A Hui dan Meily (Bagian Kedua)
Kategori
[sunting]Fiksi/Cerita bersambung
Pengantar
[sunting]Penulis
[sunting]Penulis bernama lengkap R. Ananta Kusuma Wibawa. Alumnus S1, Fakultas Hukum, Universitas Surabaya (Ubaya) Surabaya, tahun 1995. Berprofesi sebagai seorang advokat dan sejak tahun 2010, sering menjadi tenaga ahli fungsional dalam progam-program penyusunan kebijakan publik di berbagai instansi pemerintah daerah di Provinsi Jawa Timur.
Email: akwibawa88@gmail.com
Tema
[sunting]Cerita Satir Roman Budaya.
Sasaran
[sunting]Pembaca umum.
Sinopsis
[sunting]Sepak terjang Wang Xiaohui (A Hui), yang menghalalkan segala cara untuk menunjukkan keunggulan jati dirinya, harus berjalan seiring dengan kepribadian kekasihnya, Meily, yang penuh ketabahan dan empati. Cerita satir ini dibungkus dengan sejumlah tradisi-filosofi Tionghoa dan nilai moral.
Lakon
[sunting]- Wang Xiaohui (A Hui)
- Meily
- Wang Xiaofeng
- Anto
- Kak Nana
- Sin Fu
- Om Swie
- Tante Tjoe Yen
- Mama Meily
- Papa Meily
- She Tjoen
Lokasi
- Kampung asal A Hui dan Meily
- Kota Malang, Jawa Timur.
- Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur
Cerita Bersambung Bagian Kedua
[sunting]Memikirkan Tambatan Hati
[sunting]”Aih, sial apa aku malam ini. Bagaimana menjelaskan ini ke Meily” renung A Hui dalam benaknya. Eeh, kurang ajarnya, dia bukan malah kuatir harus ngomong apa ke orang tuanya. Dia lebih bingung bagaimana harus menceritakan soal ini pada pacarnya, si Meily.
Sebulan, sebelum dia dan Sin Fu maju ke ”meja laga” untuk melawan pasukan Om Swie, A Hui sempat menyampaikan rencananya dengan penuh rasa percaya diri pada Meily bahwa ia bertekad untuk memperoleh uang banyak dari bertaruh. Sambil mereka berdua menikmati es krim di Toko Oen, Malang, ia janjikan akan membawa Meily pesiar ke Jogja dan menjelajahi tempat-tempat romantis yang akan memperkaya coretan sejarah kisah asmara mereka.
”Ngajak pesiar kok dari uang judi, sih ko? 11 protes Meily dengan lembut. Ia mencoba menetapkan garis penegas. ”Mana pernah, sih, aku mengharap Koko melimpahiku dengan curahan materi yang berlebih-lebih. Aku hanya mengharap Koko tampil sebagai manusia seutuhnya, sebagai laki-laki yang sadar akan jati diri, bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.”
Usia Meily sebenarnya lebih tua setahun dari A Hui, namun ia menghormati ”struktur hubungan antar kekasih”, dimana seorang perempuan menganggap laki-laki sebagai yang dituakan. Ia sudah lama tidak menyukai perilaku negatif A Hui itu dan tidak pernah sekalipun menutupi ketidaksukaannya di hadapan A Hui.
Namun sebaliknya, Meily juga tidak pernah berpikir untuk meninggalkan kekasihnya itu. Baginya, berlaku pepatah bijak, ”Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.” Bibi Xiu, adik sepupu Papa Meily juga pernah mengajarkan, ”Kalau kau punya rencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Kalau kau punya rencana untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon. Kalau kau punya rencana untuk seratus tahun, didiklah manusia.”
Bagi Meily, baik-buruk A Hui adalah suatu keniscayaan. Ia sudah bersedia menerima cinta A Hui dan bertekad untuk mendampinginya dalam susah maupun senang. Dia percaya bahwa jika ada kelebihan dari A Hui, dia pun akan memperoleh limpahan baiknya, sedang jika ada kekurangan dari A Hui, dia pun tidak malu menerimanya dan akan berusaha untuk turut memperbaikinya.
Riwayat Asmara
[sunting]Sebenarnya, riwayat asmara keduanya tidak terlalu rumit. Meily berasal dari satu kabupaten di pulau yang sama dengan A Hui. Mereka dahulu satu sekolah di SMA yang sama di kabupaten itu. Meily sudah lama menaruh hati pada pemuda itu, namun A Hui lebih memilih orang lain dan Meily cuma diberi iming-iming. Istilah anak muda sekarang, A Hui tidak lebih seorang PHP 12 bagi Meily.
Pada episode berikutnya, hubungan asmara A Hui dengan seseorang itu berakhir. A Hui ditinggal kawin dan akhirnya gayung bersambut dengan harapan Meily. Episode asmara yang biasa saja bagi umat manusia. Tidak dapat satu, ya dapat yang lain.
Mungkin jika dijadikan bingkai skenario sinetron, tidak menarik sama sekali. Bisa menjadi dasar cerita, namun harus dikemas dengan tebaran ”bumbu” penarik cerita di sana-sini, agar terasa lebih ”gurih”, memenuhi harapan pemodal untuk promosi iklan, serta mampu meningkatkan rating jam tayang di televisi.
Keduanya sama merantau ke Malang untuk mengejar semangat pemberdayaan diri serta perbaikan kualitas harkat dan martabat mereka sebagai manusia seutuhnya. Meily berkuliah di UMM 13 dan mengambil Studi Fisioterapi di Fakultas Kesehatan.
Cukup unik pilihan Meily berkuliah di UMM, yang umumnya, orang mengenal sebagai perguruan tinggi berbasis Islam. Ia seorang gadis Tionghoa dan beragama Katholik, namun agama ini seperti agama KTP saja baginya. Sehari-harinya, Meily lebih cenderung mengikuti kepercayaan Taoisme, yang merupakan kepercayaan rohani tradisional masyarakat Tionghoa. Malahan, sejak di tingkat SMA, ia mulai menaruh perhatian pada ajaran Islam yang mengikuti cara pandang NU,14 yang memang di pulau kediamannya, mayoritas banyak penganutnya dan berpengaruh besar dalam dinamika sosial masyarakat di sana.
Senior kuliahnya, Kak Nana, pernah bertanya soal itu, ”Kok kamu mulai mempelajari Islam dari NU, malah kini milih sekolah di Muhamadiyah, sih. Kenapa nggak pilih ambil studi kesehatan di Universitas Nahdlatul 'Ulama saja?”
Meily yang rendah hati berusaha menjelaskan dengan ringan, ”Nahdlatul 'Ulama atau Kebangkitan Ulama, kan maknanya orang-orang yang sadar akan upaya pencapaian keilmuan. Nah, di sisi lain, kata Nabi Muhammad SAW, “Mereka yang gemar mengejar ilmu adalah termasuk golonganku.” Kalau masuk golongan Nabi Muhammad, kan dalam bahasa Arabnya adalah kaum Muhammadiyah. Sama aja, kan”. Kak Nana hanya geleng-geleng kepala, seraya menimpali, ”Yeeeh, bisa saja kamu ini, ahahaha”.
Bidang studi pilihan Meily juga nyeleneh dan tidak lazim bagi masyarakat Tionghoa Indonesia yang berkuliah. Fisioterapi adalah proses merehabilitasi seseorang agar terhindar dari cacat fisik melalui serangkaian penilaian, diagnosis, perlakuan, dan aktivitas pencegahan. Tujuan dari dilakukannya fisioterapi adalah mengembalikan fungsi tubuh setelah terkena penyakit atau cedera. Jika tubuh menderita penyakit atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat diprioritaskan untuk mengurangi dampaknya.
Suatu ilmu terapan yang luar biasa bagi layanan kesehatan masyarakat di negara maju, namun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bidang ini dianggap tidak lebih dari ”ilmu tukang pijat”. Seringkali Meily juga memiliki seloroh yang khas untuk bidang studi pilihannya ini.
Suatu ketika, Anto, seorang pembina organisasi dan mentor Meily di aktvitas organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, ”Asosiasi Mahasiswa Berpikiran Maju (AMBM)” menaruh respek dan kagum pada bidang studi pilihan Meily ini, bahkan menganggapnya sebagai suatu keberanian perempuan dalam menentukan pilihan.
”Kau memang perempuan yang luar biasa. Sadar akan pentingnya ilmu terapan ini bagi kemajuan layanan kesehatan publik di Indonesia. Kau tahu, Meily, pilihanmu ini tidak terlalu pragmatis, tapi kau berani menerobos kelaziman untuk memberikan yang terbaik bagi publik” puji Anto.
Seolah tidak habis dalam kekaguman, ia menambahkan, ”Kau benar-benar cerminan dari seorang mahasiswa berpikiran maju.” Dengan tersipu, namun tidak layu, Meily hanya membalas dengan seloroh ringan, ”Ah, Ko Anto, Meily tuh cuma sekolah tukang pijat. Yah, bedanya nanti Meily jadi tukang pijat berijazah. Itu saja ahahaha”.
Keterangan
[sunting]Cerita ini fiktif semata. Semua nama dan karakter yang digambarkan dalam cerita ini, tidak dan tidak harus dianggap identik dengan figur yang nyata, baik yang masih hidup, maupun yang sudah meninggal.
[11] Ko, kependekan dari Koko: dialek Hokkian, terjemahannya adalah Kakak laki-laki.
[12] PHP adalah istilah pergaulan masa kini, merupakan singkatan dari Pemberi Harapan Palsu.
[13] UMM adalah singkatan Universitas Muhammadiyah Malang. Suatu lembaga pendidikan tinggi yang didirikan oleh salah satu organisasi masyarakat keagamaan yang cukup besar dan berpengaruh di Indonesia, yaitu Muhammadiyah. Pendirian dan pengelolaannya dilakukan melalui Badan Hukum Yayasan Pendidikan Tinggi Muhammadiyah.
[14] NU adalah singkatan Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), yaitu sebuah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, seperti Muhammadiyah. Organisasi ini berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.