Zalva dan Sabun Lidah Buaya

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Zalva penasaran dengan artikel di majalah yang dibacanya tentang sabun organik lidah buaya, dia pun bertanya ke orang tuanya. Bunda Zalva lantas mengajak putrinya untuk membuat sabun lidah buaya bersama-sama. Berhasilkan mereka membuat sabun itu?

Lakon[sunting]

Ini adalah cara sederhana untuk membuat sabun organik lidah buaya. Selamat mencoba!
  1. Zalva
  2. Bunda Zalva

Lokasi[sunting]

Di rumah Zalva

Cerita Pendek[sunting]

Eco Friendly[sunting]

Sabun organik lidah buaya memiliki banyak manfaat. Selain mudah dibuat, sabun jenis ini menjadi semakin digemari karena jauh lebih eco friendly. Bahan utama untuk membuat sabun tersebut adalah daging tumbuhan lidah buaya yang bisa ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar. Sabun lidah buaya dapat melembabkan dan menenangkan kulit karena mengandung banyak nutrisi serta antioksidan. Selain itu sabun organik ini juga cocok untuk kulit sensitif dan dapat membantu mengurangi peradangan. Jika digunakan untuk membersihkan tubuh sehari-hari, maka manfaat sabun organik lidah buaya akan semakin terasa.


Siang itu, Zalva membaca sebuah majalah khusus tanaman dengan serius. Ada satu artikel yang menarik perhatiannya. Artikel tersebut mengulas tentang sabun organik lidah buaya yang eco friendly. Istilah itu terasa asing bagi Zalva. Untuk mencari tahu, dia berlari ke dapur, menemui ibunya yang sedang mencoba resep kue pemberian nenek Zalva.

“Bunda, eco friendly itu apa, sih?” tanya anak perempuan berumur sepuluh tahun itu sambil duduk di kursi, tak jauh dari ibunya berdiri.

Eco friendly itu artinya ramah lingkungan, Va.”

Zalva manggut-manggut. “Terus, kalau sabun yang eco friendly itu berarti sabunnya ramah lingkungan?”

“Iya, betul. Maksudnya sabun itu dibuat dari bahan-bahan yang ramah lingkungan. Bahan ini biasanya mudah diurai di alam. Orang kadang menyebutnya sabun organik.” Bunda Zalva melirik putrinya. “Kamu tau istilah itu dari mana?”

Zalva menunjukkan majalah yang tadi dia baca. “Dari sini, Bun.”

“Oh, kamu baca majalah punya Bunda?”

Zalva mengangguk. “Di sini ada tulisan tentang sabun lidah buaya, Bunda. Memangnya lidah buaya bisa dijadiin sabun? Kan, banyak lendirnya, Bun.”

Bunda Zalva mencolek ujung hidung putrinya menggunakan jari yang terkena adonan kue, sehingga adonan itu berpindah ke hidung Zalva. “Bisa, dong. Justru lidah buaya itu bagus kalau dibikin sabun sebab manfaatnya banyak.”

“Banyak manfaatnya?” Zalva semakin penasaran. Dia pun memperhatikan ibunya dengan lebih serius.

“Lidah buaya itu bisa melembabkan dan menenangkan kulit karena mengandung banyak nutrisi, di antaranya ada vitamin E yang baik untuk meningkatkan imunitas kulit dan merangsang reproduksi sel kulit baru. Lidah buaya juga mengandung mineral seperti kalsium, sodium, magnesium, kromium, selenium, zinc, dan potasium mangan.” Bunda Zalva menjelaskan. “Kandungan antioksidan dalam lidah buaya juga terbilang tinggi, loh, Va. Ini yang membuat lidah buaya bisa melindungi kulit dari sinar UV.”

“Wow, luar biasa,” gumam Zalva kagum.

“Selain itu jenis sabun ini cocok juga untuk kulit sensitif karena bisa membantu mengurangi inflamasi atau peradangan, melembapkan kulit, mencegah munculnya tanda penuaan dini di kulit seperti garis-garis halus dan kerutan. Sabun lidah buaya bisa juga untuk mengurangi stretch mark, dan melindungi kulit kepala dari ketombe.” Bunda Zalva menunduk, mendekatkan wajah ke putrinya lalu berbisik, “Sabun ini juga bisa dipakai untuk menghilangkan jerawat di punggung, loh.”

Mendengar itu, sepasang mata bulat Zalva berbinar. Dia teringat dengan butiran-butiran jerawat kecil di punggung ayahnya.

“Bikin sabun lidah buaya itu gampang, Va. Mau coba?”

“Mau-mau, Bun. Beneran?” tanya Zalva bersemangat.

Bunda Zalva tersenyum melihat anak perempuannya yang sudah tidak sabar. “Bunda siapkan bahan-bahannya dulu, baru nanti kita buat sama-sama.”

“Bahannya apa aja, Bunda?”

“Karena kita punya tanaman lidah buaya yang besar-besar di samping rumah, jadi kita pakai itu aja. Nanti bahan-bahan yang lain Bunda beli di toko online.”

“Jadi enggak sabar mau bikin sabun sendiri,” gumam Zalva dengan mata berbinar.

Bunda Zalva meletakkan loyang kosong di meja dekat putrinya. “Sekarang kamu bantu Bunda olesi loyang ini pakai mentega. Setelah selesai bikin kuenya baru kita bicarakan lagi soal sabun lidah buaya itu.”

“Siap, Bunda,” sahut Zalva bersemangat.

Membuat Sabun Lidah Buaya[sunting]

Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba. Semua bahan membuat sabun lidah buaya yang dipesan bunda Zalva dari toko online sudah diterima dalam keadaan baik. Bukan main senangnya Zalva karena dia sudah tidak sabar ingin praktik membuat sabun organik.

Bunda Zalva meletakkan bahan-bahan tersebut di atas meja dapur dengan rapi. Di sana ada sepotong tanaman lidah buaya yang besar, soap base sebanyak 250 gram, sebotol pewangi khusus untuk sabun, serta ada cetakan berbentuk kotak-kotak seukuran sabun batang. Semua bahan itu dibeli dari toko online, kecuali lidah buayanya.

“Kamu lihat ini, Va?” Bunda Zalva menunjukkan sisi lidah buaya yang terpotong. Ada cairan kental berwarna kuning kecokelatan yang keluar dari sana. “Ini racun yang bisa bikin gatal dan alergi, jadi harus dibuang.”

“Caranya, Bun?”

Bunda Zalva bergerak ke wastafel. Dicucinya batang lidah buaya itu sampai bersih lalu merendamnya dengan air keran. “Kita tunggu sekitar empat sampai lima jam dulu supaya racunnya hilang.”

Sambil menunggu, Bunda Zalva membantu putrinya mengerjakan PR serta memasak makan siang. Setelah mereka selesai makan, lidah buaya sudah siap untuk diproses menjadi sabun. Bunda Zalva memakai sarung tangan karet lalu mengupas kulit lidah buaya dengan hati-hati, supaya daging tanaman itu tidak banyak terbuang.

“Kalau udah dikupas, diapain lagi, Bun?”

“Kita blender sampai halus, Va, biar tampilan sabunnya nanti jadi cantik.”

Zalva memegang lengan ibunya. “Bunda, aku aja yang blender boleh?”

“Boleh.” Bunda Zalva bergeser ke samping, memberi ruang untuk putrinya agar lebih dekat ke alat blender.

Ketika Zalva menghaluskan daging lidah buaya, ibunya meletakkan panci besar berisi air ke atas kompor kemudian menaruh panci yang lebih kecil ke dalam panci besar tersebut. Setelah siap, kompor pun dinyalakan. Di dalam panci kecil bunda Zalva menaruh potongan soap base sebanyak 250 gram. Dia terus mengaduk sampai soap base tersebut mencair. Cara ini sama seperti yang digunakan untuk melelehkan cokelat batangan.

“Bunda, lidah buayanya udah halus!” seru Zalva setelah mematikan mesin blender.

Bunda Zalva segera menuangkan lidah buaya tersebut ke atas soap base yang sudah berbuih, lalu memasaknya lagi sambil menambahkan lima tetes pewangi khusus sabun beraroma lavender, kemudian mengaduknya sebentar supaya tidak menggumpal.

“Adonan sabunnya udah mendidih itu, Bun.”

“Iya,” sahut bunda Zalva sambil mematikan kompor lalu menyiapkan kotak cetakan yang terbuat dari karet, untuk memudahkan mengeluarkan sabun ketika sudah beku nanti.

Dengan hati-hati, bunda Zalva menuangkan cairan adonan sabun ke dalam cetakan. Sebagai hiasan, dia mengambil garpu lalu menggunakan ujungnya untuk digoreskan ke adonan yang mengental itu sehingga terlihat seperti corak garis abstrak di permukaannya.

“Jadi, deh.” Bunda Zalva tersenyum. Dilepasnya sarung tangan karet yang dia pakai sejak tadi.

“Udah gitu aja?” tanya Zalva bingung.

“Enggak, dong. Ini masih adonan, belum jadi sabun. Kita diamkan dulu selama dua puluh empat jam, setelah beku baru bisa dipakai sabunnya.”

Sabun Lidah Buaya Siap Dipakai[sunting]

Setelah genap 24 jam menunggu, Zalva segera mencari ibunya. Dia sudah tidak sabar untuk memakai sabun organik yang mereka kemarin.

“Bunda, lihat, sabunnya udah beku!” Zalva berseru kegirangan. Diendusnya permukaan sabun dengan hati-hati. “Wangi, Bunda.”

Melihat tingkah putrinya, bunda Zalva tersenyum geli.

“Ayo, ambil satu, Bun. Aku mau mandi pakai sabun itu. Kira-kira kalau kena air bisa keluar busanya atau enggak, ya?”

“Coba kamu buktiin sendiri,” sahut bunda Zalva seraya mengulurkan sepotong sabun yang sudah dikeluarkan dari cetakannya.

Zalva bersemangat masuk ke kamar mandi. Tak lama, dia berteriak, “Bunda, sabunnya berbusa banyak, lembut banget!”

Bunda Zalva yang mendengarnya menggeleng-geleng sambil tersenyum lembut.


-Selesai-