Afrika/Sejarah/Afrika Barat Abad Pertengahan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Benda perunggu buatan Igbo-Ukwu

Pada 800-an M, suku Djenne-Djeno mendirikan tembok bata lumpur yang tinggi. Suku Djenne-Djeno kaya-raya. Banyak orang-orangnya yang mengenakan perhiasan emas. Karena memiliki keledai untuk mengangkut barang, suku Djenne-Djeno melakukan banyak aktivitas perdagangan. Sedangkan Suku Igbo-Ukwu tinggal di sisi lain sungai Niger di hutan dekat Samudra Atlantik di Nigera modern. Mereka mencampurkan tembaga dan timah menjadi perunggu pada 900-an M. Mereka menggunakan cara, yang sepertinya hasil temuan mereka sendiri, yang berbeda dari orang-orang di Afrika Utara. Mereka juga membuat seni rupa dengan metode lilin hilang. Cara ini juga tidak sama seperti yang digunakan oleh orang-orang di Afrika Utara. Sekitar 1000-an M, mereka membuat dan menjual manik-manik kaca.

Sekitar masa yang sama di kawasan Ife, suku Yoruba juga membangun kota. Raja (Oni) mereka dianggap sebagai keturunan Oduduwa sang dewa pencipta, yang penyembahannya berpusat di kota Ife. Suku Yoruba juga membuat patung-patung perunggu. Di kemudian hari, para pedagang dan tentara Muslim mulai melintasi gurun Sahara dari Afrika Utara dan menyerbu Djenne-Djeno. Kemungkinan mereka didorong oleh kekeringan yang meluas akibat Periode Pemanasan Abad Pertengahan. Pada 1000-an M, Djenne-Djeno sudah menjadi lebih lemah. Pada 1100-an M, ada suatu kerajaan baru di sebelah utara Djenne-Djeno, yaitu Kerajaan Mali, yang berkembang dan menguasai wilayah yang luas.

Pada 1400-an M, Djenne-Djeno sudah tak lagi dihuni. Para penduduknya berpindah ke kota Muslim baru yang dinamai Djenne. Suku Yoruba, yang tinggal lebih jauh dari Sahara dan para penyerbu Muslim, sepertinya bertahan lebih lama, dan tetap hidup seperti biasa ketika para penjelajah pertama Portugis tiba dari Eropa menjelang akhir 1400-an.