Pembenahan Transportasi Jakarta/Masukan Dari Masyarakat

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Masukan Dari Masyarakat[sunting]

Apa yang terjadi bila pertumbuhan jumlah sarana transportasi tidak diiringi dengan pertumbuhan kapasitas ruas jalan yang berimbang? Jawabanya : KEMACETAN Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kemacetan? Banyak hal yang dapat dan harus dilakukan untuk mengeluarkan Jakarta dari problema kemacetan yang dewasa ini dirasakan semakin parah. Para pakar transportasi telah memberi banyak masukan dan saran kepada Pemprov untuk mengatasi kemacetan, anatara lain :

  1. Membatasi jumlah kendaraan mobil dan motor.
  2. Memakai sistem nomor ganjil-genap.
  3. Menaikkan pajak kendaraan bermotor (STNK).
  4. Kawasan 3 in 1 dan Electronic Road Pricing (ERP).
  5. Menghapus parkir jalanan, dibuat gedung parkir.
  6. Menambah jumlah jalan Tol dalam kota dan Flayover.
  7. Menambah transportasi umum: Taksi, Busway, KRL, Metromini, Angkot, Monorail atau MRT.
  8. Larangan membeli BBM bersubsidi untuk mobil pribadi.

Fakta – fakta yang menjadi penyebab kemacetan adalah sebagai berikut :[sunting]

1. Kurangnya luas lahan untuk infrastruktur jalan di Jakarta.
Sampai sekarang hanya 6,2% luas lahan untuk infrastruktur transportasi dari luas kota, setelah dipotong luasa ruang parkir yang dilakukan dipinggir jalan dan dan luas ruang jalan yang dipergunakan oleh BRT, mungkin hanya tersisa 5,5%. Padahal berdasarkan referensi[1] suatu kota yang ingin transportasinya lancar perbandingan luas jalan dengan luas kota yang baik adalah 15% s/d 20% di kota-kota Eropa, diatas 30 persen dikota-kota Amerika Serikat dan kurang dari 10 persen di kota-kota negara-negara sedang berkembang. Kondisi di Jakarta menjadi dilematis karena pembangunan jalan baru sangat sulit untuk melakukan pembebasan tanahnya sehingga solusi yang paling mungkin adalah dengan membangun jalan layang. Penggunaan lahan yang paling efisien untuk transportasi adalah kereta api.
2. Campur aduknya kendaraan lambat dan cepat dalam satu ruas.
Campur aduknya kendaraan lambat dengan cepat membuat kendaraan cepat hanya bisa jalan dengan kecepatan rendah. Sebenarnya Pemprov sudah menyadari hal ini, makanya jalan Thamrin-Sudirman didesain ada jalur lambat dan cepat, untuk meningkatkan kecepatan lalulintas.
3. Kendaraan umum yang suka Ngetem hampir diseluruh ruas jalan.
Walaupun hanya memiliki 300.000 kendaraan umum dengan seringnya ngetem membuat jalan jadi macet. Keadaan ini diperparah dengan besarnya armada kecil seperti mikrolet dan angkot yang tidak efisien dalam penggunaan ruang jalan.
4. Tidak disiplinnya pengemudi dan pemakai jalan di Jakarta.
Banyak pengemudi di Jakarta yang tidak disiplin dan cenderung seenaknya tanpa memperdulikan pengguna jalan lainnya, hal ini terutama menjadi masalah besar di pinggiran kota yang jauh dari pengawasan Polisi Lalu Lintas. Ketidak disiplinan yang paling banyak terjadi menyangkut parkir sembarangan, tidak mengindahkan perambuan yang berlaku, mengendarai kendaraan pada jalur berlawanan arah. Keadaan ini mendorong terhadap meningkatnya waktu perjalanan karena ruang atau persimpangan yang terkunci.
5. Jalan rusak.
Dalam keadaan seperti ini sangatlah menghambat lajunya kendaraan, jalan rusak disebabkan beban kendaraan truk yang muatannya over weight atau sistem pembuatan jalan yang tidak baik. Keadaan ini mengakibatkan penurunan kecepatan lalu lintas serta peningkatan kecelakaan lalu lintas khususnya yang terkait dengan sepeda motor.
6. Lampu pengatur lalu lintas yang tidak terintegrasi waktu pengaturannya.
Banyak ruas jalan yang memiliki beberapa persimpangan jalan yang tidak terintegrasi waktu pengaturan lalu lintasnya sehingga terjadi penumpukan kendaraan di suatu ruas yang masih menunggu lampu pengatur, sementara di ruas yang lain lampu pengatur sudah memperbolehkan kendaraan untuk berjalan.
7. Persimpangan pintu kereta api.
Pada ruas jalan yang dilalui jalur kereta api, seringkali terjadi kemacetan karena waktu penutupan pintu tidak sinkron dengan waktu kereta yang akan lewat. Disisi lain kereta api dibutuhkan untuk mengalirkan penumpang dalam jumlah yang tinggi.
8. Trotoar dan bahu jalan berubah fungsi.
Banyak trotoar yang tidak dapat berfungsi baik untuk pejalan kaki karena menjadi tempat berdagang atau tempat parkir. Permasalahan lain adalah bahwa pemerintah Daerah tidak berkomitmen untuk membuat jaringan pejalan kaki yang memadai yang bisa digunakan para difabel.

Adapun saran untuk menyelesaikan masalah tersebut diatas, adalah :[sunting]

Kekurangan lahan jalan di Jakarta.[sunting]

Problem ini hanya bisa diselesaikan dengan menambahkan jumlah jalan dan pembatasan jumlah kendaraan. Adapun dasar pemikiran timbulnya ide tersebut adalah sebagai berikut :

  • Dinegara berkembang seperti Indonesia, India, China, Vietnam yang berpopulasi besar, dominannya kendaraan motor adalah suatu fakta dan future ke depan.
  • Khususnya di Indonesia, pengemudi yang paling amburadul adalah pengendara motor.
  • Angka kematian tertinggi ada di sektor pengemudi motor.
  • Beban berat motor yang jauh lebih ringan (250 Kg) dibandingkan kontainer (50 ton).
  • Motor hanya memerlukan lajur selebar 1,5 meter dibandingkan mobil/container yang memerlukan 3,5 meter per lajur.

Campur aduknya kendaraan cepat dengan kendaraan pelan.[sunting]

Untuk kendaraan besar seperti truk, truk container dan lain sebagainya, sebaiknya dibuatkan aturan jam beroperasi, misalnya; hanya boleh melintas jalan-jalan di Jakarta (termasuk jalan tol dalam kota) pada jam-jam tertentu (22.00-05.00 WIB). Untuk daerah industry, mungkin bisa dibuat jalur khusus atau ada pengecualian. Menyelesaikan masalah Ngetem dan tidak disiplinnya kendaraan umum. Masalah ini hanya dapat diatasi dengan pengawasan dari aparat serta pemberian hukuman yang setimpal bagi para pelanggar.

Pengemudi atau pengguna jalan yang tidak disiplin.[sunting]

Untuk mengatasi masalah ini, satu-satunya cara adalah pengawasan dari pihak berwenang dan menjalankan proses hukuman secara tegas dan tidak pandang bulu sedangkan untuk para pejalan kaki yang sembarangan, perlu diadakan upaya perbaikan terhadap perangkat hukum yang sudah ada, bila terjadi tabrakan jangan pengemudi yang disalahkan.

  • Lampu pengatur lalu lintas yang tidak terintegrasi. Perlu dibuatkan system pengawasan dan pengendalian lampu lalu lintas yang terpusat.
  • Persimpangan pintu kereta api. Bekerja sama dengan PT.KAI untuk memperbaiki system pintu kereta api.

Jalan rusak.[sunting]

Penyebab kerusakan jalan di Indonesia, rata-rata adalah karena peruntukan dan spesifikasi yang tidak cocok. Satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan menganggarkan perbaikan jalan dan melakukan pengawasan yang ketat terhadap kontraktor yang mengerjakan agar sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk kelas jalan tersebut. Penyebab kerusakan yang tidak kalah penting adalah karena faktor cuaca, saat cuaca pana, aspal akan meleleh dan bila itu dilalui kendaraan besar diatasnya, maka akan menyebabkan cekungan-cekungan pada lapisan aspal tersebut.

Trotoar dan bahu jalan yang berubah fungsi.[sunting]

Sekali lagi, solusi untuk masalah ini adalah dengan penertiban dari aparat. Namun, penertiban tersebut harus diiringi dengan pendekatan persuasive untuk merangku mereka. Untuk daerah yang jalan laying khusus motor/sepeda selesai dibangun, dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagain kaki lima ke lokasi parkir sehingga tidak timbul tindakan arnakis. Memperbaiki jalan tanah untuk pejalan kaki dengan cara disemenkan. Lebar trotoar dibuat paling sedikit 2 meter dengan jalur hijau untuk membuat jalanan menjadi teduh.

Pustaka[sunting]

  1. Kenneth Button, Transport Economics, 3rd edition, Edward Elgar Publishing Limited, Cheltenham, 2010