Tak seperti sebagian besar orang yang tinggal di Asia utara, suku Jurchen tidak menuturkan rumpun bahasa Turk atau Altai. Bahasa mereka terkait dengan bahasa Asia lainnya. Suku Jurchen barangkali tinggal di Tiongkok utara, di sepanjang pesisir Pasifik, sejak setidaknya kira-kira 100 SM. Seperti orang di pesisir Asia Pasifik utara lainnya, suku Jurchen berburu dan mengumpulkan makanan, serta menggunakan kuda dalam pertempuran. Akan tetapi sebelum 1000 M, suku Jurchen terlibat dalam sejarah yang lebih luas ketika Kekaisaran Khitan mengalahkan Jurchen dan menjadikan mereka bagian dari negaranya.
Berada di dalam Kekaisaran Khitan, suku Jurchen mengalami kontak dengan orang-orang Tiongkok yang lebih maju. Sekitar seabad kemudian, Dinasti Song menyewa suku Jurchen untuk bertempur melawan Khitan dan meruntuhkan Kekaisaran Khitan. Pada 1122 M, suku Jurchen, kini dipimpin oleh seorang khan bernama Wanyan Aguda, berhasil melakukan hal tersebut, sehingga sebagian besar orang Khitan meninggalkan daerah tersebut dan berpindah ke barat. Kini suku Jurchen memutuskan untuk mendirikan kekaisarannya sendiri. Pada 1126 M, pasukan Jurchen menaklukan Korea, dan setahun kemudian, dengan mengerahkan pasukan berkuda, mereka merebut Haifeng, ibukota Dinasti Sung. Dengan demikian Jurchen berhasil menetapkan diri sebebagai penguasa Song utara, dan menyebut pemerintahan mereka Dinasti Jin. Secara berangsur-angsur, mereka belajar lebih banyak mengenai peradaban dan kebudayaan Song. Mereka mulai membaca dan menulis dalam bahasa Tionghoa, dan mengikuti ajaran Konghucu.
Kemudian pada 1234 M, Dinasti Sung berusaha mengalahkan Jurchen. Mereka menyewa orang Mongol, di bawah Jenghis Khan, untuk menaklukan Dinasti Jin dan suku Jurchen. Mongol berhasil menjadikan Jurchen bagian dari Kekaisaran Mongol. Setelah Kekaisaran Mongol runtuh, suku Jurchen kembali merdeka, dan kemudian, dengan nama suku Manchu, mereka menyerbu Song selatan, mengalahkan Dinasti Ming, dan memerintah Tiongkok sebagai Dinasti Qing hingga masa modern.