Yunani Kuno/Filsafat/Plato

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Patung Plato

Plato kini dikenal sebagai salah satu filsuf terbesar sepanjang masa. Ia lahir sekitar 429 SM, dekat dengan waktu kematian Perikels, dan ia meninggal pada 347 SM, tak lama setelah kelahiran Aleksander Agung. Plato lahir di Athena, dari keluarga yang kaya dan kuat. Banyak kerabatnya yang terlibat dalam politik Athena.

Semasa muda, ia berguru kepada Sokrates, dan belajar banyak mengenai cara berpikir serta apa yang harus dipikirkan. Setelah Sokrates dibunuh pada 399 SM, Plato menjadi berang. Plato, yang ketika itu berusia 30 tahun, mulai menuliskan beberapa percakapannya dengan Sokrates. Oleh karena itu, gagasan Sokrates pada masa kini banyak diketahui dari tulisan-tulisan Plato.

Meskipun demikian, setelah beberapa lama, Plato mulai menuliskan gagasannya sendiri. Salah satu karya pertamanya adalah Republik, yang menggambarkan gagasan Plato mengenai bentuk pemerintahan yang lebih baik daripada pemerintahan Athena. Plato menganggap bahwa sebagian besar orang cukup bodoh sehingga tak boleh memiliki hak untuk memutuskan mengenai segala sesuatu. Alih-alih, orang-orang terbaiklah yang harus menjadi pelindung orang lainnya. Plato sendiri berasal dari keluarga aristokrat sehingga ia mungkin menganggap dirinya termasuk dalam golongan orang terbaik.

Plato juga memikirkan dunia alami dan cara kerjanya. Ia menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki semacam wujud ideal, misalnya kursi ideal, dan kemudian kursi nyata hanyalah tiruan buruk dari kursi ideal yang hanya ada dalam pikiran manusia. Salah satu cara Plato untuk menjelaskan gagasan ini adalah dengan metafora terkenal mengenai gua. Ia mengatakan bahwa, misalkan ada sebuah gua, dan di dalamnya ada beberapa orang yang dirantai ke dinding gua, sehingga mereka hanya dapat melihat bagian belakang gua. Orang-orang ini tidak dapat melihat ke luar gua, atau bahkan saling melihat satu sama lain dengan jelas. Mereka hanya dapat melihat bayangan dari apa yang berada di belakang mereka. Akhinya orang-orang ini beranggapan bahwa bayangan-bayangan tersebut adalah hal nyata.

Plato dan Aristoteles

Lalu, misalkan ada seseorang yang berhasil kabur dan keluar dari dalam gua. Ia lalu melihat benda-benda nyata yang sebenarya. Jika ia kembali ke gua dan memberitahukan itu kepada orang-orang, tentu ia akan dianggapp gila dan tak akan dipercaya.

Plato mengatakan bahwa manusia adalah orang-orang yang berada di dalam gua. Manusia mengira bahwa mereka memahami dunia nyata, namun karena terjebak dalam tubuh, maka manusia hanya melihat bayangan di dinding. Salah satu tujuan Plato adalah membantu manusia memahmi dunia nyata dengan lebih baik, dengan cara mencari tahu cara memperkirakan atau memahami dunia nyata bahkan tanpa melihatnya.

Ada kemungkinan bahwa gagasan Plato mengenai perbedaan antara dunia nyata dan ilusi yang tampak berkiatan dengan gagasan Hindu dan Buddha mengenai nirwana, yang muncul di India sekitar masa yang sama.

Jika kursi memiliki bentuk ideal, begitu pula manusia. Wujud ideal manusia, menurut Plato, adalah jiwa. Jiwa tersusun dari tiga bagian, yaitu nafsu, kehendak, dan akal. Kehendak membuat kita mampu mengendalikan nafsu, dan akal membantu menentukan kapan harus mematuhi atau menahan nafsu. Jika ketiga unsur ini seimbang, maka hidup akan menjadi bahagia.

Akan tetapi, jika ketiga unsur itu tidak seimbang, maka akan terjadi kekacauan. Jika nafsu terlalu kuat, maka seseorang bisa saja menyakiti orang lain; jika kehendak terlalu kuat, maka seseorang bisa saja menyakiti dirinya sendiri; dan jika akal tidak bekerja dengan baik, maka seseorang tak akan dapat mengendalikan nafsu dengan benar dan dapat berujung pada kelainan mental.

Gagasan Plato mengenai politik tidak terlalu diperhatikan di Athena, dengan tak lama setelah kematian Sokrates, ia pergi ke Sisilia untuk menjadi guru bagi seorang pangeran muda di sana. Ia berupaya mendidik sang pangeran menjadi pelindung yang baik bagi rakyatnya. Akan tetapi, sang pangeran tidak terlalu peduli pada ajaran Plato, dan setelah dua belas tahun mengajar, Plato, kini telah menginjak usia pertengahan empat puluh tahun, menyadari bahwa ia telah gagal. Ia akhirnya kembali ke Athena.

Di Athena, Plato membuka skeolah filsafat yang disebut Akademi. Sekolah ini menjadi terkenal dan Plato tinggal di sana hingga wafat pada usia kira-kira delapan puluh tahun. Salah satu murid Plato di Akademi ini adalah Aristoteles. Plato menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis karya lainnya tentang politik yang berjudul Hukum, yang lebih bernuansa pesimis daripada Republik, dan isinya lebih banyak membicarakan mengenai betapa korupnya para polirisi, dan betapa mereka harus terus diawasi.

Plato meninggal pada 347 SM. Murid-muridnya di Akademi merawat dan menyalin semua tulisn Plato, sehingga pada masa kini kita memiliki catatan yang cukup lengkap mengenai gagasan-gagasan Plato.