Lompat ke isi

Electric-Man/19

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Di pagi hari yang cerah dihiasi oleh indahnya suara-suara burung jalak yang digantungkan dekat jendela rumah Ricky. Seorang tukang loper koran melempar koran ke rumah Ricky. Ia pun mengambil koran, dan duduk sambil membaca koran. Spontan ia kaget melihat gambar E-Man sambil memeluk Roselina pada halaman pertama dengan judul besart “E-Man Sang Pahlawan”.

“Brakk.....”, Ricky melemparkan koran yang telah dibacanya. E-Man....! Gara kau, aku tak bisa mendekati Roselina...”, Ricky geram dan penuh kebencian terhadap E-Man.

Di tempat yang tidak jauh dari rumah Ricky, Roselina terbelalak melihat sampul majalah PELANGI CINTA, gambarnya terpampang begitu jelas sedang mencium bibir E-Man pada sampul utama majalah. Roselina heran bukan karena dia berciuman dengan E-Man, namun yang menjadi penasaran baginya bagaimana bisa orang lain mengabadikan aksi tersebut di atas awan. Akhirnya ia sadar, dan berpikir bahwa itu pasti diabadikan salah satu penumpang dari pesawat Anduhur Airways dengan menggunakan kamera yang berskala tinggi.

Majalah Pelangi Cinta tidak hanya dibaca oleh Roselina, Christine juga membacanya seraya berbaring di sofa ruang tamu. Dia sedikit kaget dan cemburu.

“E-Man, Roselina...! Hmmm..., kenapa aku cemburu ya...”, ujar Christine dalam hati.

“Tidak. Aku tidak boleh cemburu...”, katanya dengan tegas. “kan ada Mario..., tapi...”, Christine cemberut.

“Apakah dia mau samaku. Aku sudah mengatakan isi hatiku semalam...”, sambungnya agak resah. “Mmmm, tak apalah. Mungkin ini masih awal, secara aku masih sedih atas kepergian Rogan dan juga tindakannya”, gumamnya dalam hati teringat akan almarhum kekasihnya.

Sepertinya Christine penasaran dengan suara E-Man yang mirip dengan suara Mario.

“Hmmm, suara E-Man mirip dengan Mario...”, ujarnya dalam hati. “Cara E-Man memanggil namaku mirip dengan cara memanggil Mario”, ia teringat akan E-Man dan Mario memanggil namanya.

“Ah, tidak mungkin...”, Christine memastikan bahwa Mario bukan E-Man.

Di jalan raya tidak jauh dari Diamond Tapanuli Hotel, sambil membaca koran, Roy berbicara tentang E-Man kepada Boby.

“Hmmm, hebat ya E-Man ini. Siapa sebenarnya dia ya...”, tanyanya kepada Boby.

“Manalah kutahu, bro. Kalau kutahu, aku pun ikut terkenal...”, jawab Boby sambil berjalan dengan memandangi hotel tersebut yang masih dibatasi dengan garis polisi.

Roy dan Boby berhenti setelah mereka berjumpa dengan Andi, Jenny, dan Ani. Mereka semua masuk ke sebuah restoran yang sederhana.

Seketika itu juga berita tentang aksi Electric-Man menyebar begitu cepat dan menjadi topik utama pembicaraan masyarakat, baik di berbagai media elektronik, media cetak, dan juga media dunia maya.

Walikota sendiri, komandan KOPASUS TNI-AD, PIN dan Kolonel Yanto masih penasaran akan kehadiran E-Man, namun mereka senang atas aksi kepahlawanan yang dilakukannya dan kagum akan kehebatannya.

Sementara E-Man sibuk melakukan aksi heriok di setiap kota Tarutung untuk menumpas berbagai jenis kejahatan, dan juga beraksi memantau kota-kota atau daerah-daerah lainnya. Aksi-aksi E-Man pun semakin banyak diberitakan setelah melakukan berbagai tindakan heroik.

“Whusss....whuss...!”

“Whuss...whuss...!”

E-Man terbang tinggi melesat menembus langit malam, dan bersorak keras : “Aku adalah E-Man, Electric-Man. Si manusia listrik...!”

“DGUDUGG...! DUAR...!”

Dengan tenaga listrik, tubuh E-Man mengeluarkan suara halilantar yang menggelegar.

TAMAT