Afrika/Sejarah/Kongo
Pada tahun 1500-an, Kerajaan Kongo sudah berdiri selama lebih dari seratus tahun. Para penduduk Kerajaan Kongo menjual gading, pot besi dan tembaga, serta pakaian raffia ke Afrika barat dan Tanzania. Mereka juga membeli pakaian katun, pisau baja, serta obat-obatan Arab dan India. Di sepanjang pesisir Atlantik, orang-orang membangun rumah dari bata lumpur. Ibukota Kongo yang bernama Mbanza Kongo sama besarnya seperti kota-kota kecil di Eropa atau India, meskipun tidak terlalu banyak orang tinggal di pedesaan. Para penjelajah Portugis berlayar ke Mbanza Kongo pada 1483, lalu mereka pulang dengan membawa beberapa orang penting Kongo. Pada 1506, raja Kongo Nzinga a Nkuwu memeluk agama Kristen. Selain itu orang-orang Kongo yang sudah mampu baca-tulis mulai membuka sekolah.
Putra Nzinga, Alfonso I, menjadikan Kristen sebagai agama resmi kerajaan. Putra Alfonso, Henrique, bersekolah di Eropa dan menjadi uskup. Namun Afonso memperbudak banyak rakyatnya, terutama musuh-musuhnya, dan menjual mereka pada orang-orang Eropa, yang kemudian memaksa mereka bekerja di perkebunan gula Karibia. Pada akhir tahun 1600-an dan 1700-an, para gubernur Portugis di sebelah selatan di Angola menyerang Kongo karena mereka menginginkan lebih banyak budak untuk dikirimkan ke Brazol. Para raja Kongo melawan Portugis tetapi terjadi banyak kekerasan dan perang saudara.
Pada akhir tahun 1800-an, Kongo mengalami nasib amat sangat buruk. Pertama-tama Portugis sukses menaklukan Kongo pada tahun 1891. Kemudian Raja Leopold dari Belgia berhasil menguasai Kongo. Dia mengeksploitasi Kongo untuk memperkaya dirinya dan negara Belgia. Dia memaksa orang-orang Kongo memanen karet. Pada akhirnya, rakyat Kongo berhasil memperoleh kemerdekaan lagi pada tahun 1960. Sebagian besar penduduk Kongo beragama Katolik.
|