Yunani Kuno/Pengetahuan/Astronomi
Seni astrologi, yaitu pengamatan bintang untuk meramal masa depan, dan untuk memahami watak orang, sudah sangat maju bahkan sebelum bangsa Yunani mulai tertarik kepada perbintangan. Bangsa Mesir dan khususnya bangsa Mesopotamia telah melakukan banyak pengamatan dan menamai banyak rasi bintang, dan juga banyak bintang individu.
Kontribusi Yunani terhadap astronomi tidak terlalu banyak dalam hal pengamatan, namun lebih kepada penerapan pemikiran logis dan geometri dalam pengamatan ini. Dengan cara inilah, para ilmuwan Yunani dapat menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, menghitung ukuran bumi, dan memhami bahwa bulan mengitari bumi. Beberapa astronom Yunani yang terkenal adalah Thales, yang menemukan bahwa bumi itu bulat, Anaxagoras, yang menemukan penyebab gerhana, dan Aristarkhos, yang menemukan bahwa bumi mengelilingi matahari.
Namun pada titik ini astronomi Yunani menghadapi masalah. Banyak astronom mengatakan bahwa jika Aristarkhos benar, dan bumi memang mengelilingi matahari, maka bumi juga bergerak secara relatif terhadap bintang-bintang. Jika demikian, maka mereka seharusnya dapat mengamati Paralaks jika melihat bintang. Atau, bintang-bintang berjarak triliunan kilometer, saking jauhnya sehingga Paralaks menjadi tak teramati. Ketika astronom Yunani seperti Hipparkhos melihat bintang-bitang, mereka tidak dapat melihat Paralaks. Tidak ada yang dapat melihatnya dengan mata telanjang.
Tidak adanya Paralaks dapat berarti dua hal. Apakah matahari sebenarnya mengelilingi bumi, ataukah bintang-bintang sangat jauh sehingga Paralaks tidak dapat teramati. Para astronom Yunani berpikir bahwa tidak mungkin bintang atau matahari berjarak triliunan kilometer dari bumi, akibatnya mereka kembali mengikuti pemikiran lama bahwa matahari mengelilingi bumi. Seribu tahun kemudian, setelah teleskop diciptakan, yang pertama kali dilakukan oleh para astronom adalah mencari Paralaks tersebut, dan Galilleo pada akhirnya berhasil melihatnya.
|