, lidi, dan benang.

Sementara cara membuatnya adalah; pertama, pilihlah daun gadung yang tumbuh di bagian tengah tangkai. Daun jenis ini bersifat simetris, sedangkan dua daun lain di kiri dan kanan bentuknya tidak simetris. Setelah itu tusukkan lidi kecil mendekati bagian tangkai daun. Selanjutnya, di bagian kiri dan kanan lidi ditusukkan dengan bulu ayam. Terakhir, ikatkan tali di bagian kiri dan kanan lidi.

Layangan daun gadung tidak bisa terbang setinggi layangan kertas pada umumnya. Kesenangan memainkan adalah melihat layangan daun ini meluk-liuk rendah karena ringan ditiup angin sepoi.

Layang-layang daun gadung.






B. Layangan Kertas Aneka Bentuk

Layangan kertas dibuat hampir dalam urutan cara yang seragam. Yaitu meraut bambu. Kemudian membuat kerangka. Membentangkan tali. Selanjutnya adalah memasang kertas penutup. Agar bisa diterbangkan, layangan diberi tali penyeimbang. Kami menyebutnya dengan tali timbang. Posisi tali timbang ini bisa disesuaikan untuk menyeimbangkan layangan pada saat terbang.

Ada beberapa istilah untuk menyeimbangkan posisi tai timbang:

§ Tugak : jika setelan tali timbang terlalu tugak artinya terlalu ke bawah, sehingga layangan cenderung berat ke atas. Akibatnya setelah dilepas ke udara, layangan biasanya akan berputar-putar dan mematuk tanah dengan keras. Ini pertanda setelan tali timbang harus diturunkan.

§ Suluk : sebaliknya jika posisi tali timbang terlalu ke atas maka layangan akan lebih berat ke bawah. Akibatnya layang-layang akan melayang seperti kehilangan beban dan tolakan angin.

Jika posisi tali timbang sudah disesuaikan dan tepat, maka dapat diikatkan dengan kencang sehingga tidak melorot pada saat mengudara.

Meskipun layang-layang adalah mainan yang sudah dikenal luas namun di setiap daerah tentulah memiliki kekhasan dalam bentuk dan ukurannya. Inilah beberapa bentuk layangan yang biasa kami terbangkan di sawah.

1.    Layangan crukuk, berbentuk belah ketupat. Paling mudah dibuat dengan bahan-bahan yang relatif sedikit.

2.    Layangan sepit gunting, berbentuk seperti orang yang sedang berkacak pinggang.

3.    Layangan kedis, berbentuk seperti burung.

4.    Layangan bucu dua, bisa dikatakan layangan yang paling sulit diterbangkan karena bentuknya unik seperti daun. Sehingga layangan jenis ini cukup sulit dicari titik keseimbangannya.

Layangan Crukcuk
Layangan Sepit Gunting
Layangan Bucu Dua

C. Layangan Guangan

Layangan guangan adalah layang-layang berpita bunyi. Layangan guangan, merupakan layangan yang dipasangi busur berpita. Pita ini adalah penghasil bunyi. Busur ini dapat dipasangkan di layangan sepit gunting, kedis, dan bucu dua.

Guangan: Busur Pita Penghasil Bunyi


3. Mobil Mainan Buah Kayu Ombo

Meskipun banyak mainan dijual di sekitar kami namun ada kesenangan memiliki mainan yang kita buat sendiri. Bahan-bahan yang digunakan pun unik dan mungkin tak dijumpai di tempat lain secara luas. Di desa kami misalnya, ada sebatang pohon bernama kayu ombo. Hanya ada satu pohon kayu ombo dengan batang tinggi menjulang berdiri kokoh di samping gedung sekolah. Tidak ada yang tahu makna di balik nama pohon tersebut. Daunnya lebar dan agak oval.

Buah kayu ombo tidak bisa dimakan. Bentuknya bulat seperti duku dengan warna hijau terang. Permukaan buahnya cenderung agak kasar. Sedangkan daging buah berwarna putih dan agak kenyal seperti karet sandal jepit.

Buah kayu ombo dapat dibuat aneka mainan. Salah satu yang paling populer adalah mobil-mobilan. Untuk membuat sebuah mainan mobil-mobilan, diperlukan minimal enam biji buah kayu ombo. Satu set ban depan dibuat dengan menusuk tiga butir kayu ombo. Butir di tengah dibiarkan agak longgar. Demikian juga satu set di bagian belakang. Kedua rangkaian ini kemudian disambungkan.

Mobil-mobilan ini biasanya ditarik dengan benang.

Buah Kayu Ombo
Mobil-mobilan Dari Kayu Ombo


4. Matulupan

Tulup di beberapa daerah di Indonesia dikenal dengan nama yang berbeda. Di daerah Jawa Barat dikenal sebagai bebeletokan. Di beberapa tempat disebut pepeletokan. Kami di Bali juga memainkan alat unik ini.

Mainan Tulup Bambu


Bahan yang diperlukan hanyalah batang buluh (bambu kecil) dan bilah bambu yang agak tebal. Selongsong tulup adalah seruas bambu buluh. Dipilih yang agak lurus. Kedua ujung buluh dipotong agar terbuka yang bentuknya seperti sedotan. Kemudian dibuatkan pendorong isian tulup dari bambu yang agak tebal.

Cara memainkan tulup adalah dengan mengisi terlebuh dahulu dengan daun dadap yang dimampatkan atau bunga kampuak (semacam jambu yang tumbuh liar di tegalan). Sekali dorong, isian tulip akan tersangkut di ujung tulip. Selanjutnya diisi lagi isian kedua. Dorong isian beberapa sentimeter lalu diamkan sehingga dalam posisi siaga. Jika ditekan penuh, maka isian pertama akan terdorong, meletup dan terlontar.

Kita harus berhati-hati meletupkan tulip karena jika isian tulip mengenai baju akan meninggalkan noda bercak yang sulit dibersihkan.




5. Baling-baling Buah Dadap, Danyuh, Bambu, dan Waru.

A. Danyuh

Bermain di sawah dengan sapuan angin begitu menyejukkan. Kita bisa memanfaatkan angin ini untuk memutar baling-baling. Hal baik tentang baling-baling adalah ketika sudah menemukan tempat yang tepat, kita tidak usah memindahkannya lagi agar baling-baling mau berputar secara konstan.

Baling-baling yang kami sebut pindekan, dapat dibuat dengan aneka bahan. Yang paling mudah dan gampang dibuat adalah pindekan berbahan satu helai danyuh, daun kelapa yang sudah kering. Cara membuatnya sangat gampang, yaitu hanya dengan memotong daun kelapa kering sepanjang dua jengkal, atau sekitar 20 cm. Kemudian temukan bagian tengah dan tusuk dengan lidi.

Sisa danyuh digunakan untuk membuat tabung pegangan pindekan. Tabung dibuat dengan cara menggulung lembaran danyuh. Kemudian bilah pindekan yang berbentuk huruf T dimasukkan ke dalam tabung.

Selanjutnya tinggal memasang pindekan di tempat yang secara terus-menerus dihembus angin.

Baling-baling dari Daun Kelapa Kering






B. Buah Dadap

Jika secara internasional dikenal pohon maple yang menyebarkan bijinya berkat bantuan angin, maka di tempat kami ada pohon dadap. Meskipun bentuk daunnya berbeda sangat jauh namun memiliki kesamaan dalam penyebaran benih.

Buah dadap yang sudah kering menjadi ringan namun cukup kuat ketika diterbangkan angin. Biji buah yang cukup berat tak jarang membuat buah kecokelatan ini terbang berputar-putar di udara.

Untuk membuat baling-baling buah dadap sangat sederhana. Pertama, temukan buah dadap yang sudah kering. Belah menjadi dua bagian kulit buah. Keluarkan biji buah. Tusuklah biji dadap dengan lidi. Selanjutnya bilah baling-baling dapat ditambahkan sesuai jumlah yang kita inginkan. Di sela bilah diisi biji sebagai pembatas.

Keasikan memainkan pindekan buah dadap adalah ketika membawanya berlari berkeliling areal persawahan.

Baling-baling Buah Dadap


C. Baling-baling Bambu dan Waru

Tidak hanya dalam film, baling-baling bambu juga dapat dimainkan hanya dengan menggunakan sebilah bambu yang diraut tipis kemudian ditusuk dengan bambu lain yang menyerupai tusuk sate. Bilah baling-baling berukuran sekitar 50 cm.

Selanjutnya as baling-baling dimasukkan ke dalam buluh bambu. Bilah pindekan perlu dilengkungkan agar lebih mudah menangkap angin, sehingga memudahkannya berputar.

Selain bambu, untuk membuat baling-baling dengan ukuran yang lebih panjang dapat digunakan kayu waru. Pemilihan kayu waru karena luwes untuk dibentuk dan ringan. Proses pembuatan hampir sama dengan pembuatan baling-baling bambu. Hanya saja diperlukan waktu lebih lama untuk meraut kayu waru agar tipis, pipih, dan seimbang antara kedua bagian.

Baling-baling waru biasanya diikatkan di sebatang bambu utuh yang dipancangkan di tempat yang mudah menangkap angin. Untuk membantu memudahkan pergerakan pindekan mengikuti arah angin, di bagian atas diisi anyaman daun kelapa berbentuk menyerupai layar kapal laut.

Baling-baling Bambu


Ketika dipasangi buluh yang bebas bergerak, maka arah pindekan waru ini dapat menyesuaikan dengan arah angin. Selain itu, pindekan waru juga dapat ditambahkah alat pukul menyerupai lengan yang dapat bergerak bebas. Di ujung pemukul ditempat buluh-buluh pendek yang dipotong dengan ukuran panjang yang berbeda. Perputaran baling-baling menggerakkan poros pemukul. Selanjutnya pemukul ini yang memukul buluh sehingga menghasilkan irama yang unik, seperti orang yang sedang menabuh gamelan. Karena suaranya menyerupai kukul (kentongan) maka baling-baling jenis ini disebut juga pindekan kukul.


6. Paid-paidan Upih

Permainan lain yang tak kalah seru adalah menarik teman dengan pelepah pinang. Pelepah pinang yang kami sebut upih adalah bahan yang kuat. Bisa digunakan untuk menarik hingga tiga orang sekaligus.

Cara memainkannya sederhana sekali. Tentu saja kami meminta bantuan orang dewasa untuk memotong pelepah pinang terlebih dahulu. Selanjutnya kami cari tanah lapang. Memuat dua atau tiga teman untuk duduk di atas upih. Menariknya sekuat tenaga berkeliling sawah. Demikian terus bergiantian hingga semua mendapat giliran.

Upih dapat juga diluncurkan di tanah miring yang aga berlumpur. Tidak perlu ada yang menariknya. Upih kami tumpangi sebanyak yang bisa dimuat. Beri sedikit dorongan, maka upih pun meluncur seiring dengan teriakan menggema kami.

Menarik Teman Dengan Pelepah Pinang





7. Madepak

Permainan tradisional madepak pada dasarnya adalah mengangkat tubuh seseorang dengan kerja sama dua orang atau lebih. Permainan ini dapat dimainkan dengan jumlah peserta minimal tiga orang.

Diawali dengan melakukan hompimpa, maka didapatlah siapa yang akan diangkat dan dua orang lain bertugas mengangkat. Cara memainkannya adalah dengan memegang sendi siku dengan satu tangan, sementara tangan yang lainnya diluruskan. Teman sesama pengangkat juga melakukan hal yang serupa. Sehingga ketika didekatkan seolah-olah akan membentuk tiga buah persegi panjang.

Pemain yang mendapat giliran diangkat, naik ke atas tangan kedua anak dan memasukkan kedua kakinya ke celah lubang persegi. Untuk melombakan permainan madepak ini adalah dengan berlomba mencapai garis finish dengan melibatkan minimal enam orang pemain.

Mengangkat Teman Dalam Permainan Madepak



B. Permainan Tradisional Sebagai Kompetisi[sunting]

Jika disampaikan sebelumnya kalau permainan tradisional kami banyak yang menekankan sisi kerja sama, bukan berarti tidak ada permainan tradisional yang tidak menuntut adanya persaingan untuk menjadi pemenang. Permainan tersebut tidak hanya menggunakan alat-alat yang bisa kami buat namun juga permainan ketangkasan.

1. Gasing : Buah Kayu Ombo, Buah Jebug (Pinang), dan Kayu Kopi

Di banyak tempat di seluruh penjuru Indonesia mengenal adanya permainan gasing. Di Bali dikenal sebagai gangsing. Sehingga ketika memainkannya disebut megangsingan. Bentuk dan bahan gasing sangat beragam. Tidak hanya karena perbedaan wilayah di Indonesia namun di Bali sendiri cukup beragam.

Bahan buah kayu ombo yang biasa dijadikan mainan mobil-mobilan juga dapat dijadikan bahan untuk membuat gasing. Cukup dengan menusukkan lidi sepanjang kurang lebih 10 cm tepat di bagian tengah buah kayu ombo. Setelah mencoba beberapa kali, terkadang perlu diadakan penyesuaian posisi dan panjang lidi agar gasing dapat berputar kencang dalam jangka waktu yang lama.

Jika buah kayu ombo hanya bertahan selama beberapa hari sebelum akhirnya layu dan membusuk, maka dapat digunakan bahan lain yang lebih tahan lama seperti buah pinang. Penggunaan buah pinang untuk gasing memerlukan bilah bambu yang diraut menyerupai lidi sebagai poros.

Cara memainkan gasing kayu ombo dan buah pinang adalah dengan memelintir di antara telapak tangan. Letakkan poros gasing di antara telapak tangan. Kemudian gerakkan telapak tangan kanan ke depan sementara tangan kiri ke belakang. Semakin stabil, kuat, dan erat pergerakan tangan maka kemungkinan gasing akan berputar lama semakin besar.

Jenis gasing yang ketiga adalah yang berbahan kayu. Bentuk gasing berbahan kayu lebih lebar daripada dua gasing sebelumnya. Bahan kayu yang paling umum digunakan adalah kayu kopi. Jenis kayu ini cukup kuat dan cepat kering sehingga cenderung lebih ringan. Pembuatan gasing kayu kopi memerlukan bantuan orang dewasa untuk menyelesaikannya.

Gasing Kayu Ombo, Buah Pinang, dan Kayu


Untuk memainkan gasing kayu, diperlukan tali sepanjang 1-2 meter. Yang paling sering digunakan adalah sumbu kompor atau tali pramuka. Mula-mula tali dililitkan di bagian paling atas gasing. Dirunut ke bawah hingga tepi permukaan atas gasing. Selanjutnya, gasing dilempar sementara tangan tetap menggenggam erat ujung tali. Hentakan inilah yang memutar gasing menghunjam tanah.

Memainkan gasing untuk perlombaan adalah dengan dua cara: i) mengukur gasing siapa yang lebih lama berputar sebagai juara, atau ii) selegenti gebug, bergiliran memukul.

Dari dua cara memainkan gasing tersebut, cara kedua perlu mendapatkan catatan khusus karena untuk bisa memukul gasing lawan dengan sukses, diperlukan gasing yang telah ditambahkan paku atau batangan besi di bagian bawah. Adapun urutan cara memainkannya adalah:

i.   Dilakukan sut atau hompimpa untuk menentukan siapa pelempar pertama. Anak yang terpilih harus melepas gasing di tanah.

ii. Peserta selanjutnya menghunjam gasing pertama dengan gasing miliknya. Teknik memukul ini juga sama dengan melempar yang pertama.

iii. Proses ngebug, memukul ini dilakukan berkelanjutan untuk peserta berikutnya. Peserta yang menang adalah yang gasingnya bisa bertahan berputar paling lama.


2. Balap Perahu Rumput, Sambuk, dan Kelapa

Salah satu kesenangan bermain di sawah adalah kita bebas memilih aneka bahan untuk dibuat mainan, dan semua itu tersedia secra cuma-cuma. Untuk membuat mainan perahu misalnya kami menggunkan berbagai macam bahan.

a. Perahu Rumput

Perahu pertama berbahan daun rumput kawat. Daun rumput ini unik karena tidka mudah basah atau memiliki semaca lapisan antiair. Selain itu tulang daunnya juga lentur sehingga bisa ditekuk dengan mudah. Untuk membut perahu, kita cukup menggunakan selemr daun rumput kawat, kemudian melengkungknnya menyerupai huf "P", Atau bisa jua berbetuk segitiga.

Perahu Rumput


Ketika petak-petaak sawah sudah siap untuk ditanami padi, air menghampar luas. Beberapa hari sebelum menanam padi biasanya ada jeda waktu yang bisa ami manfaatkan untuk ajang balap perahu ini.

Beberapa anak yang ikut harus mnyiapkan perahu mereka di sau sisi sawah. Dengan memperhatikaan arah angin, maka kami akan memilih titik untuk melepas perahu dengan memunggungi arah angin. Seteah perahu dilepas, maka bersoraklah kami mengikuti di sepanjang pematang kemudian menunggu di seberang, perahu siapakah gerangan yang memenangkan perlombaan.

Kami hanya dapat mengamati dari pematang sawah karena jika sawah sudah selesai diolah dan siap ditanmi padi,  tak seorang pun boleh masuk dan menginjak tanah yang telah rata. Larangan ini ditandai dengan dipasangnya sawen, atau tanda larangan dari poho isen yang ditancapkan di tengah petak sawah.

b. Perahu Sambuk

Selain di tengah sawah, perahu mainan bisa dimainkan di sungai, terutama yang berair deras. Bahan yang mudah didapat adalah sabut kelapa. Karena bentuknya kecil tentu tak bisa kami tumpangi.

Perahu sambuk adalah mainan perahu dengan bahan dasar satu potong sabut kelapa. Seusai panen, kelapa biasanya dikupas dengan membelah sabutnya menjadi beberapa potongan. Di tengah lebatnya pohon kelapa tentu tidaklah sulit untuk mencari sepotong sabut kelapa kering.

Perahu Sabut Kelapa


Sabut kelapa diraut dan dihaluskan. Tiang-tiang dari lidi ataupun bambu ditancapkan. Bendera juga menambah semarak perahu kami. Penyeimbang dipasangkan di sisi kiri dan kanan perahu. Keberuntungan kami kadang sedang bagus ketika para orangtua mau membuatkan baling-baling air di kedua sisi perahu.

Maka siaplah perahu kami untuk dilepas ke arus sungai yang deras. Tantangan untuk mencapai garis finish tentu saja gelombang air yang cukup kuat. Selain juga kemungkinan perahu tersangkut di sesemakan di bibir sungai.

c. Perahu Kelapa dan Kedebong

Selain mainan berukuran kecil, ada juga mainan yang bisa kami tumpangi. Perahu kelapa dan pohon pisang misalnya.

Untuk membuat perahu jenis ini diperlukan batang pisang dan empat butir kelapa. Potongan batang pisang (kedebong) dilemparkan ke sungai. Diikat dengan tali agar tidak hanyut. Selanjutnya di bagian depan dan belakang batang pisang diikatkan 2-4 butir kelapa yang sudah kering. Perahu dengan bahan sejumlah ini bisa diumpangi oleh 2-3 anak. Semakin banyak kelapa yang diikatkan, maka semakin kuat perahu menahan beban penumpang.

Hanya itu persiapan yang diperlukan. Jika semua sudah siap dan terikat erat, maka perahu pun sudah siap untuk diikutkan balapan perahu. Keseruan adalah mengendalikan perahu tanpa dayung di tengah arus dan gelombang sungai. Belum lagi bentuk sungai yang berkelok dan dinaungi ranting dan sesemakan juga sering menghambat laju perahu.

Tak hanya untuk dilombakan, perahu jenis ini juga bagus untuk menjelajah daerah sekitar sungai yang sangat sulit dilewati dengan berenang.

Perahu Batang Pisang dan Kelapa






3. Macan Pangkung

Kami juga mengenal permainan papan (boardgame). Hanya saja tidak benar-benar kami mainkan menggunakan papan. Permainan macan pangkung misalnya adalah yang paling sederhana. Untuk memainkan permainan macan pangkung ini adalah dengan menggambarkan papan permainan di tanah. Sementara bidak-bidak untuk bermain bisa digunakan kerikil atau pecahan genting.

Kata macan pangkung dapat diartikan sebagai harimau dan sungai. Berdasarkan pengertian sederhana tersebut dapat dijabarkan kalau permainan ini adalah bagaimana para pemain berusaha menggiring, mendesak, dan memojokkan lawan agar terjun ke sungai.

Area bermain macan pangkung berbentuk layang-layang yang dihilangkan salah satu sisi miringnya. Jika dijumlahkan maka ada lima pertemuan dan persilangan garis. Permainan ini hanya bisa dimainkan oleh dua orang. Setiap orang memainkan dua butir bidak.

Arena Bermain Macan Pangkung


Cara memainkan macan pangkung dimulai dengan sut (batu, gunting, kertas). Pemain yang kalah memasang bidak-bidaknya pertama kali. Pemain yang kalah meletakkan kemudian. Selanjutnya, untuk menentukan siapa yang melangkah bisa dengan sut sekali lagi atau dimulai dengan pemain yang menang sut sebelumnya. Dalam satu kesempatan, pemain hanya bisa memindahkan sebuah bidak antara satu persimpangan ke persimpangan lain. Jika ada bidak yang tersudut dan tidak bisa bergerak, maka harus keluar dari permainan. Hal ini diibaratkan dengan tercebur ke sungai. Si macan (harimau) telah melompat ke pangkung (sungai).

Permainan berakhir jika salah seorang telah kehabisan bidak karena tersudut dan tercebur ke sungai. Pemain yang masih memiliki bidak utuh dua butir adalah sang pemenang.



4. Macan Empug

Selain macan pangkung, permainan yang menggunakan bidak atau kerikil untuk dimainkan adalah macan empug. Di tempat lain permainan kami ini dikenal sebagai dakon atau congklak. Hanya saja ada sedikit perbedaan. Macan empug dimainkan di tanah dengan cara membuat petak-petak dengan guratan ranting atau pecahan genting jika di permukaan tanah kering.

Macan Empug


Macan empug dimainkan oleh dua orang anak secara berhadap-hadapan. Petak-petk yang dibuat ditanah terdiri dari dua lajur. Tiap lajur berisi delapan petak. Petak paling ujung kiri adalah kepala. Sebelum memainkan, kami kumpulkan masing-masing 35 butir kerikil. Selanjutnya setiap petak diisi masing-masing 5 kerikil, kecuali kepala dikosongkan.

Setelah melakukan sut, maka pemenang melakukan gerakan pertama. Dia boleh mengambil dari petak manapun di sisinya untuk dibagikan satu-persatu mengikuti arah jarum jam. Jika berakhir di petak kosong di sebelah kerikil lawan, maka seluruh isi petak bisa diambil. Jika berhenti di kepala kita, maka boleh mengambil kerikil di kepala lawan.

Permainan berakhir jika salah satu pemain kehabisan kelereng karena diambil lawan, atau dibagikan ke petak lawan, sehingga semua petak miliknya kosong. Untuk mengetahui pemenang permainan yaitu dengan cara menghitung jumlah kerikil terbanyak yang berhasil diperoleh.


5. Engkeban Lidi

Permainan engkeban lidi, bermakna menyembunyikan lidi. Barangkali ini adalah permainan tradisional yang paling gampang dimainkan. Tidak memerlukan banyak persiapan selain sebatang lidi. Namun memainkannya haruslah di tanah yang rata dan agak basah. Bukan tanah kering yang liat nan keras permukaannya.

Untuk memudahkan peraturan main, maka jumlah anak yang memainkan sebaiknya dua orang. Setiap anak mula-mula potonglah lidi dengan rapi menjadi empat batang. Satu batang sepanjang telunjuk. Sementara tiga lainnya hanya sepanjang ruas jari, atau 1-2 cm.

Selanjutnya masing-masig pemain menggambar sebuah lingkaran di tanah dengan diameter yang tidak terlalu besar, atau sekitar 50 cm. Kemudian untuk menentukan siapa yang memulai permainan ditentukan dengan sut. Jika sudah ditentukan siapa yang menang sut, maka dialah yang bertugas menyembunyikan tiga batang lidi pendek dengan cara menancapkannya ke dalam tanah. Usahakan agar tidak terlihat bekas lubang di tanah. Ketika pemain satu menyembunyikan lidi, maka lawannya harus menjauh dan menutup kedua mata. Harus ada hitungan untuk menentukan berapa lama waktu untuk menancapkan lidi.

Arena Menyembunyikan Lidi


Jika semua lidi pendek sudah disembunyikan, maka pemain kedua boleh kembali dan mencari lidi. Nyaris tidak ada batasan waktu untuk mencari. Biasanya permainan berakhir jika semua lidi telah ditemukan, atau pencari menyatakan cub atau menyerah.



6. Patolan

Sawah kami tak selamanya ditanami padi. Sekali atau dua kali dalam setahun bisa jadi ditanami palawija sebagai penyela. Salah satu tanaman yang cukup sering ditanam adalah jagung. Ketika jagung-jagung telah dipanen, maka kami pun memanfaatkan sisa-sisa batang jagung untuk membuat mainan bernama patolan.

Mainan patolan dibuat dengan cara mencabut batang jagung yang telah dipanen. Bagian dari batang jagung yag kami perlukan adalah bagian pangkal, yaitu bagian yang di dekat akar. Cara membuatnya adalah dengan memotong bagian bawah batang jagung sepanjang kurang lebih 30 cm. Selanjutnya bagian bawah dengan mengikutkan akar, kami runcingkan sehingga brbentuk menyerupai tombak.

Patolan Dari Batang Jagung


Memainkan patolan sebaiknya di tanah sawah yang masih agak basah. tujuannya agar patolan bisa menancap di tanah. Seperti namanya, patolan berasal dari kata dasar patol, yang bermakna gigit atau pagut. Cara memainkan patolan menyerupai cara memainkan gasing selegenti gebug, yaitu bergiliran menggebuk. Hanya saja dalam patolan, yang kami lakukan adalah mematol, menancapkan batang jagung ke batang jagung lawan.

Permainan diawali dengan sut jika hanya bermain berdua, atau hompimpa jika bermain berkelompok. Pemain yang kalah harus memulai dengan melempar batang jagung pertama kali ke tanah. Selanjutnya pemain lain menghunjam dengan patolan lain. Demikian seterusnya hingga pemain terakhir.Pemenang adalah yang mematol, menancapkan patolan paling banyak.



7. Meong-Meongan

Dari sekian banyak permainan tradisional yang ada di Bali, barangkali meong-meongan (kucing-kucingan) ini adalah yang paling dikenal luas. Hampir tidak ada anak yang tidak mengenal permainan ini. Dalam permainan meong-meongan pemain dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu satu orang menjadi meng (kucing), satu orang menjadi bikul (tikus). Sementara teman kami yang lain menjadi semacam benteng. Permainan ini dikenal luas dan mudah diingat karena dimainkan beserta lagu pengiring.

Meong-meong, alih je bikule.

Bikul gede-gede, buin mokoh-mokoh.

Kereng pesan ngerusuhin.

Juk meng, Juk bikul. Juk meng, Juk Bikul.


Terjemahan:

Wahai kucing, carila si tikus.

Tikus yang besar-besar dan gemuk-gemuk.

Sering sekali membuat onar.

Tangkap Kucing,tangkap tikus. Tangkap kucing, tangkap tikus.


Permainan ini harus dimaainkan oleh cukup banyak anak (sekitar 5-10 anak). Mula-mula kami awali dengan hompimpa untuk menentukan siapa kucing dan tikus. Selanjutnya, selain anak yang terpilih menjadi kucing dan tikus membntuk lingkaran dengan cara saling berpegangan tangan. Tikus berda di tengah lingkaran, sementara kucing di luar.

Selanjutnya anak-anak yang menjadi benteng (lingkaran) mulai menyanyikan lagu. Kucing bersiap-siap menangkap tikus. Tikus memikirkn jalan terbaik untuk menghidari teraman kucing. Ketika lagu sudah sampai pada bagian "Juk Meng, Juk Bikul" maka liagkaran boleh dikendurkan dengan. Kucing harus berupaya menerobos masuk untuk menangkap tikus. Tikus pun bisa bergerak lincah untuk menghindari sergapa kucing.

Posisi Pemain Meong-Meongan


Demikianlah para orangtua mencoba mengingatkan kami kalau kucing sesungguhnya bermanfaat karena bisa memburu hama tikus. Kucing suatu ketika bisa sangat bermanfaat bagi kami para petani. Selain juga sebuah penegasan kalau barangkali tidak diperlukan terlalu banyak bahan-bahan kimia untuk memburu tikus, semasih kami punya sahabat baik, tak lain adalah Meng, si kucing pemburu.


8. Magoak-goakan

Permainan magoak-goakan ini konon sudah berumur ratusan tahun. Diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17. Beberapa orang berpendapat kalau permainan ini dimainkan dahulu ketika masih pada zaman kerajaan-kerajaan di Bali masih ada. Meskipun demikian kami masih bisa memainkannya dalam situasi kekinian.

Kata goak berarti gagak. Jadi magoak-goakan sesungguhnya adalah penggambaran upaya seekor gagak yang ingin menangkap ekor ular. Permainan ini bisa dimainkan dalam dua kelompok atau jika pemainnya sedikit, bisa dimainkan hanya dalam satu kelompok yang terdiri dari 5-7 orang anak.

Mari kita bahas yang paling sederhana, yaitu dengan satu kelompok. Kita gunakan contoh bermain dengan anggota 7 orang. Melalui proses hompimpa atau pun sut, ditentukan siapa yang paling pertama menang dan siapa yang terakhir kalah. Pemenang akan menjadi goak, si gagak, sementara yang kalah menjadi ekor ular. Selain yang bertugas menjadi gagak dan ekor ular maka mereka otomatis menjadi badan dan kepala ular.

Posisi Para Pemain Magoak-Goakan


Gagak dan kepala ular berdiri berhadap-hadapan. Di belakang kepala ular, enam anak berbaris menghadap ke depan dan memegang pinggang teman di depannya. Tugas gagak adalah menangkap ekor ular. Tugas kepala ular adalah menghalang-halangi gagak agar tak sampai menjangkau ekornya. Sementara ekor harus lincah menghindari kejaran gagak. Anak-anak yang bertugas menjadi badan ular juga harus lincah mengikuti gerakan kepala agar keseimbangan terjaga dan ekor sebisa mungkin tak tersentuh gagak.

Ketika gagak sudah berhasil menjangkau ekor, maka permainan usai. Peran gagak dan ekor ditentukan ulang dengan mengulangi proses dari awal lagi.



9. Matembing

Permainan tradisional matembing dijelaskan paling akhir dalam buku ini karena memiliki kerumitan dan strategi khusus dalam memainkannya. Kata matembing itu sendiri bermakna permainan melempar koin agar mengenai sasaran. Meskipun makna dasarnya sangat sederhana namun pelaksanannya tidak sesederhana itu.

Matembing memerlukan arena bermain yang cukup luas. Area lempar berbentuk setengah lingkaran dengan diameter sekitar 50 cm. Di tengahnya dibuatkan lubang berdiameter sekitar 10 cm. Dari area pukul ini diberi jarak 2-3 meter untuk posisi pelempar nantinya. Semua tanda dibuat di tanah dengan menggaris tanah yang basah atau menggunakan pecahan genting.

Permainan ini dimainkan secara berkelompok, sekitar 3-5 orang. Mula-mula para pemain mengumpulkan koin. Jumlah koin tidak dibatasi asalkan sesuai kesepakatan bersama. Misalkan disepakati masing-masing mengeluarkan 5 koin dengan jumlah tiga pemain, maka akan terkumpul 15 koin. Setiap pemain juga mempersiapkan koin khusus yang cukup berat sebagai pemukul (panembing). Para pemain juga harus merundingkan jumlah koin yang nanti akan dipungut sebagai dosa, atau denda jika pemain tidak berhasil dalam bermain.

Jika semua perlengkapan, arena, dan kesepakatan sudah siap, maka adapun langkah-langkah memainkan matembing adalah sebagai berikut:

  1. Pertama-tama melalui sut atau pun hompimpa ditentukan pemain yang pertama melempar seluruh koin yang sudah terkumpul.
  2. Jika ada koin yang masuk ke lubang A, boleh langsung diambil dan dimiliki pemain pertama.
  3. Pemain pertama kemudian menantang pemain 2 dan 3 untuk menembing (melempar dan mengenai tepat) koin yang ditentukan.
  4. Pemain kedua menembing.
  5. Jika pemain kedua mengenai koin yang diminta maka semua koin bisa diambil. Namun jika dia mengenai koin lain, maka dia harus membayar sejumlah koin sebagai dosa. Jumlah koin dosa ini ditentukan sesuai kesepakatan di awal.
  6. Jika panembing yang dilempar hanya mengenai tanah, maka pelempar tidak kena dosa. Dia juga tidak mendapatkan apa-apa.
  7. Permainan diulang dari awal dengan urutan yang sama.

Tak hanya memerlukan kecermatan melempar panembing, permainan ini juga memerlukan strategi agar bisa keluar sebagai pemenang.

Matembing : Permainan Melempar Koin





Seusai Kami Bermain[sunting]

Demikianlah cerita-cerita yang bisa kami bagikan untuk kalian para pembaca yang baik. Memang ada beberapa permainan yang sudah umum dan sering kita mainkan. Beberapa lagi barangkali agak susah dimainkan karena keterbatasan bahan dan alat di tempat kita masing-masing. Namun kami harap catatan ini bisa mengabadikan momen-momen suka cita kami.

Senang sekali rasanya bisa berbagi cerita, setelah keseharian kami bergumul dengan kehidupan bertani di sawah. Ternyata kesibukan membantu orangtua kami masih dapat diselingi dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Di mana pun kalian berada semoga dapat turut merasakan kebahagiaan kami bermain dan belajar bersama.

Terima kasih sudah berkenan membaca.