4D: Tanda-Tanda Umum Tidak Sehat Jiwa

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Halaman ini adalah bagian dari proyek Memahami Kesehatan Jiwa: untuk Masyarakat Awam.

Sangkalan[sunting]

Sebagai kehati-hatian dalam menggunakan kriteria penentuan tidak sehat jiwa seperti yang dipaparkan di bawah ini, maka hendaknya dipertimbangkan hal-hal berikut:

Penilaian mengenai abnormalitas dalam Kesehatan Jiwa dapat dilakukan berdasarkan sejumlah sudut pandang, di antaranya yaitu berdasarkan sudut-pandang budaya dan berdasarkan gejala-gejala klinis yang muncul dalam gangguan jiwa (lihat Tanda-Tanda Umum Gangguan Kejiwaan untuk lebih lengkapnya). Di bawah ini adalah tanda-tanda umum tidak sehat jiwa berdasarkan pandangan umum dalam buku teks psikologi. Perlu dimaklumi bahwa ini hanyalah salah satu sudut pandang, dan sama sekali tidak mengungkapkan keseluruhan pandangan dalam kesehatan jiwa yang merupakan ranah yang sangat luas dan beraneka (Anda mungkin akan mempertimbangkan untuk membaca Sejarah Ilmu Psikologi: untuk Masyarakat Awam untuk memahami betapa beragamnya perjalanan ilmu Psikologi tersebut).

Kriteria tidak sehat jiwa dapat dilihat berdasarkan 4 D, yaitu dysfunction (disabilitas), distress (penderitaan), deviance (menjauh dari norma di masyarakat), serta dangerousness (menimbulkan bahaya, baik diri sendiri maupun orang lain). Kriteria semacam ini mempermudah untuk menetapkan faktor-faktor apa saja yang berperan dalam menentukan apakah seseorang itu sehat jiwa atau tidak (dan mudah dihapal pula). Namun seperti halnya perdebatan yang mewarnai sudut pandang budaya untuk gangguan jiwa, Ciri-ciri 4 D ini masih merupakan sudut pandang yang cukup subjektif. “Kadar” atau “Intensitas” dari masing-masing aspek di bawah ini dapat menimbulkan perdebatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan masing-masing penetapan aspek 4 D-nya itu sendiri sebagai kriteria.

Sebagai contoh, seberapa besar perasaan “menderita” seseorang harus dialami sehingga ia dinyatakan tidak sehat jiwa? Seberapa banyak “ketidakmampuan” yang menjadi hambatan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari sehingga ia dapat dinyatakan demikian? “Kadar” atau “intensitas” dalam hal-hal yang abstrak, apalagi berkenaan dengan aspek pikiran dan perasaan manusia adalah sesuatu yang sangat rentan untuk dianggap sebagai ajek dan objektif. Dengan demikian, batas antara sehat dan tidak sehat jiwa masih tidak dipisahkan oleh sebuah garis yang tegas.

Kriteria 4D[sunting]

Aspek 4D dalam penentuan tidak sehat jiwa atau untuk penentuan adanya gangguan penyesuaian (malasuai/maladaptif) adalah:

  1. Dysfunction (Disabilitas). Ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dalam bekerja, atau membentuk relasi interpersonal yang berarti dengan sekitarnya. Semakin perilaku dan perasaan seseorang menimbulkan ketidakberfungsian, maka semakin mereka dapat dinilai sebagai memiliki permasalahan kesehatan jiwa.
  2. Distress (Penderitaan). Perilaku dan perasaan yang menyebabkan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain dapat dijadikan ukuran abnormalitas dalam kesehatan jiwa, meskipun hal tersebut hal tersebut dapat berbeda dari individu ke individu, bahkan pada seorang individu dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, orang yang mengalami gangguan penilaian realitas (psikotik) mungkin “mengalami” realitas yang lain, atau mengalami gejala negatif yang tampaknya tidak wajar bagi orang lain. Namun berdasarkan paparan pengalaman dari orang yang mengalami gangguan yang demikian, tidak di semua titik waktu ketika mereka mengalami gejala tersebut mereka merasa menderita dan merasa membutuhkan bantuan dari orang lain. Namun, jika dilihat secara keseluruhan dari gangguan penilaian realitas tersebut, pengalamnya jelas-jelas berupaya untuk memulihkan gangguan mereka, bahkan sebelum mereka mengenal dengan baik apa yang sebenarnya terjadi dengan diri mereka.
  3. Deviant (Menjauh dari Norma Masyarakat). Perilaku yang dianggap melanggar norma masyarakat, seperti melakukan dusta dalam jangka panjang atau mencuri, atau mendengar suara-suara ketika tak ada siapapun ada di sekitar, dapat mengarah kepada penilaian bahwa seorang individu tidak sehat jiwa. Namun dalam hal ini dapat dikatakan bahwa norma dalam masyarakat tidaklah sama dari suatu wilayah ke wilayah yang lain. Sebagai contoh, di Kota New York, jika Anda mendengar suara-suara tanpa ada sumber eksternal yang riil, Anda mungkin akan disarankan untuk berkonsultasi dengan psikiater. Namun jika Anda berada pada suatu masyarakat tradisional di Afrika, maka hal tersebut akan dianggap sebagai sebuah kewajaran, karena Anda akan dianggap telah mendengar suara dari para ruh.
  4. Dangerousness (Menimbulkan Bahaya). Beberapa perilaku merupakan pertanda bahaya bagi diri sendiri dan orang lain, seperti perilaku bunuh diri dan menyerang tanpa dasar logika. Namun dalam hal ini layak dicatat, bahwa pada peristiwa mempertahankan diri atau jika hal tersebut untuk mempertahankan sesuatu yang posisinya dinilai lebih tinggi, misalnya mempertahankan wilayah pada suatu peperangan atau merebut sumber daya yang vital untuk bertahan hidup (misalnya mata air atau sumber daya makanan) hal ini akan menjadi sangat ambigu untuk dijadikan kriteria penentuan tidak sehat jiwa dan gangguan penyesuaian.

Kepustakaan[sunting]

Dibuat berdasarkan bagian “Defining Abnormality” dalam Susan Nolen-Hoeksema, Abnormal Psychology, Edisi ke-5, McGraw-Hill, New York: 2011, halaman 4 hingga 8.