Tuan Congklak dan Lawannya

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Adit sangat ingin memenangkan hadiah uang lewat lomba bermain congklak. Untuk mewujudkannya, Adit harus belajar bermain congklak dari Tuan Congklak.

Lakon[sunting]

  1. Adit
  2. Tuan Congklak

Lokasi[sunting]

  1. Sekolah
  2. Rumah Tuan Congklak

Cerita Pendek[sunting]

Kesempatan mengikuti lomba[sunting]

Adit pulang ke rumah dengan wajah murung. Dia gagal mengajak teman-temannya bermain petak umpet. Mereka semua tidak mau bermain petak umpet karena lebih suka bermain game Pendekar Langit di telepon genggam. Mereka bilang game Pendekar Langit lebih asyik daripada petak umpet. Sekarang Adit bingung ingin melakukan apa. Padahal Adit sangat ingin bermain dengan teman-temannya. Akhirnya Adit hanya bisa duduk di kamar sambil melamun. “Ah… seandainya aku bisa punya telepon genggam,” kata Adit sedih.

Keesokan harinya di sekolah, Adit tiba-tiba dipanggil ke ruang guru. Ternyata Adit dipilih oleh guru-guru untuk ikut lomba bermain congklak mewakili sekolahnya. Ibu guru mengatakan, Adit akan mendapatkan hadiah uang jika bisa menang lomba tersebut. Adit akan memberitahukan hal tersebut kepada ibunya di rumah nanti.

Ibu sangat bangga mendengar Adit akan mengikuti lomba. Ibu kemudian memberitahu Adit untuk berlatih bermain congklak dengan Tuan Congklak. Kata Ibu, Tuan Congklak adalah orang yang paling hebat bermain congklak di kampungnya. Adit pun menuruti perkataan ibunya dan pergi menemui Tuan Congklak.

Di perjalanan menuju rumah Tuan Congklak, Adit bertemu dengan nenek penjual kue serabi. Adit ingin membelinya, tapi uangnya tidak cukup. Akhirnya Adit tidak jadi membeli kue dan berjalan lagi menuju rumah Tuan Congklak. Ketika sampai di rumah Tuan Congklak, Adit dan Tuan Congklak saling berkenalan. Tuan Congklak adalah orang yang ramah dan baik hati. Dia mau mengajari Adit bermain congklak.

“Kenapa kamu ingin bermain congklak, Adit?” tanya Tuan Congklak.

“Aku ingin ikut lomba, Tuan. Kalau aku menang, aku bisa mendapat hadiah uang untuk membeli telepon genggam.”

“Memang telepon genggam-nya akan kamu pakai untuk apa?”

“Bermain game Pendekar Langit dengan teman-temanku, Tuan. Kata mereka permainan itu sangat asyik.” jawab Adit semangat.

Tuan Congklak tersenyum. “Baiklah. Ayo kita duduk dan aku ajarkan kamu cara bermain congklak.”

Adit dan Tuan Congklak duduk berhadapan di lantai. Terdapat sebuah papan kayu yang mempunyai banyak lubang di antara mereka. Biji-bijian yang banyak juga dipakai sebagai alat bermain.

“Adit, congklak adalah salah satu permainan tradisional Indonesia yang sudah dimainkan sejak dulu. Setiap daerah menamai congklak dengan sebutan yang berbeda-beda. Coba sekarang lihat, papan congklak ini punya lubang kecil dan lubang besar. Jumlahnya enam belas lubang. Aku dan kamu masing-masing punya tujuh lubang kecil dan satu lubang besar. Lubang besar disebut lumbung dan digunakan untuk menyimpan tabungan biji kita,” kata Tuan Congklak.

Congklak adalah permainan tradisional Indonesia

Adit kemudian membantu Tuan Congklak mengisi lubang-lubang yang kecil dengan biji-bijian. Satu lubang kecil diisi tujuh buah biji. Sedangkan lubang besar dibiarkan kosong.

“Sekarang ayo kita suit. Orang yang menang suit akan mulai bermain lebih dulu,” kata Tuan Congklak. Mereka pun melakukan suit.

“Aku menang,” kata Adit senang.

“Sekarang ambil biji di salah satu lubang kecil milik kamu. Setelah itu pindahkan biji-biji itu satu per satu pada lubang kecil yang lain dan lubang besar punyamu. Lakukan sampai biji-biji di tanganmu habis,” kata Tuan Congklak.

“Kenapa aku harus meletakkan bijinya pada lubang kecil punyamu juga, Tuan? Kenapa bijinya tidak boleh diletakkan di lubang punyaku saja?” tanya Adit.

“Karena kita akan saling berbagi, Adit. Ada waktunya kita memberi. Ada juga waktunya untuk kita menerima.”

Adit sedih mendengar itu. Jika dia menaruh biji-bijinya pada lubang Tuan Congklak, maka biji-bijinya akan berkurang. Adit ingin punya biji-biji yang lebih banyak daripada biji-biji Tuan Congklak.

“Aku takut biji-bijiku jadi sedikit. Aku mau menaruh dua biji pada lubang punyaku dan satu biji saja pada lubang punya Tuan,” kata Adit.

Tuan Congklak tersenyum. “Kamu tidak boleh curang. Kamu harus jujur, Adit. Orang yang jujur tidak akan serakah dan selalu adil.”

“Tapi…”

“Percayalah, jika kamu memberi dengan tulus, kamu tidak akan kehilangan apa-apa,” ujar Tuan Congklak bijak.

“Baik, Tuan.”

Adit kemudian melanjutkan menaruh biji-bijinya. Biji Adit berhenti pada salah satu lubang kecil miliknya. Lubang itu berisi biji.

“Kamu dapat mengambil biji pada lubang tersebut, Adit. Ulangi kembali yang tadi kamu lakukan. Pindahkan biji-bijinya satu per satu pada lubang kecil dan lumbung milikmu,” kata Tuan Congklak.

Adit lalu memindahkan biji-bijinya lagi. Kali ini bijinya berhenti pada lumbung miliknya. Maka Adit dapat memilih biji-biji pada salah satu lubang kecil miliknya. Adit kembali melanjutkan permainan. Dia memindahkannya lagi satu per satu biji seperti sebelumnya.

Tuan Congklak mengatakan, jika biji Adit berhenti pada lubang kecil yang kosong, maka Adit berhenti bermain. Giliran Tuan Congklak yang bermain.

Tuan Congklak dan Adit lalu asyik bermain sampai permainan selesai. Semua lubang kecil sudah kosong. Tuan Congklak dan Adit menghitung jumlah biji pada lumbung masing-masing. Ternyata Adit memenangkan permainan karena berhasil mengumpulkan biji terbanyak.

“Selamat, Adit. Kamu menang!” kata Tuan Congklak.

“Terima kasih sudah mengajari aku bermain congklak, Tuan. Aku senang bermain congklak karena ternyata congklak itu asyik.”

“Sama-sama, Adit. Aku berdoa semoga kamu dapat memenangkan lomba karena kamu sudah berusaha dan belajar banyak hal dari congklak.”

“Terima kasih, Tuan.”

Hari perlombaan[sunting]

Dua minggu kemudian Adit mengikuti lomba bermain congklak. Banyak anak dari sekolah lain yang juga mengikuti lomba tersebut. Adit gugup tapi Adit ingat semua nasihat yang diajarkan oleh Tuan Congklak. Adit jadi berani dan kembali percaya diri. Perlombaan pun berjalan dengan asyik dan meriah.

Beberapa lama kemudian, perlombaan selesai. Adit berhasil memenangkan lomba dan jadi juara. Adit sangat senang. Ibu Adit dan guru-guru di sekolah ikut senang dan bangga pada Adit. Adit juga akhirnya berhasil mendapatkan hadiah uang yang diinginkannya.

Adit kemudian ingat nasihat Tuan Congklak tentang memberi dan menerima. Hari ini Adit menerima rezeki berupa uang. Maka dari itu Adit ingin berbagi dan memberi sebagian uangnya pada orang lain. Jika membeli telepon genggam, Adit hanya akan memakainya untuk bermain game. Oleh sebab itu, Adit tidak jadi membeli ponsel karena belum terlalu membutuhkannya.

Akhirnya Adit menggunakan sebagian uangnya untuk ditabung. Lalu sebagian uangnya lagi Adit pakai untuk membeli semua kue serabi yang dijual seorang nenek. Kue-kue tersebut lalu Adit bagikan kepada teman-temannya. Adit senang dapat membantu nenek penjual kue serabi. Adit juga bahagia bisa membuat teman-temannya senang karena kue pemberiannya. Berbagi itu ternyata indah.