Lompat ke isi

ULANGAN HARIAN

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Sinopsis[sunting]

Murid kelas tiga SD N Trangkil 06 menjadi cemas dan panik saat Bu Yuli, wali kelas dan guru tergalak di kelas tiga mengumumkan ulangan harian. Semua murid menjadi panik tak terkecuali Tono dan Tini. Tono yang merupakan murid pindahan yang cukup cerdas dan Tini siswi yang nilainya selalu dibawah rata-rata kelas bersama-sama akan menghadapi ulangan harian tersebut.

Lakon[sunting]

  1. Bu Yuli
  2. Tono
  3. Tini

Lokasi[sunting]

Desa Trangkil, Pati, Jawa Tengah

Cerita[sunting]

Ini adalah bulan ketiga Tono belajar di sekolah barunya. Meskipun agak kagok, namun Tono sudah cukup akrab dengan teman-temannya sekelas di SD N Trangkil 06. Ia sudah begitu hafal dengan nama teman-teman sekelas tiga nya.

Sama seperti hari-hari biasanya, suasana kelas begitu ramai oleh anak-anak yang asik bermain. Sebetulnya hari itu adalah hari kamis, dimana justru merupakan hari yang menakutkan bagi anak-anak kelas tiga SD N Trangkil 06. Bu Yuli yang merupakan wali dari kelas tiga terkenal galak dan tidak mau berkompromi kepada anak-anak, khususnya anak yang bermasalah. Jam pertama di kelas tiga merupakan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diampu oleh Bu Yuli. Dan Tono sangat khawatir jika kelas di ajar oleh Bu Yuli.

Sebetulnya Tono merupakan siswa pindahan yang cukup cerdas. Di sekolah lamanya yaitu SD N Wedarijaksa 01, Tono selalu berada pada peringkat sepuluh besar di dalam kelasnya. Namun karena pekerjaan orang tuanya, dia akhirnya pindah ke desa Trangkil dan bersekolah di sana. Tidak dipungkiri Tono perlu banyak waktu untuk beradaptasi di sekolah barunya.

Tini seorang murid cewek yang kebetulan teman sebangku Tono, datang ke kelas dengan wajah sedikit muram. Dia cemas jika nanti akan dijadikan bulan-bulanan kemarahan Bu Yuli karena tidak bisa menjawab pertanyaan darinya. Setiap pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Bu Yuli, Tini memang menjadi langganan dicerca pertanyaan oleh Bu Yuli. Dalam akademiknya memang Tini berada di bawah rata-rata kelas. Dia sering kali tidak bisa menjawab pertanyaan dari Bu Yuli dan tidak bisa mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis. Tini kerap dijadikan contoh yang tidak baik oleh Bu Yuli kepada anak-anak kelas tiga. Meskipun begitu sebetulnya Tini merupakan anak yang baik. Banyak yang tidak tahu jika Tini di rumah selalu membantu orang tuanya berkerja dan menyempatkan diri untuk selalu belajar. Namun begitu, ia tetap mendapatkan nilai jelek ketika di sekolah dan menjadi bulan-bulanan kemarahan Bu Yuli di kelas. Berbeda dengan Tini, Tono meskipun siswa baru di SD N Trangkil 06, ia masih bisa mengikuti suasana kelas dengan baik. Di awal pertama masuk pada minggu-minggu pertama memang Tono sempat menjadi bulan-bulanan Bu Yuli di kelas. Bahkan sempat dibandingkan dengan kakaknya yang cerdas di kelas lima. Namun karena hasil nilai akademik Tono yang masih bisa mengikuti rata-rata nilai kelas, Tono bisa selamat dari amarah Bu Yuli.


“Aku takut nanti ada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam!”, curhat Tini kepada Tono yang duduk disampingnya dengan cemas.

“Emangnya kamu takut kenapa Tini?”, tanya Tono.

“Nanti ada pelajaran Bu Yuli, aku takut nanti dimarahi lagi!”

“Lah emang kamu kalau ditanya gak bisa menjawab. Makanya dimarahi.” Cerocos Tono tanpa memperhatikan perasaan Tini, “Kayak aku dong di rumah belajar terus. Kamu pasti di rumah gak pernah belajarkan?”

“Woy, enak aja. Aku di rumah belajar ya. Aku di rumah itu belajar dari jam 5 sampai jam 7 malam.”

“Lah ngapain belajar lama-lama kalau akhirnya gak bisa juga, PERCUMA!!! Kayak aku dong, belajar itu sebentar tapi langsung bisa. Bla..Bla..Bla…”


Berbicara dengan Tono malah membuat Tini semakin kesal. Tono berbicara dengan sombongnya karena merasa dia cukup pintar bisa langsung mengerti materi pelajaran meskipun di rumah cuma belajar sebentar. Ia berbicara tanpa memperhatikan perasaan Tini. Tini yang dari awal sudah merasa cemas menjadi semakin kalut perasaanya. Ia hanya bisa duduk terdiam merundukan kepala di bangkunya, sementara Tono asik mengobrol dengan siswa bangku di depannya.

Jam dinding di kelas menunjukkan pukul 7 pagi dan lonceng sekolah berbunyi cukup kencang setelah dipukul keras oleh Pakbon sekolah. Seluruh siswa kelas tiga yang tandinya ramai mulai duduk tenang di mejanya masing-masing. Dari kejauhan sudah terlihat Bu Yuli keluar dari ruangan guru sambil membawa buku dan penggaris kayu besar menuju ruangan kelas tiga. Tidak berselang lama Bu Yuli muncul dari pintu kelas dan berjalan dengan suara sepatunya yang khas “klotak, klotak, klotak”.


“Selamat pagi anak-anak!”

“Selamat pagi Buuu!”

“Bagaimana kabar kalian hari ini?”

“Baik Bu…!”

“Oke, hari ini kalian keluarkan buku tugas kalian! Jangan lupa buku paketnya silahkan di kumpulkan di depan, di meja Bu Yuli! Hari ini kita ulangan!”

Seketika para siswa menjadi terkejut, bengong dan bingung bercampur menjadi satu. Tidak ada yang mengira jika hari ini Bu Yuli akan mengadakan ulangan harian. Para siswa sangat panik namun tidak ada yang berani membantah Bu Yuli. Sebetulnya pada minggu lalu Bu Yuli telah memberikan materi kepada ketua kelas untuk di catat di buku catatan masing-masing dan menyuruhnya untuk mempelajarinya. Namun, karena saat itu Bu Yuli tidak masuk kelas, jadi banyak siswa yang asik bermain bahkan tidak sempat mencatat materi yang telah ditulis di papan tulis oleh ketua kelas. Dan ketua kelaspun lupa untuk menginstruksikan mempelajari materi tersebut.


"Maaf Bu Yuli, tetapi kemarin tidak ada pemberitahuan jika hari ini akan ada ulangan?", protes Tono kepada Bu Yuli mewakili teman sekelasnya.

"Apa tidak ada pemberitahuan katamu Tono?", balas Bu Yuli dengan nada garangnya, "Kemarin Ibu sudah memberitahukannya kepada ketua kelas kalian untuk mencatat materi yang Ibu kasih saat Ibu sedang tidak masuk kelas dan menyuruhnya untuk mempelajarinya. Seharusnya kalian semua sudah mempelajari materi tersebut meskipun tidak Ibu suruh sekalipun, karena itu kewajiban kalian sebagai siswa untuk belajar. Tidak ada tapi-tapian Tono, hari ini kita ulangan harian. Silahkan buku tugas kalian keluarkan untuk ulangan harian dan semua buku paket harap dikumpulkan di meja depan. Ayo sekarang laksanakan."

Satu persatu buku tugas keluar dari tas para siswa dan buku paket di letakkan di meja guru di kelas. Wajah para siswa terlihat antara cemas dan takut. Suasana hening dan mencekam sangat terasa di atmosfir dalam kelas. Bu Yuli sudah berdiri di depan kelas dan mulai menulikan soal-soal ulangan di papan tulis. Soal-soal ulangan berisikan pertanyaan seputar materi yang telah diberikan kemarin mengenai kesehatan, bahaya nyamuk demam berdarah, nyamuk chikungunya dan jenis-jenisnya. Para siswa mulai menulis soal-soal ulangan dengan tenang. Tercatat ada sepuluh soal pada ulangan harian kali ini.

Siswa kelas tiga terlihat sangat serius mengerjakan ulangan harian Ilmu Pengetahuan Alam. Ada pula yang terlihat kebingungan dan ada pula yang terlihat seperti bengong diam tidak bergerak. Tono, yang tadi pagi cukup yakin dengan sombongnya akan kemampuannya terlihat begitu kesulitan menjawab pertanyaan dari soal-soal ulangan harian. Ia lupa dengan apa yang telah dipelajarinya semalam. Seketika ingatan akan materi-materi yang ada di kepalanya berguguran menghilang. Selama tiga puluh menit kepalanya terlihat mulai berkeringat. Ia mulai merasa cemas karena tidak bisa menjawab soal-soal tersebut.

Tini yang duduk di sebelahnya juga terlihat sangat serius mengerjakan soal ulangan harian. Sesekali ia terlihat seperti memejamkan mata sambil membacakan mantra-mantra. Satu persatu soal-soal dia baca dengan teliti. Tangan kanannya sudah memegang bolpoin dengan sangat kencang. Serta di sampingnya sudah ada tempat pensil lengkap dengan isinya. Ia mulai ngerjakan satu persatu soal yang dia bisa. Meskipun terlihat seperti ragu-ragu, ia cukup yakin saat menuliskan jawaban di buku tugasnya.

Mata Bu Yuli melirik dari ujung kelas ke ujung kelas yang lain. Ia terlihat seperti tidak berkedip sedikitpun. Para siswa tak ada yang berani menatapnya secara langsung. Semuanya tertunduk fokus dengan buku mereka masing-masing berusaha mencoba mengerjakan soal-soal ulangan harian sebisa mungkin.

Satu persatu terlihat para siswa menuliskan jawaban mereka masing-masing. Waktu berjalan dengan semestinya yang tanpa disadari sudah menunjukkan pukul 08.15. Artinya tinggal 15 menit lagi waktu mengerjakan soal ulangan harian selesai. Bu Yuli sudah memberikan aba-aba akan waktu yang hampir selesai. Anak-anakpun terlihat semakin sibuk menuliskan jawaban pada buku mereka masing-masing. Bak seperti dikejar monster, binatang buas, atau harimau, adrenali para siswa semakin memuncak dalam mengerjakan soal. Tangan mereka tidak berhenti menulis jawaban. Entah jawaban mereka benar atau salah, itu sudah tidak dipikirkan lagi. Yang terpenting saat ini adalah semua jawaban terisi, agar nanti tidak menjadi bulan-bulanan amarah Bu Yuli karena ada jawaban kosong.

Waktu telah menunjukkan pukul 08.30, selesai sudah batas waktu mengerjakan soal ulangan harian. Bu Yuli berdiri di tengah-tengah depan kelas mengintruksikan kepada seluruh siswa di kelas untuk menukarkan buku mereka ke teman samping kanannya. Setelah selesai jawaban buku ditukar, satu persatu jawaban dikoreksi oleh Bu Yuli bersama-sama dengan seluruh siswa. Sesekali Bu Yuli marah-marah kepada siswa yang jawabannya salah di tiap masing-masing soal. Namun yang paling menyedihkan adalah Tono. Hari ini dia menjadi salah satu murid yang menjadi bulan-bulanan kemarahan dari Bu Yuli. Hampir sebagian jawaban Tono salah dan membuat Bu Yuli memarahinya habis-habisan. Sebaliknya, hari ini Tini malah di puji oleh Bu Yuli. Bu Yuli tidak menyangka Tini dapat menyelesaikan seluruh soal ulangan harian tersebut dengan jawaban yang benar. Bahkan Tini menjadi satu-satunya murid yang mendapatkan nilai sepuluh pada ulangan harian kali itu.

Setelah ulangan harian selesai, Tono akhirnya menyesal telah menyepelekan Tini dan mengejeknya. Ia menyadari kesalahannya dan bertekat akan belajar dengan sungguh-sungguh. Serta dia tidak mau lagi menghina orang lain atau berbuat sombong terhadap orang lain. Tini merasa senang dengan keputusan dan tekat Tono tersebut. Ia bahkan berencana untuk mengadakan belajar kelompok bersama dengan Tono dan teman-teman yang lainnya. Tonopun juga merasa senang dengan hal tersebut.


TAMAT