Lompat ke isi

Mitologi Yunani/Perang Troya/Kematian Akhilles

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Akhilles terkena panah Paris.

Troya memperoleh bala bantuan lagi dari bangsa Ethiopia atau bangsa Assyria. mereka dipimpin oleh pangeran Memnon, putra Tithonos dan Eos, dewi fajar. Tithonos adalah saudara Priamos. Memnon membunuhi banyak prajurit Yunani dan memaksa mereka untuk mundur.

Ketika berusaha mundur, terjadi kekacauan pada pasukan Yunani, akibatnya Nestor, yang sudah tua, dikepung oleh musuh, termasuk Memnon. Antilokhos, putra Nestor, mencoba menyelamatkan ayahnya, namun dia dibunuh oleh Memnon. Melihat putra mati, Nestor marah dan meminta bertarung pada Memnon. Akan tetapi Memnon melihat kondisi Nestor dan berkata bahwa tidak ada gunanya bertarung dengan Nestor yang sudah tua.

Nestor lalu memanggil Akhilles dan memintanya membalaskan kematian Antolokhos. Sebenarnya Akhilles sudah diberitahu oleh ibunya bahwa kematiannya akan tiba tidak lama setelah kematian Memnon. Namun Akhilles tidak mempedulikan peringatan ibunya. Akhilles tetap bertarung dan membunuh Memnon.

Dengan matinya Memnon, pasukan Troya kehilangan nyali dan akhirnya mundur ke dalam kota, dengan dikejar oleh Akhilles. Ketika Akhilles tiba di depan gerbang Skaia, Paris mengarahkan panahnya dan membidik Akhilles. Paris lalu melepaskan anak panahnya. Anak panah tersebut diarahkan oleh Apollo sehingga tepat mengenai tumit Akhilles, yang merupakan satu-satunya bagian tubuh Akhilles yang tidak kebal terhadap senjata. Akhirnya Akhilles pun meninggal dunia.

Setelah itu terjadi baku hantam memperebutkan jenazah Akhilles. Dalam pertempuran tersebut, Aias membunuh Glaukos, pemimpin bangsa Likia. Aias lalu berusaha membawa jenazah Akhilles menuju kamp Yunani sementara Odisseus menghalau gerak maju pasukan Troya.

Ada versi lainnya mengenai kematian Akhilles. Akhilles jatuh cinta pada Polixena, putri Priamos dan Hekabe. Akhilles diam-diam mendatangi rumah Polixena. Di sana dia dibunuh oleh Paris dan Deifobos, saudara Polixena. Versi yang kedua ini memang kurang heroik namun ini menjelaskan mengapa nantinya arwah Akhilles meminta pasukan Yunani untuk mengurbankan Polixena untuknya.


Aias bunuh diri.

Ketika pemakaman Akhilles dilaksanakan di kamp Yunani, Thetis datang beserta saudari-saudarinya, para Nereid, dan mereka berduka cita atas kematian putra Thetis. Kemudian dilakukan upacara pembakaran jenazah Akhilles, dan abunya disatukan dengan abu sahabat baiknya, Patroklos.

Setelah pemakaman selesai, disepakati bahwa peralatan perang Akhilles akan diwariskan pada prajurit Yunani terhebat. Para pemimpin Yunani berdikusi dan akhirnya memilih Odisseus sebagai penerima peralatan perang Akhilles.

Namun ternyata ada yang tidak puas dengan keputusan itu, yakni Aias. Aias merasa dirinya lebih pantas sebegai penerima warisan Akhilles. Aias pun memutuskan untuk membunuh Odisseus pada malam hari. Athena, pelindung Odisseus, mengetahui rencana Aias dan langsung menggagalkannya. Athena mengacaukan pikiran Aias sehingga Aias mengira dia membunuh pemimpin Yunani yang memberi pakaian perang Akhilles pada Odisseus, padahal Aias hanya membunuh sekawanan domba. Aias lalu membunuh seekor domba besar, yang dia pikir sebagai Odisseus.

Ketika Aias kembali waras, dia langsung menyesali perbuatannya. Aias mengambil pedangnya dan bunuh diri.

Agamemnon dan Menelaos tidak mau memakamkan Aias secara layak, dan lebih suka membiarkan jenazahnya dimakan burung hering dan anjing. Saudara tiri Aias, Teukros, menuduh mereka melanggar tradisi dan merendahkan martabat Aias. Teukros nyaris bertarung dengan Atrid (Agamemnon dan Menelaos) kalau saja tidak dihentikan oleh Odisseus. Odisseus sendiri lebih setuju jika jenazah Aias dimakamkan dengan layak karena menurutnya Aias adalah prajurit yang hebat dan gagah berani.

Karena Odisseus sudah meminta begitu, Agamemnon dan Menelaos tak punya pilihan selain memakamkan Aias dengan layak. Odisseus memberitahu Teukros bahwa jika dia tahu Aias sangat menginginkan peralatan perang Akhilles, dia akan mengalah dan menyerahkannya pada Aias.

Peralatan perang Akhilles nantinya akan diberikan pada Neoptelemos, putra Akhilles. Dalam versi lainnya, peralatan perang itu dikubur bersama jenazah Aias.