Lompat ke isi

Permainan Anak Tradisional Kalimantan Selatan/Ampar-ampar Pisang

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Pernahkah kamu mendengar lagu Ampar-ampar Pisang? Ya, ini adalah lagu daerah Kalimantan Selatan. Lagu ini juga menjadi pengiring dalam permainan tradisional anak-anak Kalimantan.

Permainan Ampar-ampar Pisang bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa ada batasan jumlah, baik anak laki-laki maupun perempuan. Permainan biasanya dilakukan di dalam ruangan.

Alat Permainan

[sunting]

Tidak ada alat yang dibutuhkan dalam permainan ini

Cara Bermain

[sunting]

Setiap anak duduk dengan cara berselonjor, dua kaki lurus ke depan dan dirapatkan. Semua peserta duduk berdampingan dengan rapat, sehingga kaki-kaki mereka berderet dengan rapi seperti sesisir pisang. Tetapi sejak pandemi Covid-19 dan penerapan social distancing, posisi duduk pemain mulai dimodifikasi menjadi berjarak di empat arah mata angin (lihat gambar ilustrasi).

Ilustrasi permainan tradisional Ampar-ampar Pisang dari Kalimantan Selatan.

Satu orang pemain (biasanya di posisi tengah) akan menyentuh setiap kaki peserta permainan, dari ujung ke ujung. Misal, pemain pertama ditandai dengan kaki A dan B, pemain kedua dengan kaki C dan D, lalu pemain ketiga dengan kaki E dan F. Pemain tengah akan menyentuh kaki A, B, C, D, E, dan F secara bergantian.

Jika sudah tiba di ujung, pemain akan tetap menyentuh kaki dengan urutan terbalik, yakni F, E, D, C, B, dan A, lalu B lagi, C lagi, dan seterusnya. Sementara dalam formasi social distancing, urutan kaki tetap melingkar searah jarum jam, yakni A, B, C, D, E, dan F, lanjut ke A lagi.

Sembari menyentuh kaki-kaki secara bergantian, para pemain akan menyanyikan lagu Ampar-ampar Pisang dengan riang gembira, adapun liriknya sebagai berikut.



Ampar-ampar Pisang

Pisangku balum masak

Masak sabigi, dihurung bari-bari

Manggalepak, manggalepok

Patah kayu bengkok

Bengkok dimakan api, apinya cangcurupan

Siapa batis kutung, dikitip bidawang


Beberapa daerah juga menambahkan lirik lagu sebagai berikut.


Siapa gigi ompong, makan gula habang


Setiap suku kata atau penggalan kata dalam lagu tersebut dinyanyikan, maka pemain tengah akan menyentuh satu per satu kaki peserta, hingga lirik lagu tersebut selesai. Siapa yang kakinya disentuh terakhir kali saat lirik lagu selesai, maka ia harus melipat kakinya tersebut seperti gerakan bersimpuh, dan nyawanya dalam permainan tersisa satu kaki saja.

Permainan akan dilanjutkan dengan langkah yang sama, menyanyikan lagu Ampar-ampar Pisang, sembari pemain tengah menyentuh kaki pemain satu per satu. Pemain yang kedua kakinya telah terlipat, maka ia sudah tereliminasi dan bisa menyingkir dari arena, agar pemain yang tersisa bisa duduk lebih merapat. Pemain yang bisa bertahan sampai akhir, di mana salah satu kakinya tidak dilipat, ia dinobatkan sebagai juaranya.[1]

Nilai Permainan

[sunting]

Permainan Ampar-ampar Pisang bisa menjadi salah satu langkah untuk melestarikan sastra lisan berupa nyanyian atau lagu daerah Kalimantan Selatan. Permainan ini juga bisa memupuk rasa persahabatan antar pemain, dan melatih sportivitas. Bagi anak yang belum bisa berhitung, latihan ini juga bisa menjadi sarana latihan untuk menghitung jumlah kaki-kaki pemain.

Lirik lagu Ampar-ampar Pisang juga sarat akan makna dan nasihat. Misalnya dalam lirik ‘siapa gigi ompong, makan gula habang’ berarti siapa yang giginya ompong, karena memakan gula merah (terlalu banyak).

Referensi

[sunting]
  1. Pengalaman pribadi Penulis, ditambahkan dengan hasil wawancara pada sumber primer lainnya, yakni Fitria Anggeriyani (32 tahun), di Balai Kota Pemkot Banjarbaru, Rabu, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WITA.