Lompat ke isi

Vietnam: Why Did We Go?/Bab 4

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

CHAPTER 4—Pemberkatan Paus untuk Perang Preventif

Menteri AL AS, Dewan Rahasia Paus, Persiapan untuk Perang Dunia III

Pemujaan Fatima, yang mengalami kemunduran dengan kekalahan tentara Nazi dan Hitler bunuh diri, mendadak bangkit. Pada Oktober 1945, Vatikan memerintahkan agar ziarah-ziarah raksasa diadakan ke Biara tersebut.

Pada tahun berikutnya, 1946, tempat ziarah Bunda dari Fatiman sendiri dikerumuni lebih dari separuh juta peziarah. Kerumunan tersebut mempersembahkan 1,200 gram emas, selain juga 313 mutiara, 1.250 batu permata dan 1.400 berlian. Paus Pius XII dari Vatikan menyampaikan kepada para peziarah lewat radio, dengan berkata bahwa janji-janji Bunda kita akan terpenuhi. “Bersiaplah!” jawabnya. “Tidak ada yang dapat menjadi netral. Jangan pernah berjalan mundur. Berbarislah bak pasukan Salib!”

Pada 1947, Perang Dingi dimulai. Kebencian terhadap komunis Rusia digelorakan, dipimpin oleh Vatikan yang mengirim patung Bunda dari Fatima, dengan “pesan”-nya pada “peziarahan” di seluruh dunia. Patung tersebut dikirim dari negara ke negara untuk menumbuhkan perasaan anti-Rusia. Seluruh pemerintah menyambutnya. Dalam beberapa tahun, ketika Perang Dingin timbul, patung tersebut dibawa ke Eropa, Asia, Afrika, the Amerika dan Australia dan telah mengunjungi lima puluh tiga negara. Perpecahan Timur-Barat makin meluas.

Pada 1948, persaingan atom Amerika-Rusia dimulai. Pada 1949, Pius XII, untuk memperkuat front anti-Rusia, mengekskomunikasi pihak manapun yang mendukung komunis. Dan tak lama setelah itu, para teolog Katolik Amerika berkata kepada AS bahwa ini adalah tugasnya untuk memakai bom-bom atom.

Pada tahun berikutnya, pada 1950, “patung ziarah” Bunda dari Fatima, yang mulai dibawa-bawa pada 1947, sepanjang tahun permulaan Perang Dingin, dikirim lewat pesawat, didampingi oleh Padri Arthur Brassard, atas perintah langsung Paus Pius XII, menuju ke . . . Moskwa. Disana, dengan sambutan hangat Laksamana Kirk, Dubes Amerika, patung itu sendiri ditempatkan di gereja diplomat AS. Apa alasan pastinya? “Untuk menunggu pembebasan langsung Rusia Soviet.”

Bukan hanya itu, Bunda Maria muncul lima belas kali pada seorang biarawati di Filipina. Ia mengulang peringatannya melawan komunisme. Setelah itu, guguran kelopak mawar berjatuhan di kaki biarawati tersebut. Seorang Yesuit Amerika menceritakan peristiwa mukjizat tersebut ke AS, untuk emmbangkitkan tenaga Katolik fanatik, dikepalai oleh penjahat Senator McCarthy dan para pendukungnya.

Para penghasut perang Amerika, pimpinan orang-orang Katolik berpengaruh, bersiap untuk penjatuhan atom ke Rusia. Orang-orang Katolik papan atas dalam jabatan paling menonjol tak membicarakan hal lainnya.

Pada 6 Agustus 1949, Jaksa Agung Katolik MacGrath mengerahkan “pasukan serbu” Katolik AS—yang dinamaikan Kesatria Columbus—pada konvensi mereka di Portland, Oregon. Ia membujuk orang-orang Katolik “untuk bangkit dan memegang senjata militan Gereja dalam pertempuran untuk menyelamatkan Kekristenan.” (Kekristenan, secara keseluruhan, artinya Gereja Katolik.) Ia kemudian menyerukan “serangan besar.”

Pada tahun yang sama, Katolik lainnya, salah satu tokoh berpangkat tinggi dalam pemerintahan AS, James Forrestal, salibis yang melawan komunisme di dalam dan luar negeri, membantu Paus Pius XII untuk memenangkan pemilu di Italia dengan mengirim uang Amerika, ditambah uang dari kantungnya sendiri. James Forrestal, yang paling sering mengkontak Vatikan dan Kardinal Spellman, diketahui lebih baik ketimbang orang lainnya yang maju ke ranah Katolik dan Amerika tertentu. Untuk satu alasan sederhana: ia bukanlah apa-apa selain Menhan Amerika.

Pada suatu hari, usai mendengar pesawat sipil melintas, ia melintas di sepanjang jalan Washington dengan pesan yang mengkhawatirkan: “Pasukan Rusia menginvasi kami!” teriaknya. Kemudian, bantuan Pius XII yang akan mengalahkan Rusia dengan bantuan Bunda Maria, James Forrestal yang Katolik, Menhan Amerika, terjun dari jendela di lantai 16 dari bangunan di ibukota Amerika, menganggap bahwa pasukan Rusia lebih baik dihancurkan sebelum terlambat.

Pada tahun berikutnya, Katolik fanatik lainnya diangkat pada jabatan penting lainnya. Tuan Francis Matthews dinominasikan menjadi Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat. Pada pagi hari, ia menyatakan sumpah jabatan (pada Juni 1949), Tuan Matthews, istrinya dan seluruh enam anak mereka menghadiri Misa dan menerima Komuni Suci di kapel markas Angkatan Laut do Washington, D.C.

Beberapa bulan setelahnya (Oktober, 1949) Kardinal Spellman diperintahkan ke Roma oleh Paus, di tempat ia mengulang dan mengadakan sesi-sesi pribadi. Meskipun diberikan spekulasi yang tajam, ini masih menjadi rahasia yang dijaga dengan baik.

Menteri AL AS Katolik baru tersebut kemudian memulai kontak aktif tak lazim dengan orang Katolik Amerika berpengaruh lainnya. Mereka meliputi Padri Walsh, Wakil Presiden Yesuit dari Universitas Georgetown, Kardinal Spellman, kepala Legiun Amerika, para pemimpin Veteran Perang Katolik dan dengan Senator McCarthy, senator kriminal kelas kakap, yang atas nasehat pendeta Katolik, memulai kampanyenya di AS untuk beberapa tahun mendatang. Pers Katolik memulai kampanye besar negara dari perang psikologi. Peringatan terbuka terhadap perang atom dengan cepat diberikan sekali lagi.

Puncak seluruh kegiatan tersebut adalah sebuah pidato yang disampaikan di Boston pada 25 Agustus 1950 oleh Tuan F. Matthews. Menteri AL AS Katolik kelas kakap, jubir unsur-unsur tertentu di AS dan Vatikan, menyerukan agar AS meluncurkan serangan terhadap Rusia Soviet dalam rangka membuat bangsa Amerika menjadi “agresor pertama untuk perdamaian.” “Sebagai inisiator perang agregasi,” tambahnya, “ini akan memenangkan gelar kebanggaan dan populer kita: kita akan menjadi agrestor perdamaian pertama.” Pidato tersebut menimbulkan sensasi, baik di AS maupun Eropa. Prancis mendeklarasikan bahwa negara tersebut “tak akan ikut serta dalam perang agresif manapun . . . karena perang preventif tak akan membebaskan apapun selain reruntuhan dan kuburan peradaban kami.” Inggris bahkan mengirim protes yang lebih tajam.

Ketika masyarakat dunia dihadapkan pada rancangan raksasa, George Craig dari Legiun Amerika mendeklarasikan (Agustus 1950) bahwa, ya, “AS berusaha memulai Perang Dunia III pada keputusannya sendiri” dan siap ketika sinyal yang dapat diberikan “untuk para pengebom kami untuk terbang menuju Moskwa.”

Fakta bahwa dorongan “perang atom preventif” mula-mula dinyatakan oleh orang Katolik bukanlah kebetulan. Tuan Matthews, kepala cabang paling penting dari angkatan bersenjata Amerika, Angkatan Laut Amerika, kelompok perang angkatan laut terbesar di dunia, telah menjadi corong dari pemimpin spiritualnya, Paus Pius XII.

Katolik Agung Matthews tak hanya pengikrar anggota hierarki Katolik di Amerika, ia adalah salah satu promotor Katolik paling aktif yang bertugas di AS. Selain itu, Menteri Angkatan Laut Katolik Amerika merupakan ketua Pelayanan Komunitas Katolik Nasional dan, bahkan Kesatria Tertinggi dari Kesatria Columbus, pasukan kejut kekuatan Katolik di Amerika. Selain itu, ia menjadi kepala penasehat rahasia Paus Pius XII. Hierarki Katolik, pers Katolik, Kesatria Columbus—semuanya mendukung dorongan Matthews terhadap perang atom preventif.

Padri Yesuit Walsh, otoritas Katolik terdepan di AS dan mantan Agen Vatikan di Rusia (1925), berkata kepada rakyat Amerika bahwa “Presiden Truman akan secara moral dibenarkan untuk mengambil tindakan-tindakan defensif berkaitan dengan marabahaya.” Yang, secara keseluruhan, memiliki arti pemakaian bom atom.

Ketika AS memajukan pabrik bokm hidrogen, bahkan Kepala Komisi Atom, Senator Brian MacMahon, merasa ngeri terhadap dampak pembantaian lima puluh juta orang dengan senjata monster semacam itu.

Sehingga, orang-orang Katolik sepakat atas penggunaannya. Padri Connel mendeklarasikan bahwa pemakaian bom hidrogen oleh AS dibenarkan, karena “komunis dapat mengerahkan angkatan bersenjata besar mereka . . . untuk melemahkan para pasukan pertahanan hak asasi manusia.”

Dukungan perang atom preventif oleh Kesatria Tertinggi dari Kesatria Columbus—yakni Tuan Matthews—memahami dampak mengerikannya ketika itu diingatkan pada pidato perang Menteri Angkatan Laut AS tak didatangkan sebagai kejutan kepada para pemimpin Katolik pilihan tertentu atau, bahkan, Vatikan. Apa yang terjadi? Singkatnya Tuan Matthews mengeluarkan isi pidatonya di Boston kepada orang-orang Katolik papan atas beberapa hari sebelum pengirimannya. Pemimpin diantara orang katolik papan atas tersebut adalah kepala hierarki Katolik AS, Kardinal Spellman.

Kini harus diingat bahwa Kardinal Spellman menjalin kontak pribadi berkelanjutan dengan Paus Pius XII, yang menjadi teman intim dan penasehat pribadi semenjak Perang Dunia Kedua. Selain itu, Kardinal Spellman merupakan penasehat dan teman pribadi kebanyakan pemimpin militer Amerika berpengaruh. Sehingga, pengaruhnya dikenal di “Vatikan Kecil” di New York, sebagaimana panggilan kediaman Kardinal Spellman, dengan cepat diketahui di Vatikan di Roma, dan sebaliknya.

Paus Pius XII menyimpan informasi dengan baik tentang seluruh proses panjang sebelum pidato Matthews di Boston. Sehingga, bukti tersebut menyatakan bahwa ia adalah salah satu pemicu utamanya. Kunjungan para pemimpin militer AS papan atas ke Paus berkelanjutan pada waktu itu (lima dalam sehari), perbincangan rahasia berkelanjutan dengan Spellman, kontak tak resmi dengan Kesatria Columbus—semuanya mengindikasikan bahwa Pius XII sangat mengetahui apa yang melandasinya.

Beberapa tahun kemudian, dalam pidato salibis kebencian disiarkan langsung dalam dua puluh tujuh bahasa besar oleh stasiun-stasiun radio utama di dunia, Pius XII menyatakan “moralitas . . . perang defensif” (maksudnya perang atom dan hidrogen), diserukan untuk—sebagaimana yang dikatakan oleh London Times, “apa yang nyaris sejumlah dengan perang salib dunia Kristen” [artinya katolik] dan apa yang Manchester Guardian sebut “pemberkatan paus untuk perang preventif.”