Sejarah Kekaisaran/Maurya

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Kapital Singa Ashoka

Kekaisaran Maurya adalah negara kuat Zaman Besi yang amat luas di India kuno, dipimpin oleh dinasti Maurya sejak tahun 321 SM hingga 185 SM. Bermula dari Kerajaan Magadha di dataran India-Gangga (Bihar, Uttar Pradesh timur dan Bengali modern) di sisi timur anak benua India, kekaisaran ini beribukota di Pataliputra (Patna modern).[1][2]

Kekaisaran Maurya didirikan pada tahun 322 SM oleh Chandragupta Maurya, yang menggulingkan Dinasti Nanda dan dengan cepat memperluas kekuasaannya ke India tengah dan barat dengan memanfaatkan gangguan kekuatan-kekuatan lokal menyusul penarikan mundur pasukan Alexsander Agung dan Persia. Pada 320 SM Maurya telah sepenuhnya menguasai India barat laut, mengalahkan dan menaklukan satrap-satrap yang ditinggalkan oleh Aleksander.[3]

Dengan wilayah sekitar 5,000,000 km2, Maurya merupakan salah satu kekaisaran terbesar pada masanya, dan yang terbesar di anak benua India. Pada puncak kejayaannya, Maurya membentang ke utara di sepanjang perbatasan alami Himalya, dan ke timur hingga tempat yang kini disebut Assam. Ke barat, Maurya berkuasa melampaui Pakistan modern, menganeksasi Balokhistan, Iran bagian tenggara dan sebagian besar Afghanistan, termasuk provinsi Herat[3] dan Kandahar modern. Maurya meluas ke wilayah India bagian tengah dan selatan pada masa kaisar Chandragupta dan Bindusara, namun tidak meliputi sejumlah kecil daerah kesukuan tak terjamah dan berhutan di dekat Kalinga (Orissa modern), hingga raja Ashoka berhasil menaklukan wilayah tersebut. 60 tahun setelah berakhirnya pemerintahan Ashoka, Maurya mulai mengalami kemunduran dan pada akhirnya runtuh pada 185 SM dengan berdirinya Dinasti Sunga di Magadha.

Chakra Ashoka

Di bawah Chandragupta, Kekaisaran Maurya menaklukan daerah trans-Indus, yang dulunya dikuasai oleh Makedonia. Chandragupta kemudian memukul mundur invasi yang dipimpin oleh Seleukos I, seorang jenderal Yunani dari pasukan Aleksander. Di bawah Chandragupta dan para penerusnya, perdagangan dalam dan luar negeri, kegiatan agrikultur dan ekonomi, semuanya berkembang dan meluas di seluruh India berkat dibentuknya sistem keuangan, administrasi, dan keamanan tunggal yang efisien.

Seusai Perang Kalinga, Maurya mengalami periode selama separuh abad yang dipenuhi kedamaian dan kemanan di bawah Ashoka. Maurya juga mengalami masa kerukunan sosial, transformasi keagamaan, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Chandragupta Maurya menganut Jainisme dan meningkatkan pembaruan dan reformasi sosial dan keagamaan dalam masyarakat Maurya, sedangkan Ashoka menganut menganut agama Buddha dan menciptakan masa kedamaian dan nonkekerasan sosial dan politik di seluruh India. Ashoka juga membantu menyebarkan gagasan-gagasan Buddha ke Sri Lanka, Asia Tenggara, Asia Barat, dan Eropa Mediterania.[3]

Jumlah penduduk Maurya diperkirakan sekitar 50-60 juta, menjadikan Kekaisaran Maurya sebagai salah satu kekaisaran berpenduduk terpadat pada masanya.[4][5]

Salah satu warisan Maurya yang terus digunakan pada masa modern adalah Kapital Singa Ashoka di Sarnatha, yang dijadikan lambang nasional India.

Wilayah terluas Kekaisaran Maurya pada 265 SM

Catatan kaki[sunting]