The Moana's Journey

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

The Moana's Journey[sunting]

Moana

Namanya Moana, usianya masih 10 tahun. Dia mempunyai kebiasaan unik, bisa menghabiskan waktunya selama berjam-jam hanya dengan menatap layar ponselnya di kamar dengan atau tanpa camilan. Sayangnya, orang tua Moana juga sama sekali tidak menegur putrinya tersebut.

Suatu hari, terdengar alunan musik yang sangat pelan, tapi masih bisa terdengar. Moana penasaran, dia terus mencari dari mana asal musik itu.

Ratu Kesopanan

"Musiknya sangat indah, kira-kira dari mana ya asalnya?

Darimana musik itu berasal?[sunting]

Pertama, ia melihat di bawah tempat tidurnya, kemudian di kolong meja belajarnya, di dalam lemari bajunya, tetap tidak ditemukannya. Moana duduk di ujung tempat tidur, sambil memastikan musik itu berasal dari kamarnya. Dia meraih ponselnya.

"Apa musik itu diputar dari hape ini?"

Moana menempelkan ponsel ke telinganya.

"Ya benar, itu dari dalam sini, tapi, hape ini sedang mati, semalam aku lupa tidak mengecas baterainya. Bagaimana mungkin musiknya bisa tetap berbunyi, sementara hape ini mati?"

Moana penasaran sekaligus tidak percaya dengan keanehan yang sedang terjadi. Dia segera menghubungkannya dengan charger di atas mejanya. Tidak butuh waktu lama, lima menit kemudian, ponselnya telah kembali nyala.

"Nah, sudah nyala."

Moana mencari dari aplikasi mana, musik itu berasal. Ada satu aplikasi aneh yang baru pertama kali dilihatnya.

“Siapa yang download, ya?”[sunting]

Bahkan Moana sama sekali tidak tahu, bagaimana aplikasi itu terpasang di ponsel pintarnya. Tertulis dengan nama GOOD GIRL, yang artinya gadis baik. Karena penasaran dengan ikon aplikasi yang sangat indah berupa istana besar di atas air terjun dengan latar berwarna merah muda, Moana mencoba membuka aplikasi tersebut. Sekali sentuhan saja, aplikasi itu langsung terbuka. Namun, aneh sekali, Moana seperti terseret masuk ke dalam ponselnya.

“A-aku dimana ini?”

Ratu dari istana itu, menghampiri Moana. Dia menyapa Moana dengan ramah, sebaliknya, Moana bersikap biasa saja, justru bisa dibilang tidak ada sopan-sopannya dan berkata kasar pada Ratu.

Siapa pemilik istana?[sunting]

“Hallo, selamat datang Moana.”

"Bagaimana kamu bisa mengenalku?" tanya Moana heran.

"Semua orang telah mengenalku, kecuali kamu. Selamat datang di istanaku. Namaku Ratu Kesopanan. Dan ini anak-anak ku. Kemarilah, kamu akan senang bersama kami."

Sombong sekali ratu ini! pikir Moana.

"Ayo Moana, ikut denganku. Pakailah sepatu ini, ini sepatu terbaik yang kami punya!"

Ini adalah ujian pertama yang diberikan oleh Ratu Kesopanan kepada Moana. Gadis kecil itu sama sekali tidak menyadarinya. Dia bahkan tidak tau apa-apa soal ini.

"Ternyata benar, gadis ini memang tidak tau berterimakasih," gumam ratu.

Itu adalah salah satu alasan, kenapa Ratu Kesopanan membawa Moana dalam istana mewahnya. Rupanya bukan sekedar gosip, jika Moana adalah anak yang tidak mudah mengucapkan terima kasih. Maka, ini sudah menjadi satu paket, jika dia pasti susah untuk mengatakan mohon, apalagi minta maaf.

Ratu ingin membuktikannya lagi. Kali ini, ia melibatkan anak-anaknya. Mereka adalah Putri Maaf, Putri Mohon dan Pangeran Terimakasih. Ratu Kesopanan memanggil mereka dan mengenalkan Moana, kemudian dengan berbisik-bisik, ratu memberitahukan rencananya untuk mengubah Moana menjadi gadis cantik dengan kepribadian yang baik.

"Kerjakan tugas kalian seperti biasanya, anak-anakku!"

"Iya, Ratu."

Putri Maaf, Putri Mohon dan Pangeran Terimakasih, mereka kecil, tapi sudah biasa menghadapi gadis-gadis seperti Moana. Bahkan beberapa kali, tamu ratu adalah orang dewasa dengan kasus yang sama.

"Kenapa, gadis-gadis kecil seperti Moana selalu menjadi tamu sang Ratu, ya?"

"Itulah alasan kenapa istana kita selalu ada."

"Aku rasa, ayah dan ibu Moana sama seperti tamu ratu sebelum ini. Mereka tidak mengajarkan bagaimana tentang tiga kata ajaib itu."

Mereka bertiga segera mengambil alih sesuai tugas masing-masing. Pertama adalah tugas Putri Mohon. Dia mengajak Moana berkeliling istana. Mereka duduk di taman bunga yang sangat indah. Moana begitu menginginkan salah satu bunga, namun ia tidak bisa mendapatkannya tanpa bantuan Putri Mohon. Air matanya bercucuran, tapi, sang putri tidak akan bergerak sama sekali sebelum akhirnya Moana mengucapkan minta tolong padanya.

“Putri, aku minta tolong, ambilkan salah satu bunga itu untukku, ya? Aku mohon, aku sangat menyukainya.”

Tanpa menunggu lama, Putri Mohon mengambilkan bunga tersebut. Bukan hal yang sulit baginya, syaratnya begitu mudah, hanya mengucapkan kata ‘mohon atau minta tolong’. Kini, tugasnya telah selesai. Moana berhasil melewati tantangan yang diberikan oleh Putri Mohon. Selanjutnya adalah tugas Pangeran Terimakasih.

“Sepertinya aku akan mengalami hal yang sama dengannya,” gumam pangeran.

Pangeran Terimakasih jauh lebih sulit menaklukan Moana.

“Ckckck … terbuat dari apa anak ini? Untuk berterima kasih saja, sulit sekali baginya. Apa dia tidak sadar, itu semua tidak bisa dilakukannya sendiri. Dia butuh orang lain untuk membantunya.”

“Moana, apa kamu tidak pernah berterima kasih pada seseorang yang sudah membantumu?” Pangeran Terimakasih akhirnya mengatakan hal tersebut.

“Untuk apa aku melakukannya?”

Bahkan Moana meninggalkan pangeran begitu saja,  tanpa memperdulikan ucapannya. Moana memang jarang sekali melakukan ini. Bukan tidak tahu, hanya tidak terbiasa. Pangeran menyerah. Kali ini, Ratu kesopanan membantu memberi pengertian.

“Moana, anakku sayang, andai  kamu mengerti, bagaimana senangnya seseorang yang telah memberi bantuan padamu, kamu ucapkan terima kasih padanya, itu bisa membuatnya menjadi seseorang yang jauh lebih baik lagi. Tidak sulit untuk mengucapkan terima kasih. Katakanlah dengan tulus. Kamu bisa mencobanya sekarang.”

“Haruskah aku melakukannya?”

“Iya, Moana.”

Karena ketulusan ratu menasehati Moana, hatinya melunak. Moana akhirnya berterima kasih dengan sepenuh hati pada pangeran.

“Terima kasih Moana,” ucap ratu sambil memeluk tubuh kecil Moana.

“Aku tidak melakukan apapun untukmu, Ratu. Kenapa berterima kasih?”

“Kamu sudah menjadi anak yang baik, kamu sudah menuruti apa nasehatku, Moana.”

Kemudian, Putri Maaf mengajak moana berkeliling ke taman kupu-kupu. Banyak sekali kupu-kupu disana. Semuanya sangat cantik. Mereka terbang bebas dalam sebuah rumah kaca. Namun, sesuatu terjadi ketika Moana lupa menutup pintu. Mereka terbang keluar. Putri menangis tersedu-sedu, ketika melihat kupu-kupu kesayangannya terbang.

“Moana, itu salahmu, kamu tidak menutup pintunya!”

“Bukan salahku, kamu yang tidak memberitahuku untuk menutupnya.”

Mereka sempat berdebat. Namun tidak berlangsung lama. Moana sadar, dia penyebab kekacauan di rumah kupu-kupu. Akhirnya, Moana meminta maaf pada putri. Tentu saja semua selesai begitu Moana menyelesaikan tugasnya.

Sekarang Moana ingin kembali ke rumahnya. Dia merindukan ayah dan ibunya. Moana ingin segera bertemu mereka. Namun, Ratu Kesopanan tidak begitu saja mengantarkan Moana kembali ke rumahnya. Dia masih harus menyelesaikan tugas terakhirnya. Tentang waktu.

Kamu mengerti, Moana, di negeri ajaib kita, waktu tidak memiliki kuasa atas usia, dan meskipun anak-anakku terlihat masih kecil, sepertimu, mereka telah bertahun-tahun membantu dengan setia orang-orang seperti kamu. Membuat mereka menjadi lebih baik, keluar dari masalahnya dan bumi, tempat tinggal kalian menjadi lebih damai. Santun kata-katanya. Bukankah itu sangat menyenangkan?

Tidak ada anak yang  berkelahi karena mereka saling memaafkan. Tidak ada keributan karena mereka saling menolong. Dan semua tertawa puas karena saling berterima kasih.

Moana mendengarkan ratu dengan sangat hati-hati.  Tapi tiba-tiba seekor kupu-kupu yang cerah melambaikan sayapnya yang berwarna-warni, dan dengan anggun duduk di atas jam antik yang besar.  Moana tahu angkanya dengan baik, tapi dia masih tidak mengerti jam berapa yang ditunjukkan oleh jarumnya

“Apakah ini jam tangan asli? “ tanya Moana.

“Ini adalah jam asli, penunjuk waktu. Kamu tahu, jam ini bisa berjalan sangat lambat dan mungkin akan segera berhenti sama sekali.”

“Kenapa?”

“Karena terlalu banyak orang di bumi yang tidak berpendidikan dan kasar.  Mereka lupa aturan perilaku dan kata-kata kesopanan.  Dan mungkin saja suatu saat jam,  waktu ini akan berhenti, dan istanaku akan menghilang selamanya.” Ratu Kesopanan berkata dengan sedih.

Moana merasa kasihan pada Ratu Kesopanan dan anak-anaknya yang menawan. Dan dia bahkan ingin menangis karenanya.

“Dan apa yang perlu dilakukan agar jam dan waktu bisa berjalan dengan benar, dan tidak pernah berhenti?”  

“Anak-anak sepertimu hanya perlu menjadi anak yang sopan dan santun. Dan dengan terampil menggunakan kata-kata yang begitu kecil, tetapi penting dan perlu dilakukan. Terima kasih, maaf dan tolong. “

“Oh, aku mengerti semuanya!” seru Moana dengan gembira.

“Mungkin, itu salahku, aku tidak mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan.  Karena aku kamu dan anak-anakmu hampir mati.  Aku berharap aku bisa pulang dan memperbaikinya, tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa kembali ke ibuku?”

“Aku akan mengantarmu pulang. Berhati-hatilah. GUnakan waktumu dengan baik, Moana!”

Moana

“Terima kasih, Ratu.”

Moana telah  kembali, dia sekarang menjadi gadis kecil yang jauh lebih baik. Dia begitu menyayangi ibu dan ayahnya. Memakan semua masakan ibu tanpa terkecuali. Selalu berterima kasih pada ayah. Dan meminta maaf pada teman-teman bermainnya. Ibu dan ayah Moana begitu terkejut dengan perubahan sikap putri kecilnya.

“Bu, apa ibu yang memasang sebuah aplikasi ini di ponselku?”

Sambil melihat yang ditunjukan oleh Moana, ibu melihatnya. Tidak ada yang aneh, hanya sebuah permainan anak-anak biasa menurutnya.

“Wah, ini game yang sangat bagus! Ibu senang, kamu memilih permainan yang mendidik seperti ini,” kata ibu.

“Bu, game ini ajaib. Maafkan Moana yang nakal ya, Bu? Mulai saat ini, Moana janji, Moana akan  selalu mengucapkan kata-kata ajaib kepada semua orang setiap hari. Sekarang Moana tahu betapa pentingnya dan sangat diperlukan mereka!”

Meskipun ibu tidak tahu apa yang telah terjadi dengan putri dan game-nya, tapi ibu senang. Moana telah menjadi gadi cantik yang baik dan sopan. Mereka berpelukan.