Lompat ke isi

Mitologi Yunani/Kisah Hukuman/Niobe

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Apollo dan Artemis membunuhi putra-putri Niobe.

Ini adalah mitos tentang bagaimana para dewa menghukum anak-anak atas kesombongan dan kesalahan orang tua mereka. Kisah mengenai Niobe dan anak-anaknya ini ditulis oleh Apollodoros dan Ovidius. Namun Ovidius memberikan kisah yang lebih terperinci.

Niobe adalah putri dari Tantalos, raja yang dihukum oleh para dewa akibat membunuh putranya sendiri dan berusaha menghidangkan dagingnya kepada para dewa. Niobe menikah dengan Amfion, saudara Zethos dan penguasa Thebes.

Niobe memiliki tujuh pasang putra-putri, yang dikenal sebagai Niobid. Nama anak-anak Niobe beragam menurut beberapa penulis. Semua anak lelaki Niobe tumbuh menjadi orang yang tampan, sedangkan anak perempuan Niobe menjadi wanita yang cantik.

Karena memiliki anak yang banyak, Niobe menjadi sombong dan jumawa, bahkan terhadap dewa. Pada akhirnya anak-anaknyalah yang harus membayar atas kesombongan ibu mereka.

Leto dan anak-anaknya menjadi sasaran kesombongan Niobe. Niobe mendatangi kuil Leto dan menyatakan bahwa sebagai ibu, dia telah melahirkan lebih banyak anak daripada Leto, yang hanya memiliki sepasang putra-putri. Niobe bahkan memerintahkan rakyat Thebes untuk berhenti menyembah Leto. Alih-alih, rakyat Thebes diharuskan menyembah Niobe dan anak-anaknya. Menurut Niobe, dia lebih pantas disembah dariapda Leto.

Leto mendengar kesombongan Niobe lalu memanggil kedua anaknya, Apollo dan Artemis. Leto menyuruh mereka menghukum Niobe atas penghinaan dan pelecehan yang telah ratu Thebes itu lakukan terhadap mereka. Apollo dan Artemis membawa busur perak mereka, yang penuh dengan panah mematikan, dan langsung pergi menuju Thebes untuk menghukum ratu yang sombong tu.

Ketika Apollo tiba, para putra Niobe sedang berlatih olahraga. Apollo memanah mereka dan satu per satu putra-putra Niobe pun mati. Amfion tidak kuasa melihat putra-putranya mati, maka dia pun bunuh diri.

Sementara jiwa Niobe terguncang bergitu tahu semua putranya mati, namun dia tidak mau meminta ampun pada Leto. Niobe bahkan berkata bahwa putri-putrinya masih lebih banyak dibandingkan anak Leto.

Kali ini Artemis yang maju. Ketika putri-putri Niobe sedang menangisi saudara-saudara mereka yang mati, Artemis langsung memanah mereka, dan mereka pun mati satu per satu oleh panah sunyi Artemis hingga hanya tinggal satu saja yang tersisa. Niobe berusaha melindungi putri terakhirnya itu dengan memeluknya dan meminta sang dewi untuk mengampun satu-satunnya anaknya yang tersisa itu. Namun Artemis tak peduli dan tetap melesatkan panahnya untuk membunuh anak terakhir Niobe. Kini tak ada lagi anak Niobe yang tersisa.

Niobe sangat berduka dan bersedih atas kematian semua anak-anaknya. Rasa duka menyelimutinya hingga akhirnya dia diubah menjadi batu, seperti sebuah patung marmer, namun dia tetap meratapi anak-anaknya. Angin puyuh lalu membawa batu itu melintasi lautan menuju tempat kelahirannya. Niobe lalu ditaruh di puncak gunung.

Satu atau dua orang anak Niobe mungkin selamat. Barangkali Khloris (Meliboia), istri Neleus dan ibu Nestor, berhasil menghindari kematian yang menimpa saudar-saudarinya, karena dia tinggal di Pylos, Messenia.