Mesir Kuno/Agama/Amon
Amon (Amun) dalam agama Mesir adalah dewa udara dan angin. Ia terkadang tak kasat mata, seperti udara. Terkadang pula digambarkan berkulit biru, atau sebagai katak biru, karena warna biru dikaitkan dengan udara.
Karena Amon adalah dewa udara, ia pun disembah sebagai dewa ba ("jiwa"), yang merupakan napas kehidupan manusia. Ini menjadikan Amon sebagai dewa yang penting. Pada akhir Periode Pertengahan Pertama, Amon disembah sebagai dewa pencipta dunia, dan ia menikahi dewi Mut.
Di Kerajaan Baru, ibukota firaun adalah di Thebes, di Mesir Hilir, dan kota itu menjadi kota utama penyembahan Amon. Dengan demikian para pendeta Amon memperoleh kekuasaan yang besar.
Beberapa firaun memiliki nama yang mengandung unsur nama Amon, misalnya Tutankhamon. Firaun lainnya, Akhenamon, berusaha merebut kekuasaan para pendeta. Ia lalu mengganti namanya menjadi Akhenaten, dari kata aten ("surya"), lalu membangun ibukota baru di Amarna. Setelah Akhenaten meninggal, para pendeta Amon kembali memperoleh kekuasaan, dan ibukota dipindahkan kembali ke Thebes.
Para petualang Yunani seperti Herodotos menyamakan Amon dengan dewa penguasa seperti Zeus, dan istri Amon, Mut, dengan istri Zeus, Hera.
Setelah ibukota firaun dipindahkan dari Thebes, pada akhir Kerajaan Baru sekitar 1200 SM, semakin lama semakin sedikit orang yang menyembah Amon. Akan tetapi, di sebelah selatan Mesir, bangsa Kush terus menyembah Amon hingga sekitar 200 SM.
|