Sejarah Kekaisaran/Benggala

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Wilayah kekuasaan Kesultanan Benggala pada abad ke-16

Kesultanan Benggala (Bahasa Benggala Pertengahan: শাহী বাঙ্গালা Shahī Baṅgala, Bahasa Persia Klasik: سلطنت بنگاله Saltanat-e-Bangālah) merupakan suatu kekaisaran yang berpusat di Benggala selama abad ke-14, 15 dan 16 M. Kesultanan Benggala adalah negara dominan di Delta Sungai Gangga-Brahmaputra, dengan jaringan kota-kota sumber produksi uang koin tersebar di sepanjang kawasan tersebut. Kesultanan Benggala memiliki negara-negara bawahan, di antaranya adalah Odisha di barat daya, Arakan di tenggara dan Tripura di timur. Penyerbuan dan penaklukannya mencapai Nepal di utara, Assam di timur, dan Jaunpur serta Varanasi di barat. Kesultanan Benggala menguasai bagian besar di India utara, timur dan timur laut selama periode lima dinasti, mencapai puncaknya di bawah dinasti Hussain Syahi. Kesultanan Bengal merupakan salah satu negara terkuat di Asia pada masanya. Perdagangan di sana berlangsung sangat ramai. Kemunduran Kesultanan Benggala dimulai dengan masa kekosongan oleh Kekaisaran Suri, diikuti oleh penaklukan oleh Kekaisaran Mughal, serta perpecahan menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Reruntuhan masjid Adina, yang merupakan masjid terbesar di India, di Pandua, yaitu ibukota pertama Kesultanan Benggala.

Kesultanan Bengal merupakan monarki Muslim Sunni dengan kaum elit Benggala, Turki-Persia, Pashtun, Arab dan Abyssina. Dua dinastinya yang paling penting adalah Ilyas Syahi dan Hussain Syahi. Kesultanan Bengal terkenal atas pluralisme keagamaannya di mana berbagai masyarakat non-Muslim hidup berdampingan dengan damai. Walaupun bahasa Persia sudah lama digunakan sebagai bahasa diplomatik dan perdagangan, para Sultan Benggala-lah yang pertama kali memberikan pengakuan untuk bahasa Persia sebagai bahasa resmi. Kota-kota di Kesultanan Benggala disebut Kota-Kota Pembuatan Uang di mana mata uang taka diproduksi. Di kota-kota ini, terdapat bangunan-bangunan yang megah. Pada tahun 1500, Gaur yang merupakan ibukota Kesultanan Benggala menjadi kota berpenduduk kelima terbanyak di dunia. Kota-kota penting lainnya antara lain Pandua yang merupakan ibukota awal, Sonargon sebagai pusat ekonomi, Kota Masjid Bagerhat, serta pusat perdagangan dan pelabuhan Chittagong.

Koin dari Chandradwip, yang merupakan negara vasal Kesultanan Benggala

Kesultanan Benggala terhubung dengan negara-negara lainnya di Afrika, Samudra Hindia dan Eropa melalui jalur maritim dan rute perdagangan darat. Kesultanan Benggala merupakan puesat perdagangan penting di pesisir Teluk Benggala. Kesultanan Benggala menarik imigran dan saudagar dari berbagai bagian dunia. Kapal-kapal dan para saudagar Benggala berdagang ke berbagai daerah, termasuk Melaka, Tiongkok, dan Maladewa.

Kesultanan Benggala digambarkan oleh para pengunjung dari Eropa dan Tiongkok sebagai sebuah kerajaan yang makmur. Karena berlimpahnya barang di Benggala, kawasan tersebut digambarkan sebagai "negara paling kaya untuk berdagang." Kesultanan Benggala meninggalkan warisan arsitektur yang kuat. Bangunan dari masa ini menunjukkan berbagai pengaruh asing yang bercambur menjadi gaya Benggala yang unik. Kesultanan Benggala juga merupakan negara terbesar dan paling bergengsi dibandingkan berbagai negara Muslim lainnya di Benggala pada Abad Pertengahan.

Ilustrasi dari Portugis abad ke-16 yang menggambarkan orang-orang di Kesultanan Benggala