Lompat ke isi

Vietnam: Why Did We Go?/Bab 8

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB 8—Yesus Kristus dan Bunda Maria Pergi ke Selatan

Pengaruh Katolik pada Puncak Perang Vietnam

Diem sempat mulai merencanakan pergerakan strategi besar Vatikan-AS-CIA, mengarahkannya ke penyediaan dan konsolidasi Vietnam Selatan. Kekuatannya sebagai pihak politik America, dan kebanggaannya sebagai anak kesayangan gereja sendiri didasari dengan landasan yang kuat.

Legislasi, hukum dan edik yang dikeluarnya, semuanya dikeluarkan dari apa yang ia pikirkan, dirumuskan dan diberlakukan, nyaris sesekali. Katolik menguasai seluruh tingkat pemerintahan—termasuk orang-orang Katolik tertentu itu sendiri—secara langsung. Dalam ketentaraan, orang-orang Katolik secara tersirat dipromosikan ke jabatan-jabatan komando. Kepolisian juga kemudian menjadi monopoli dalam Katolik yang berkuasa. Saudara Diem sendiri menjadi kepala kepolisian rahasia, dengan kekuasaan tak terbatas. Dalam masa jabatan yang mungkin sangat singkat, seluruh pengendalian pemerintahan Diem terinspirasi dan difungsikan oleh struktur yang terjalin erat dari komunitas Katolik.

Tujuan keputusan tersebut adalah langkah persiapan yang diperhitungkan dengan baik untuk memperkuat tangan Diem pada pergerakan paling tak terbantahkan mendatangnya; penolakan untuk mengadakan pemilu yang disuruh oleh Deklarasi Jenewa. Memutuskan perpanjangan hubungan rahasia dengan AS untuk tak mengadakan pemilu, Diem membangun pengendalian kepolisian yang selaras, dalam kasus ketegangan, tak hanya di dalam negeri namun juga mancanegara. Penolakan dapat memprovokasi utara untuk mengambil tindakan militer yang drastis; sementara di selatan, para gerilyawan dan patriot yang tak saling berhubungan timbul dalam pemberontakan melawan pelanggaran Diem dari perjanjian Jenewa sendiri. Ketika akhirnya waktunya datang untuk pemilu yang diadakan, Diem, yang dibekingi oleh AS, menolak. Setelah unjuk rasa timbul di luar negeri, keadaan yang dihadapi diterima oleh opini masyarakat dunia yang berbeda.

Berhasil dalam tindak pertamanya, Diem kemudian mempromosikan pergerakan lainnya yang tak kalah spektakuler. Gagasan dasarnya untuk menggoyahkan pemerintahan Vietnam Utara dengan menghimpun pemojokan internal masyarakat Vietnam Utara. Pergerakan tersebut memiliki tiga tujuan utama:


1) melemahkan Utara

2) kampanye samar merusak melawan komunis dan

3) memperkuat langsung Vietnam Selatan dengan pengerahan massa Katolik sejawat.


Kebijakan tersebut berdampak besar, baik di Utara maupun Selatan. Skema tak hanya dilakukan di Vietnam namun juga di Washington dan Vatikan. Ini merupakan cabang otak Kardinal Spellman, dari Pius XII, dua kakak beradik Dulles, Diem dan unsur-unsur militer Amerika tertentu yang percaya akan Allah. Keterlibatan Pius XII memiliki tujuan yang lebih mengerikan yang ia harus lihat saat ini.


Pergerakan yang dibutuhkan diambil nyaris secara langsung. Pengerahan propaganda, hierarki, keagamaan dan sabotase direncanakan. Dalam keadaan berbeda dan dengan latar belakang agama berbeda, rencana tersebut akan sukses. Tanpa partisipasi penuh Gereja Katolik, rencana tersebut akan gagal total.

Skema pemindahan massal menjadi memungkinkan, yang secara khusus dilakukan oleh Gereja Katolik. Ini karena fakta bahwa kebanyakan orang Katolik tinggal di Vietnam Utara. Orang-orang Katolik disana banyak, berkuasa dan menikmati hak-hak khusus selama berdasawarsa-dasawarsa. Prancis menyoroti hal ini, lebih baik bagi mereka untuk kelanjutan pemerintahan kolonial mereka. Kolonialisme Prancis dan Gereja Katolik diidentifikasikan sebagai dua kembar tak terpisahkan selama masa yang lama, sebagaimana mereka memandangnya.

Ketika Vietnam mulai berjuang melawan Prancis, kebanyakan orang Katolik di Utara berpihak pada Prancis dan melawan [pejuang kemerdekaan] Vietnam karena [pejuang kemerdekaan] Vietnam itu komunis. Namun, Prancis kalah, orang-orang Katolik yang sama, alih-alih mewakilkan diri mereka sendiri ke pemerintahan baru, menjalin pengelompokan para-militer mereka sendiri, amunisi dan lainnya. Ini mereka lakukan dalam banyak wilayah di utara, khususnya di Phat Diem dan Nam Dinh di Tonkin.

Setelah pengambilalihan Vietnam, mereka enggan untuk bekerjasama, kecuali untuk kepentingan mereka sendiri. Situasi tersebut menjadi hal yang sangat berbahaya, karena orang-orang Katolik sangat terorganisir dengan baik dan dikomandani oleh para imam Katolik, kecuali perdamaian bisa mendapatkan perlawanan efektif.

Langkah urusan ini bermula pada masa-masa Bao Dai, kala uskup-uskup Katolik bekerjasama penuh dengannya dalam segala hal, dan diangkat menjadi perwakilannya. Para uskup, yang dilindungi sebagaimana mestinya oleh pemerintah, memegang pergerakan penuh, dan menghimpun unit-unit sipil dan militer mereka sendiri, mengubah mereka menjadi penguasa wilayah mereka sendiri. Orang-orang Katolik, singkatnya, dalam masa yang sangat singkat, membuat mereka sendiri menjadi negara dalam negara.

Sehingga, pemerintahan Vietnam yang menguasai daerah utara, berhadapan tatap muka dengan keadaan luar biasa tersebut. Menyadari bahwa mereka perlu sangat hati-hati terhadap kemungkinan perang, mereka berencana menangani anomali tersebut dengan penindakan terbesar. Ini mereka lakukan untuk menghindari antagonisasi orang-orang Katolik atas dasar agama, dengan melantik para imam Katolik dan bahkan uskup Katolik pada pemerintahan mereka. Ho Chi Minh sendiri mengangkat seorang uskup Katolik sebagai kepala penasehatnya.

Namun kemudian, legislasi Vietnam mulai mengganggu keadaan gencatan senjata antara orang-orang Katolik dan rezim. Banyak hak yang sampai saat itu dinikmati oleh Gereja Katolik ditiadakan. Semua agama ditempatkan pada perlakuan yang sama. Agama Buddha, kepercayaan mayoritas masyarakat, diberi status yang sama dengan Gereja Katolik. Pada Agustus 1953, untuk menunjang agar rezim tak melawan Gereja Katolik, Kongres Agama Nasional dibentuk. Pesan utamanya: membantu agar semua agama akan menikmati kesetaraan.

Orang-orang Katolik sangat mengecam tindakan tersebut. Mereka berharap dan menginginkan perlakuan istimewa. Hanya gereja merekalah yang “gereja yang benar.” Mereka mulai memberontak, dan menghalangi tindakan tersebut. Ketika hukum diterapkan melawan mereka, mereka menuduh otoritas menindas agama. Kekerasan pun terjadi. Legislasi baru terhadap kesetaraan bagi semua agama, dan penangkapan, diserukan sesekali oleh pergerakan Katolik di dalam dan luar negeri sebagai penindasan yang tak terkira. Insiden tersebut mendapatkan pengakuan lebih oleh aparatus propaganda Amerika dan Katolik dimanapun. Untuk mempromosikan hal yang lebih cocok, AS dan Diem mengirim para tenaga kerja sabotase ke dalam Vietnam Utara. Ini menimbulkan unjuk rasa, peledakkan jembatan-jembatan, dan menggerogoti otoritas, dengan tanpa akhir. Rumor yang terinspirasi oleh Diem dan CIA berdampak pada penangkapan dan eksekusi orang-orang Katolik menyebar bak kebakaran hutan. Penyelamatan diri mereka sendiri adalah kabur ke Selatan. Disana, orang-orang Katolik dari Utara disambut, diberi makanan, tempat tinggal dan pekerjaan.

Untuk menunjang eksodus, atau perpindahan, faktor agama dikedepankan. Mendadak, seluruh desa dibanjiri oleh jutaan selebaran. Selebaran tersebut menyatakan keyakinan bahwa Yesus Kristus telah datang ke selatan. Ketika beberapa orang Katolik mengekspresikan keraguan mereka tentang migrasi Yesus, jutaan selebaran tambahan nampak lebih banyak, mendeklarasikan bahwa bunda-Nya, Bunda Maria, berangkat dari Utara. Kenapa Bunda Maria meninggalkan Utara?—Karena Bunda Allah berharap untuk pergi ke selatan dan tinggal di bawah perdana menteri Katolik, Diem.

Karena banyak orang yang masih mengekspresikan ketidakhendakan mereka untuk bermigrasi, rumor lain, yang tak kalah sensasional, terdengar: Utara akan dibom atom. Hanya Selatan yang aman untuk orang-orang Katolik. Komite Evakuasi Pusat dibentuk. Komite tersebut dikepalai oleh seorang imam Katolik, dan dibiayai langsung oleh AS. Salah satu selebaran menyatakan: “Salam saudara dan saudari Katolik, ratusan pesawat raksasa menunggu untuk membawamu bebas ke Saigon, di Selatan . . . Disana kamu akan diberi ladang-ladang padi subur . . . Dengan bertahan di Utara, kamu akan mengalami kelaparan, dan akan membahayakan jiwamu . . .”

Jenis teror agama serupa dan lainnya, sastra dan kabar yang menimbulkan ketakutan membanjiri penduduk Katolik, menciptakan banyak kebingungan dan ketidakpastian yang mereka dapat, dengan menyebarkan rumor dari segala jenis. Selain itu, keadaan tersebut menciptakan kepanikan.Ini utamanya dilakukan dengan pengiriman buku-buku emosional, yang kebanyakan ditulis oleh para imam Katolik AS, yang mendeskripsikan dan menarasikan kejahatan. Judul-judulnya membantu mengobarkan kebencian terhadap musuh—“Keluarkan Kami Dari Kejahatan” adalah salah satu yang paling populer. Sastra semacam itu muncul dari saat itu, didanai oleh orang-orang Katolik AS yang mendistribusikan propaganda, disamarkan sebagai berita, kepada masyarakat Amerika di seluruh belahan AS. Media tersebut disetir oleh versi Katolik dari keseluruhan cerita. Banjir sastra Katolik merupakan suatu tujuan utama: untuk menciptakan simpati untuk Diem dan rezim Katolik-nya. Api agama tambahan ditambahkan dari Vatikan sendiri, dan meskipun dilakukan secara tak langsung, dampaknya tak kalah tinggi.

Emosi Katolik-CIA-Diem menciptakan mesin untuk yang dimajukan ke depan, dengan senjata paling ampuhnya: ini menyangkut Bunda dari Fatima, yang menjanjikan kampanye evakuasi. Mereka siap untuk melihat peran Bunda dari fatima yang dimainkan dalam strategi agama-ideologi dalam rancangan besar Paus Pius XII pada puncak Perang Dingin dan dampaknya. Ketika puncak perpindahan massal Katolik dari Vietnam Utara, Bunda Maria sempat dimajukan ke depan, sebagai penyemat standar dari tujuan-tujuan ideologi agama.

Patung Bunda dari Fatima dikirab dalam prosesi berarti yang panjang di desa-desa dan kota-kota. Patung tersebut memiliki arti penting, karena diberikan oleh Paus Pius XII sendiri kepada orang-orang Katolik dari Haiphong saat mereka berziarah ke Roma. Paus memberikan pemberkatan pribadinya kepadanya usai menjelaskan bahwa Bunda Maria memiliki pengaruh khas bagi Asia, khususnya bagi orang-orang Katolik dari Indo-China, yakni Vietnam.

Pada saat dikirab, patung tersebut diberikan unsur dramatis tambahan dengan pemakaian terampil dari emosionalisme tambahan. Mesin propaganda Katolik-CIA-Diem datang dengan pembukaan pemberkatan patung “yang telah menyelamatkan” dari niat-niat jahat komunis ateis. Komunis berniat untuk melakukan agar upacara tersebut tak dilakukan. Perasaan individual dan kolektif dari pemulihan dialami oleh orang-orang Katolik yang terganggu dari Vietnam Utara, tentang Bunda Allah yang mungkin meloloskan nasib yang lebih buruk bahkan hingga kematian, yang, paling buruk. [Anehnya, itu tak pernah terjadi.]

Patung Bunda dari Fatima yang diselamatkan, kini diamankan dan diserangkan di tangan para pemujanya, dikirab lagi dan lagi dalam prosesi emosional yang panjang, sebagaimana para imam dan lainnya menyatakan kepada masyarakat bahwa ia memiliki pesan khusus bagi mereka, yang diberkati secara pribadi oleh Vikar Kristus di Bumi, dan di atas semua itu, ia diselamatkan dari komunis, karena ia mengharapkan mereka untuk meninggalkan Utara dan pergi ke selatan untuk tinggal di bawah presiden Katolik. Keterlibatan Bunda Maria adalahtaktik terakhir. Ribuan per ribuan yang ketika itu sampai tak dapat memikirkannya, akhirnya, memandang bagaimana Bunda dari Fatima sendiri pergi dan menuju ke wilayah selatan. Pemerintahan Vietnam Utara, yang diperingatkan akan pengerahan atau migrasi, berniat untuk menghentikannya dengan memberikan bantuan dengan segala macam cara. Namun, semuanya sudah terlambat.

Ribuan orang pertama disambut oleh kerumunan yang cepat membanyak. Dalam waktu yang sangat singkat, seluruh penduduk Katolik nampak memutuskan untuk hengkang, dan menjadi eksodus massal. Para imam Katolik, dan agen Diem menyembut mereka, mendorong orang-orang yang masih belum tahu apa yang akan mereka lakukan. Namun, dampak emosional penekanan agama menjaditak tergoyahkan pada seluruh desa, dipimpin oleh para uskup mereka, melalui misa. Rumor berulang soal serangan bom atom yang dinanti mendorong keberangkatan mereka.

Ketika arus pelarian orang-orang Katolik membanjir, Katolik Diem mengirim pesan-pesan pribadi kepada Presiden Eisenhower: Akankah AS membantu evakuasi orang-orang Katolik tertindas dari Utara? Jawabnya: Ya, AS akan membantu orang-orang Katolik. Armada Ketujuh dikirim. Kapal-kapal Prancis bergabung dalam eksodus massal. Pelarian untuk Kebebasan yang dirancang dengan baik dikumandangkan. Organisasi Katolik, wartawan Katolik dan imam Katolik datang dari AS, beberapa dari mereka dengan AL Amerika Serikat itu sendiri. Pada tiga hari perjalanan, misa-misa diadakan oleh para imam Katolik di kapal-kapal Amerika. Emosionalisme keagamaan mencapai titik pematangan dengan kotbah emosional dan penugasan kader Katolik tertentu dari Angkatan Laut AS.

Ketika kapal pertama dengan pengungsi Katolik datang ke Saigon, saudara Presiden Diem, Uskup Ngo Dinh Thuc, Vikar Apostolik, dan bahkan para perwakilan resmi Paus, datang untuk menemui mereka dan memberkati mereka. Kapal-kapal Amerika mengangkut orang-orang Katolik dari Utara. Kemudian untuk mencapainya secara bulat, pada hari Natal, Spellman sendiri datang ke Saigon sebagai duta khusus paus, dan perwakilan resmi angkatan bersenjata Amerika. Disana, ia memberikan cek pertama $10.000, sebuah hadiah dari orang-orang Katolik AS. Kebanyakan propaganda Katolik yang efisien dan pengumpulan amal direncanakan untuk dikerjakan sedini mungkin. Amal dikumpulkan untuk para pengungsi tersebut, dikepalai oleh American Roman Catholic Welfare Fund. Lobi Katolik mendorong Presiden Eisenhower untuk memberikan lebih banyak uang dan lebih banyak pengiriman orang-orang Katolik yang malang, korban penindasan agama yang tak terdengar. Keadaan mereka dibandingkan dengan keadaan umat gereja perdana di bawah kekuasaan Nero. Orang-orang Katolik dari Utara pun kabur, ketika pengerahan propaganda Katolik AS tak lagi diulang, “untuk melestarikan keyakinan kita.”

Tokoh-tokoh kurang bermoral tertentu di Washington bergabung dalam kemeriahan omong kosong, yang ditimbulkan dari favoritisme politik. Ini dipakai oleh Wakil Presiden Nixon, yang mendorong presiden untuk “memberikan bantuan Amerika pertama untuk Katolik Diem.” Secara keseluruhan, antara 800 dan 900 ribu Katolik Vietnam Utara kabur dari Utara dan disambut oleh Diem di Selatan.

Pengaruh kolosal Katolik menciptakan permasalahan dari segala jenis. Namun, terdapat orang yang pergi untuk diselesaikan dengan niat baik dari seluruh orang terkait, bermula dengan orang-orang yang mengadakan kampanye keseluruhan, yakni orang-orang Katolik dari Vietnam Selatan, unsur-unsur tertentu dari AS, CIA dan Vatikan, semenjak tujuna mutlaknya adalah memanfaatkan pengorbanan, penderitaan, prinsip atau bahkan nyawa. Namun, promosi nyata dari kampanye tersebut tak datang dari orang-orang Katolik AS dan politik-militer Washington, namun dari paus sendiri, dalam perjumpaan dengan pemimpin komunis Vietnam Utara, Ho Chi Minh, dalam kesepakatan rahasia, sebagaimana mereka hadir dalam bab berikutnya.