Permainan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta/Betengan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Betengan[sunting]

Permainan Betengan atau ada juga yang menyebutnya bentengan atau benteng-bentengan, merupakan permainan kelompok yang tersebar di  wilayah Jawa. Karena mengandalkan gerak fisik, permainan ini bermanfaat juga untuk olahraga [1]. Permainan ini dapat dimainkan oleh 8 hingga 16 pemain, yang kemudian dibagi menjadi dua tim. Setiap tim mempunyai benteng atau markas yang harus dijaga agar tidak direbut musuh. Bentengan dapat dimainkan di area terbuka yang cukup luas pada waktu siang maupun petang. Hal yang dibutuhkan untuk memainkan betengan adalah semacam tiang, pohon, atau pilar yang kuat untuk dijadikan “benteng” yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Cara Bermain[sunting]

Pertama, pembagian tim dilakukan dengan anggota yang sebaiknya seimbang. Setelah anggota tim ditentukan, masing-masing tim berkumpul di benteng atau markas masing-masing. Misi dari setiap tim adalah merebut benteng lawan. Dalam hal ini, setiap dari mereka dapat menawan anggota musuh yang berada jauh dari benteng atau markas mereka. Semakin banyak anggota lawan yang ditawan, maka penjagaan benteng semakin berkurang. Namun, anggota satu tim pun dapat membebaskan temannya dengan cara menyentuhnya. Beberapa aturan yang perlu diikuti saat memainkan Bentengan antara lain; (a) Memegang benteng dapat diibaratkan seperti mengisi kekuatan, sehingga siapa yang lebih dekat jeda waktunya, maka ia lebih unggul. (b)  Area di sekitar benteng adalah area yang aman bagi pemain, dimana mereka tidak bisa dikenai atau ditangkap oleh tim lawan; (c) Pemain dapat menangkap dan menawan anggota tim lawan dengan cara menyentuhnya, dengan syarat si pemain adalah yang terakhir memegang benteng dan lawan tersebut tidak sedang memegang benteng; (d) Pemenang adalah tim yang salah satu anggotanya berhasil menyentuh benteng lawan dengan meneriakkan “Benteng”.

Dalam permainan Bentengan, strategi tim penting untuk memenangkan permainan. Pembagian peran seperti, penjaga, mata-mata, penyerang, dan pengganggu dapat menjadi langkah untuk merebut benteng lawan. Peran-peran tersebut dapat melatih jiwa sosial, tanggung jawab dan kerja sama tim. Selain itu, ketangkasan dan kemampuan fisik dapat diasah dengan cara yang menyenangkan.

Referensi[sunting]

  1. Warisan Budaya Takbenda | Beranda (kemdikbud.go.id)[1]