Permainan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta
Latar Belakang
[sunting]Indonesia mempunyai warisan budaya yang beraneka ragam. Salah satunya yang masih terus dipertahankan adalah permainan tradisional. Permainan tradisional adalah permainan yang mengandung sejarah di suatu daerah atau budaya yang memuat nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang tidak berasal dari proses industrialisasi. Ekspresi budaya ini merupakan hasil karya mausia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai bentuk hiburan dan wahana sosialisasi yang yang dapat dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Meski demikian, permainan lebih identik dengan anak-anak. Permainan tradisional umumnya berkaitan dengan proses enkulturasi daripada nilai-nilai, kepercayaan sentral suatu budaya, dan ciri perilaku suatu kelompok tertentu.[1]
Menurut pakar, Indonesia mempunyai sekitar 2600 jenis permainan tradisional. Hal ini tidak lepas dari keberagaman adat istiadat dan kebudayaan dari wilayah Indonesia. Namun demikian, jumlah tersebut telah banyak berkurang.[2] Di era modern dan perkembangan teknologi yang masif, permainan tradisional semakin terpinggirkan oleh permainan modern. Meskipun demikian, permainan tradisional tidak kalah menarik dibandingkan dengan permainan modern. Kurangnya eksistensi permainan tradisional salah satunya disebabkan oleh metode penyampaiannya yang lebih banyak mengandalkan lisan di samping pergeseran tata nilai tradisional, dan pola asuh yang kurang mengenalkan permainan tradisional. Lingkungan di wilayah urban modern, dimana lahan bermain tidak tersedia menjadikan anak-anak di era modern relatif kurang mengenalnya.
Manfaat Permainan Tradisional
[sunting]Di sisi lain, permainan tradisional mempunyai keunggulan yang tidak diperoleh dari permainan modern yang mengandalkan perangkat teknologi. Pertama, permainan tradisional dapat dijangkau siapa saja karena tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Selain itu, permainan tradisional permainan tradisional juga bermanfaat bagi perkembangan anak. Aspek ini antara lain kemampuan kognitif, berbahasa, nilai agama dan moral, fisik motorik baik motorik halus maupun kasar, sosial emosional, dan seni [3]. Anak-anak yang memainkan permainan tradisional menunjukkan perkembangan yang baik dalam kemampuan interpersonal anak, meningkatkan jiwa sportifitas, kemampuan kerjasama, ketangkasan serta kemampuan berstrategi. [4]
Sementara itu, menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan Indonesia, permainan tradisional dapat menjadi stimulan bagi 9 jenis kecerdasan anak. Sembilan kecerdasan tersebut antara lain; kecerdasan logika matematika; kecerdasan linguistik atau berbahasa, kecerdasan visual dan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, intrapersonal, kecerdasan spiritual, kecerdasan kinestetika, dan kecerdasan natural. [5]
Permainan tradisional memegang fungsi penting dalam menanamkan nilai-nilai budaya bangsa norma-norma sosial, dan pandangan hidup serta lingkungan. Dengan kata lain, permainan tradisional mempunyai nilai edukasi yang dapat diajarkan untuk anak-anak, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah.
Memepertimbangkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dan keberadaannya yang semakin jarang dimainkan, upaya untuk melestarikan permainan tradisional terus digalakan. Salah satu daerah yang masih terus menggalakan pelestarian permainan tradisional adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sekilas Tentang Daerah Istimewa Yogyakarta
[sunting]Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai daerah otonom yang setara dengan wilayah provinsi [6] Hal ini didasarkan dengan Undang-Undang No.3 tahun 1950. Wilayah ini dikenal dengan nilai-nilai historisnya yang kental. Wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai kota istana berperan penting dalam perkembangan budaya di Pulau Jawa dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ibukota D.I. Yogyakarta berada di Kota Yogyakarta. Pada masa awal kemerdekaan, kota Yogyakarta, yang merupakan ibukota negara, yaitu pada 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949. Predikatnya sebagai kota kebudayaan tidak lepas dari keberadaan peninggalan tradisi dan kebudayaan dari masa lalu yang masih lestari
Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Wilayah kasultanan masih eksis hingga sekarang. Terbukti dari kepemimpinannya daerah yang tidak dipegang oleh gubernur, melainkan seorang Sultan. Keberadaan sistem pemerintahan ini mengambil peranan penting dalam menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi Jawa. Tradisi leluhur masih kental dipraktikkan oleh masyarakat lokal.
Warisan leluhur dan ekspresi budaya seperti upacara adat dan pertunjukan seni tradisional kerap diselenggarakan sebagai bentuk pelestarian akar budaya. Selain itu, warisan budaya berupa permainan rakyat atau permainan tradisional beraneka ragam jenisnya [7].
Kategori Permainan Tradisional
[sunting]Permainan tradisional dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, antara lain; kategori permainan keterampilan fisik, permainan strategi, permainan kesempatan, permainan daya ingat, permainan ritmik dan permainan visual. Sementara menurut cara bermainnya, permainan tradisional dapat dimainkan secara individu, kelompok, atau tim.
Dilihat berdasarkan sifatnya, permainan tradisional dibagi menjadi dua kategori, yaitu permainan yang sifatnya untuk bertanding (game) dan permainan untuk bermain (play). permainan yang mempunyai fungsi bertanding bersifat kompetitif, paling tidak dimainkan oleh dua orang, dan mempunyai aturan permainan yang terorganisasi. Sementara permainan yang sifatnya untuk bermain lebih bersifat untuk rekreasi dan pengisi waktu luang.
Sementara itu, menurut maksud yang dikandungnya, permainan tradisional dibagi menjadi lima, yaitu; permainan dengan latih bahasa, permainan dengan irama dan gerak lagu, permainan yang ditujukan untuk pancaindra, permainan yang mengandalkan kekuatan dan kecakapan (Dharmamulya (1992:46)) [8]
Macam Permainan Tradisional Di Daerah Istimewa Yogyakarta
[sunting]Permainan tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai banyak variasinya. Permainan rakyat tersebut umumnya tidak diketahui dengan jelas siapa penciptanya, seperti apa asal-usulnya, dan telah lama dikenal secara turun-temurun. [9] Berikut beberapa jenis permainan tradisional atau dolanan bocah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta:
- Benthik
- Dhakon
- Blarak-blarak Sempal
- Cublak-cublak Suweng
- Jamuran
- Gobak Sodor
- Betengan
- Watu Gatheng
- Thuprok Thuprok
- Ancak-ancak Alis
Sebagai bentuk pelestarian warisan budaya, serta mempertimbangkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari permainan tradisional, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakrta juga meyelenggarakan berbagai acara, misalnya Lomba Permainan Tradisional yang pernah diselenggarakan pada tahun 2022 [10]. Selain itu Kota Yogyakarta mempunyai Museum Sonobudoyo yang didalamnya memuat koleksi-koleksi berupa alat-alat permainan tradisional yang berguna bagi generasi muda untuk lebih mengenali warisan tak benda berupa permainan tradisional.
Referensi
[sunting]- ↑ https://research.usq.edu.au/download/983bd605c16b820fe1ad1cb7252a368df1def4d45f422fd8ce253f92636194cb/2903467/Edwards_typology_PV.pdf
- ↑ https://mediaindonesia.com/megapolitan/536475/kenalkan-permainan-tradisional-lemonilo-gelar-chimilanddi-kota-tua
- ↑ https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa
- ↑ https://online-journal.unja.ac.id/jpj/article/download/4796/8778/9776
- ↑ https://repositori.kemdikbud.go.id/23989/1/Model%202020-Model%20Permainan%20Trad%20Sosem%20AUD4-5-Panduan%20Sondah.pdf
- ↑ Sejarah Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta | Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah D.I Yogyakarta (jogjaprov.go.id)
- ↑ Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (jogjaprov.go.id)[1]
- ↑ https://repositori.kemdikbud.go.id/14158/1/Pembinaan nilai budaya melalui permainan rakyat daerah istimewa yogyakarta.pdf
- ↑ Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta - Festival Permainan Rakyat Meriahkan HUT Kota Yogyakarta 265 (jogjakota.go.id)[2]
- ↑ Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (jogjaprov.go.id)[3]