Sejarah Kekaisaran/Brazil

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Bendera Kekaisaran Brazil (1822–1870)

Kekaisaran Brazil adalah negara pada abad ke-19 yang meliputi wilayah yang kelak membentuk Brazil modern dan (sampai 1828) Uruguay. Pemerintahannya adalah monarki konstitusional parlementer representatif di bawah kekuasaan Kaisar Dom Pedro I dan putranya Dom Pedro II. Brazil menjadi pusat Kekaisaran kolonial Portugal pada 1808, ketika pangeran Portugal, yang kemudian menjadi raja, yaitu Dom John VI, menyelamatkan diri ke Brazil dari serbuan Napoleon ke Portugal. Dia mendirikan pemerintahan di kota Rio de Janeiro. Di kemudian hari John VI kembali ke Portugal. Dia menugaskan putra sulung sekaligus pewaris tahta, Pedro, untuk memimpin Kerajaan Brazil sebagai perwakilannya. Pafa 7 September 1822, Pedro memproklamasikan kemerdekaan Brazil dan, setelah menjalani perang melawan kerajaan ayahnya, dia dinobatkan sebagai pada 12 Oktober 1822 sebagai Pedro I, kaisar pertama Brazil. Negara baru ini amat sangat luas, penduduknya tidak terlalu banyak dan ada beragam etnis.

Lambang negara Kekaisaran Brazil

Berbeda dari sebagian besar negara tetangganya, Brazil mencapai kestabuian politik, pertumbuhan ekonomi yang pesat, kebebasan berpendapat yang dijamin undang-undang, serta penegakan hak asasi manusia, walaupun ada pembatasan hukum pada perempuan dan budak, misalnya budak dianggap sebagai barang dan bukan warga negara. Parlemen dua kamar Brazil dipilih melalui metode yang cukup demokratis untuk masa tersebut, dan begitu pula pemerintahan lokal dan provinsinya. Ini menimbulkan konflik ideologi yang panjang antara Pedro dengan faksi parlementer tentang peran kaisar dalam pemerintahan. Pedro juga menghadapi berbagai rintangan lainnya. Perang Cisplatina yang gagal melawan Provinsi Bersatu Río de la Plata pada 1828 menyebabkan pemisahan provinsi Cisplatina (kelak menjadi Uruguay). Pada 1826, meskipun berperan dalam kemerdekaan Brazil, Pedro menjadi menjadi raja Portuhal. Dia lalu menyerahkan tahta Portugal kepada putri sulungnya. Dua tahun kemudian, sang putri direbut tahtanya oleh adik lelaki Pedro, yaitu Miguel. Karena tidak sanggup mengurusi permasalahan Brazil dan Portugal sekaligus, Pedro memutuskan mundur dari tahta Brazil pada 7 April 1831 dan segera berangkat ke Eropa untuk membantu putrinya merebut kembali tahta Portugal.

Wilayah terluas Kekaisaran Brazil

Penerus Pedro I di Brazil adalah putranya yang berusia lima tahun, Pedro II. Karena dia masih kecil, dibentuklah perwalian tetapi perwalian ini tidak cukup kuat. Kekosongan kekuasaan akibat tak adanya kaisar sebagai penengah dalam permasalahan politik menyebabkan perang saudara regional antara berbagai faksi lokal. Walaupun mewarisi kekaisaran yang berada di ambang perepcahan, Pedro II, setelah cukup umur, sukses membawa perdamaian dan stabilitas ke negara ini, yang kemudian menjadi kekuatan internasional yang menanjak. Di bawah pemerintahan Pendro II, Brazil memenangkan tiga konflik internasional (Perang Platina, Perang Uruguay, dan Perang Paraguay). Brazil juga mencapai kesuksesan dalam beberapa permasalahan internasional dan kericuhan domestik.

Paco Imperial, pusat pemerintahan Kekaisaran Brazil, 1840

Dengan adanya kesejahteraan dan perkembangan eknonomi, datanglah migrasi orang-orang Eropa, termasuk orang Protestan dan Yahudi, meskipun sebagian besar penduduk Brazil tetap beragama Katolik. Perbudakan yang awalnya berlangsung secara luas dibatasi melalui hukum yang berturut-turut sampai sepenuhnya dilarang pada 1888. Seni rupa, sastra dan teater Brazil juga berkembang selama masa kemajuan ini. Meskipun sangat dipengaruhi gaya Eropa, mulai dari Neoklasik hingga Romantisisme, tiap konsepnya diadaptasi untuk menciptakan budaya khas Brazil.

Budak di ladang pertanian di Kekaisaran Brazil, 1876

Meskipun empat dasawarsa terakhir dalam masa pemerintahan Pedro II mengalami kestabilan dalam negeri dan kesejahteraan ekonomoi berkelanjutan, Pedro III tidak mengharapkan monarki berlangsung seusai kematiannya, jadi dia tidak melakukan upaya untuk menjaga dukungan untuk institusi tersebut. Pewaris tahta berikutnya adalah putrinya Isabel, tapi Pedro II maupun kelas penguasa menganggap ratu yang menkah dengan orang asing tidak dapat diterima. Ketidakpedulian terhadap kaisar dan pewaris tahtanya terkait rezim serta puluhan tahun kestabilan politik menciptakan kelas politik baru, yang dipengaruhi oleh republikanisme Amerika dan positivisme, menganggap tidak ada gunanya lagi mempertahankan monarki. Setelah berkuasa selama 58 tahun, kaisar digulingkan melalui kudeta mendadak yang dipimpin oleh sekelompok pemimpin militer yang bertujuan mendirikan republik yang dipimpin oleh diktator. Dengan demikian terbentuklah Republik Brazil Pertama.