Permainan Tradisional Lampung

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Buku katalog permainan tradisional ini merupakan salah satu contoh buku katalog permainan tradisional untuk Proyek Yuwana. Jenis-jenis permainan dalam katalog ini dikategorisasikan berdasarkan asal daerah yakni Provinsi Lampung.

Permainan tradisional memiliki banyak manfaat dan penting untuk dilestarikan karena mereka merupakan bagian penting dari kebudayaan suatu negara atau masyarakat. Mereka mencerminkan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai suatu tempat, serta dapat membantu menjaga keberlangsungan budaya tersebut dari generasi ke generasi. Selain itu, permainan tradisional juga dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental seseorang, terutama bagi anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Permainan tradisional juga dapat meningkatkan keterampilan sosial, keberanian, dan kemampuan berpikir kreatif, serta menjadi sarana hiburan yang menyenangkan bagi semua orang. Oleh karena itu, penting untuk menghargai dan melestarikan permainan tradisional agar tidak terlupakan dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Sekilas tentang Lampung[sunting]

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda.

Jenis-jenis permainan[sunting]

Golongan permainan tingkat anak-anak[sunting]

  1. Main Gasing
  2. Main Kemiling Dan Main Sabun Kayu
  3. Main Panah-Panahan
  4. Main Babekhukan
  5. Main Lolok Siwok
  6. Main U L A
  7. Main Angguk Beruk
  8. Main Tamtam Buku
  9. Main Cecelukan
  10. Main Bentengan
  11. Main Musik Tanggow
  12. Main Memalaman

Golongan permainan tingkat remaja khusus permainan bujang gadis[sunting]

  1. Main Bias
  2. Main Cepu
  3. Musik Muli Mengenai Seganenga Jamow Bepantun
  4. Main Sakura (Pesta Topeng)

Golongan permainan tingkat remaja dan dewasa[sunting]

  1. Main Memanukan (Das-Das-An)
  2. Ngeruruh Kayu Arow
  3. Main Bedikir

Simpulan[sunting]

Permainan tradisional memiliki banyak nilai-nilai yang terkandung[1]:

  1. Nilai demokrasi dalam permainan anak tradisional sebenarnya telah ditunjukkan oleh anak-anak sebelum mereka mulai bermain. Terbukti dengan cara memilih dan menentukan jenis permainan, harus mengikuti tata tertib atau aturan yang disepakati. Semua itu dilakukan secara berunding atau bermusyawarah secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar, contohnya dengan melakukan hompimpa ataupun suit.
  2. Permainan tradisional baik untuk pendidikan aspek kejasmanian maupun kerohanian.
  3. Aktivitas bermain merupakan media yang sangat tepat bagi anak untuk mengembangkan dan mengungkapkan jati dirinya. Dengan bermain, anak dapat menyembunyikan kesiapan mental dan kesiapan diri untuk mengatasi masalah sehari-hari.
  4. Setiap permainan tradisional dituntut sikap keberanian bagi semua pesertanya. Sifat berani yang dimaksud adalah berani mengambil keputusan dengan memperhitungkan strategi-strategi.
  5. Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak merupakan suatu kegiatan yang banyak menggunakan undur berlari, melompat, berkejar-kejaran sehingga atot-otot tubuh dapat bergerak.
  6. Permainan kelompok dapat dikatakan sebagai permainan yang sangat positif karena masing-masing anggota kelompok harus mempunyai jiwa persatuan dan kesatuan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu kemenangan.
  7. Dengan permainan tradisional, anak dapat memahami dan mengenal kultur atau budaya bangsa serta pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya pesan-pesan moral tersebut, maka diharapkan permainan tradisional yang telah dilupakan dapat tumbuh kembali.

Referensi[sunting]

  1. Novi Mulyani, Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia, (Yogyakarta:Diva Press, 2016),