Tiongkok Kuno/Pengetahuan/Pengobatan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Bagan akupunktur dari masa Dinasti Ming

Tulisan pengobatan Tiongkok tertua yang kini diketahui, yaitu Resep Untuk Lima Puluh Dua Penyakit, ditulis sekitar 186 SM. Isinya berisi jampi-jampi, obat herbal, membuka kulit, dan kauterisasi (membakar tubuh) sebagai obat untuk penyakit seperti kutil dan gigitan ular serta kesurupan iblis (penyakit mental).

Pada masa Diansti Han, sekitar 100 SM, China menjadi pusat riset pengobatan sekaligus tempat bagi para dokter terbaik dunia. Para dokter ini menghasilkan karya yang disebut Neijing, sebuah buku tentang pengobatan, yang isinya mengorganisir dan menjelaskan semua cara pengobatan mereka. Neijing menyatakan bahwa gagasan lama mengenai penyakit yang disebabkan oleh iblis adalah keliru. Menurut Neijing, orang sakit karena yin dan yang di dalam tubuh tidak seimbang. Pilihan gaya hidup seperti memakan makanan tak sehat, tidak berolahraga, stres, serta lingkungan yang buruk dapat merusak keseimbangan tersebut. Para dokter menggunakan kombinasi akupunktur, terapi panas, obat herbal, serta olahraga untuk mengembalikan keseimbangan.

Para dokter Tiongkok menemukan banyak cara untuk mengobat penyakit. Mereka menggunakan obat yang dibuat dari beragam tanaman dan kulit pohon berbeda. Meskipun beberapa di antara hanyalah dugaan smata, obat-obat lainnya bekerja dengan baik. Pada 300-an M, Ge Hong merupakan dokter pertama di dunia yang menulis tentang obat yang baik untuk malaria

Pada masa Dinasti T'ang, sekitar 600-an M, seorang dokter bernama Sun Simiao menulis lebih banyak buku pengobatan. Sun mendata ribuan resep untuk beragam obat berbeda, dan juga membahas bagaimana dokter seharusnya berperilaku. Ia berkata, "Seorang dokter tidak boleh memandang status, harta ataupun usia. Ia tak boleh membedakan apakah pasien cantik atau jelek, apakah dia kawan atau lawan, apakah ia orang Tiongkok atau orang asing, atau akhirnya, apakah ia terdidik atau tak terdidik. Seorang dokkter harus memberikan perlakukan yang setara kepada semua orang. Ia harus selalu memperlakukan pasien seperti keluarganya sendiri."

Para dokter Tiongkok belajar dari India mengenai inokulasi untuk cacar, dan pada 1500-an M, di bawah Dinasti Ming, para dokter Tiongkok menginokulasi banyak orang untuk mencegah penyebaran cacar.