Sejarah Kekaisaran/Assyria

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Relief Iamassu, banteng bersayap berkepala manusia dari periode Asyur Baru

Kekaisaran Asyur Baru adalah sebuah kekaisaran dalam sejarah Mesopotamia yang berdiri pada tahun 934 SM dan berakhir pada tahun 609 SM.[1] Pada periode ini, Asyur mencapai posisi seabgai negara paling kuat di dunia, berhasil melampaui Babilonia, Mesir, Urartu/Armenia[2] dan Elam dalam hal dominasi atas Timur Dekat, Asia Kecil, Kaukasus, Afrika Utara, dan Mediterania timur, meskipun baru setelah adanya reformasi oleh Tiglath-Pileser III pada abad ke-8 SM,[3][4] Asyur menjadi kekaisaran yang amat besar. Asyur pada awalnya adalah sebauh kerajaan Akkad yang berkembang pada abad ke-25 dan ke-24 SM. Para raja awal Asyur, misalnya Tudiya, merupakan penguasa kecil, dan setelah pendirian Kekaisaran Akkad, yang bertahan dari tahun 2334 SM hingga 2154 SM, para raja Asyur menjadi bawahan Sargon dari Akkad, yang menyatukan semua penutur bahasa Akkad dan Sumer di Mesopotamia di bawah kekuasaan tunggal.

Bangsa Asyur (dan sejak tahun 1894 SM, Babilonia) di Akkad yang terubanisasi berkembang pesat sejak runtuhnya Kekaisaran Akkad. Pada periode Asyur Lama pada Zaman Perunggu Awal, Asyur menjadi kerajaan di Mesopotamia utara (Irak utara modern), pada awalnya memperebutkan dominasi dengan bangsa Hatti dan Hurri dari Asia Kecil, serta dengan negara kota Sumer-Akkad semacam Isin, Ur, dan Larsa, kemudian dengan Babilonia yang didirikan oleh bangsa Amori pada 1894 SM, yang seringkali berada di bawah kekuasaan bangsa Kass.

Pendeta Tinggi dan Raja Assyria

Selama abad ke-20 SM, Asyur mendirikan koloni di Asia Kecil, dan di bawah raja raja Ilushuma, Asyur melancarkan serangan yang sukses terhadap negara-negara di selatan. Asyur mengalami pasang surut kekuasaan pada periode Asyur Pertegahan. Asyur mengalami periode kekaisaran di bawah kekuasaan Shamshi-Adad I pada akhir abad ke-18 dan pertengahan abad ke-17 SM, Setelah itu Asyur sempat berada di bawah dominasi Babilonia, lalu Mittani-Hurri pada abad ke-17 dan ke-15 SM. Asyur kemudian menjadi kekaisaraan yang kuat pada 1365 SM hingga 1076 SM, yang meliputi pemeritahan raja-raja besar, misalnya Ashur-uballit I, Tukulti-Ninurta I dan Tiglath-Pileser I.

Selama 'Zaman Kegelapan' kuno, Asyur tetap menjadi negara yang kuat dan stabil, tak seperti saingan-saingannya. Dimulai dengan kampanye Adad-nirari II, Asyur lagi-lagi menjadi kekaisaran yang kuat. Kekaisaran Asyur menjatuhkan Dinasti keduapuluh lima Mesir dan menaklukan Mesir, Babilonia, Elam, Urartu, Media, Persia, Mannea, Gutium, Fenisia/Kanaan, Aramea (Suriah), Arab, Israel, Yudah, Philistia, Edom, Moab, Samarra, Kilikia, Siprus, Khaldea, Nabatea, Kommagene, Dilmun, dan menaklukan bangsa Hurri, Shutu dan Het; mengusir bangsa Nubia, Kush, dan Etiopia dari Mesir; mengalahkan bangsa Kimmeria dan Skythia, serta menarik upeti dari Phrygia, Magan, dan Punt.

Wilayah terluas Kekaisaran Asyur Baru

Periode Asyur Pertengahan dan Kekaisaran Asyur Pertengahan diteruskan oleh Kekaisaran Asyur Baru (abad ke-14 sampai 10 SM). Beberapa sejarawan, contohnya Richard Nelson Frye, berpendapat bahwa Kekaisaran Asyur Baru adalah kekaisaran seungguhnya yang pertama kali berdiri dalam sejarah manusia.[5] Pada periode ini, bahasa Aram menjadi bahasa resmi kekaisaran, bersama dengan dengan bahasa Akkad.[5]

Kekaisaran Asyur Baru ditaklukan oleh persekutuan bangsa Babilonia, Mede, Skythia, dan bangsa-bangsa lainnya dalam peristiwa Kejatuhan Nineveh pada 612 SM, serta penghancuran ibukotanya, Harran, pada 608 SM. Lebih dari setengah abad kemudian, Babilonia dan Asyur menjadi provinsi di Kekaisaran Akhemenia. Meskipun Asyur pada masa pemerintahan Ashurbanipal menghancurkan peradaban Elam, namun setelah runtuh, kebudayaan Asyur tetap berpengaruh terhadap kekaisaran Media dan Persia, yang merupakan bangsa India-Iran yang pernah dikuasai oleh Asyur.[6]

Catatan kaki[sunting]

  1. Parpola, Simo. (2004). National and Ethnic Identity in the Neo-Assyrian Empire and Assyrian Identity in Post-Empire Times. (PDF) Assyriology. Journal of Assyrian Academic Studies, Vol 18, N0. 2.
  2. The Black Obelisk of Shalmaneser III. K. C. Hanson's HomePage.
  3. Assyrian Eponym List. Livius.org.
  4. Tadmor, H. (1994). The Inscriptions of Tiglath-Pileser III, King of Assyria. hlm. 29
  5. 5,0 5,1 Frye, Richard N.. (1992). Assyria and Syria: Synonyms. PhD., Harvard University. Journal of Near Eastern Studies.
  6. Hirad Dinavari. More alike than different. The Iranian.