Paralaks berasal dari bahasa Yunani para ("berganti") dan alla ("perubahan"). Orang Yunani menggunakan kata paralaks untuk mennggambarkan bagaimana suatu benda nampak berpindah jika dilihat dari dua tempat berbeda. Secara umum, otak manusia menggunakan paralaks untuk mengetahui seberapa jauh jarak sesuatu dari pengamat. Semakin sedikit perubahan latar yang terjadi ketika suatu benda dilihat dari dua tempat berbeda, maka semakin juah benda tersebut dari pengamat.
Sekitar 130 SM, atronom Yunani Hipparkhos menggunakan paralaks untuk menghitung jarak bulan dari bumi, dengan cara mengamati seberapa jauh bulan nampak berpindah secara relatif dari bintang-bintang di belakangna jika diamati dari tempat-tempat yang berbeda di bumi. Dia menghitung bahwa jarak rata-rata minimum dari bumi ke bulan adalah 59 kali jari-jari bumi . Kini diketahui bahwa jarak rata-rata yang sebenarnya adalah 60,3 kali jari-jari bumi (238,857 mil).
Namun ketika Hipparkhos mencoba menggunakan metode yang sama untuk mengamati matahari, dia tidak dapat melihat adanya paralaks. Ini karena matahari amat sangat jauh sehingga paralaks tak dapat dilihat dengan mata telanjang, dibutuhkan teleskop untuk melihat bintang-bintang supaya dapat mengamati perbedaan di langit ketika matahari bersinat.