Daftar bahasa di Kalimantan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Bahasa Bakatik[sunting]

Bahasa Bakatik dituturkan oleh masyarakat terutama di wilayah Kabupaten Bengkayang, yang tersebar di wilayah Kecamatan Ledo, Sanggau Ledo, Teriak, dan Bengkayang; Kecamatan Subah, Kabupaten Subah. Menurut pengakuan penutur, wilayah tutur Bahasa Bakatik berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu di sebelah utara, barat, dan selatan. Sementara itu, di sebelah timur laut berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Galik (Golik) dan Bahasa Ribun (Rihun).

Selain di Kabupaten Bengkayang, Bahasa Bakatik juga dituturkan di Kota Pontianak, Kabupaten Sambas, Landak, dan Kubu Raya yang ada di sekitar Kecamatan Ambawang serta di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek yang dipakai di lima daerah tersebut diidentifikasi menjadi satu kelompok bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 48%--80%. Isolek di daerah pengamatan Kecamatan Bengkayang dan Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang termasuk dalam satu kelompok subdialek dengan persentase perbedaan 48%.

Bahasa Bakatik terbagi atas empat dialek, yaitu

  1. dialek Moro Betung dengan daerah sebarannya di Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak;
  2. dialek Ambawang Satu di Kabupaten Kubu Raya;
  3. dialek Sahan di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang;
  4. dialek Rodaya daerah sebarannya di Kecamatan Ledo dan Desa Bani Amas di Kabupaten Bengkayang.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bakatik merupakan bahasa tersendiri karena memiliki perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat.

Bahasa Bukat[sunting]

Bahasa Bukat dituturkan oleh masyarakat yang mendiami wilayah di sekitar hulu Sungai Kapuas, terutama di wilayah Kecamatan Putussibau, Kabupaten Putussibau Utara dan Desa Tanjung Jati, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Bukat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Punan dan Bahasa Kayaan. Bahasa Bukat termasuk kelompok minoritas di Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bukat di Nanga Ubat jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti Bahasa Taman, Bahasa Uud Danum (Ot Danum), Bahasa Galik (Golik), Bahasa Ribun (Rihun), Bahasa Kayaan, Bahasa Punan, dan Bahasa Bakatik menunjukkan persentase perbedaan di atas 81% (beda bahasa). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Bahasa Bukat merupakan sebuah bahasa tersendiri di Kalimantan Barat.

Bahasa Galik[sunting]

Bahasa Galik (Golik) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Mandong, Kampung Tayan Hulu dan Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai; dan Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

Wilayah tutur Bahasa Galik (Golik) di bagian utara, selatan, dan timur berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Ribun (Rihun), dan bagian barat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Bakatik. Bahasa Galik (Golik) merupakan gabungan dari beberapa bahasa daerah yang tersebar di Kecamatan Tayan Hulu, Beduwai, Sekayam, dan Kembayan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Galik (Golik) terdiri atas empat dialek dengan persentase perbedaan 50--80%. Keempat dialek tersebut adalah

  1. dialek Mandong yang dituturkan di Kampung Mandong, Kecamatan Tayan Hulu;
  2. dialek Engkahan yang dituturkan di daerah Kecamatan Sekayam;
  3. dialek Kasro Mego yang dituturkan di Desa Kasro Mego di Kecamatan Beduai; dan
  4. dialek Tanap yang dituturkan di Desa Tanap, Kecamatan Kembayan.

Di Kampung Mandong, penutur menamakan bahasanya dengan Bahasa Dayak Peruan; di Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam penuturnya menamakan Bahasa Dayak Karamai; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai penuturnya menamakan Bahasa Galik; di Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan penuturnya menamakan Bahasa Tanap.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara Bahasa Galik (Golik) dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat adalah di atas 81%. Ini menunjukkan bahwa isolek Galik (Golik) merupakan sebuah bahasa di Kalimantan Barat.

Bahasa Kayaan[sunting]

Bahasa Kayaan dituturkan di wilayah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, di wilayah hulu Sungai Kapuas. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Kayaan di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Bukat, di selatan dan barat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Taman, dan di bagian timur berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Punan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayaan merupakan sebuah bahasa tersendiri. Jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti Bahasa Taman, Bahasa Uud Danum (Ot Danum), Bahasa Galik (Golik), Bahasa Ribun (Rihun), Bahasa Bukat, Bahasa Punan, dan Bahasa Bakatik dengan persentase perbedaan di atas 81%.

Bahasa Punan[sunting]

Bahasa Punan antara lain dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjunglokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Wilayah tutur Bahasa Punan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Bukat di bagian utara, dengan wilayah tutur Bahasa Kayaan di sebelah barat, dan dengan wilayah tutur Bahasa Uud Danum (Ot Danum) di sebelah selatan.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Punan yang dituturkan di daerah Tanjung Lokang jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti Bahasa Taman, Bahasa Uud Danum (Ot Danum), Bahasa Galik (Golik), Bahasa Ribun (Rihun), Bahasa Kayaan, Bahasa Bukat, dan Bahasa Bakatik menunjukkan persentase perbedaan di atas 81%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan Bahasa Punan merupakan sebuah bahasa yang ada di Kalimantan Barat.

Bahasa Ribun[sunting]

Bahasa Ribun (Rihun) dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanggung dan Desa Semirau, Kecamatan Jangkang; di Desa Gunam, Kecamatan Parindu; di Desa Empodis dan Desa Upe, Kecamatan Bonti; dan di Desa Semongan, Kecamatan Noyan. Daerah-daerah tersebut berada di Kabupaten Sanggau.

Wilayah penutur Bahasa Ribun (Rihun) di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur penutur Bahasa Galik (Golik), di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu, di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu dan Bahasa Bakatik, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu. Bahasa Ribun (Rihun) ini dituturkan oleh sejumlah etnik lokal yang menamakan diri mereka sebagai suku Ribun (Rihun), Jangkang, Bisomu, Muduk, Mayau, dan Tebuas.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, keenam isolek tersebut memperlihatkan persentase perbedaan antara 50--80%. Keenam isolek tersebut sebagai dialek dari Bahasa Ribun (Rihun). Oleh karena itu, Bahasa Ribun (Rihun) memiliki enam dialek, yaitu

  1. dialek Tanggung dituturkan di bagian utara Kabupaten Sanggau, yaitu di Kecamatan Jangkang. Dialek ini dikenal juga dengan sebutan dialek suku Jangkang. Penutur dialek ini juga tersebar di kecamatan lain yang juga mengidentifikasi diri sebagai suku Jangkang, seperti di Kecamatan Bonti dan Mukok;
  2. dialek Empodis daerah sebarannya meliputi Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau;
  3. dialek Upe dituturkan di Kecamatan Bonti, bagian timur Kabupaten Sanggau;
  4. dialek Semirau dituturkan di bagian utara Kabupaten Sanggau, tepatnya di Kecamatan Jangkang. Dialek ini dikenal juga dengan sebutan dialek suku Tebuas;
  5. dialek Semongan dituturkan di Kecamatan Noyan, Kabupaten Sanggau;
  6. dialek Gunam dituturkan di wilayah Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Ribun (Rihun) memiliki perbedaan persentase sebesar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya di Kalimantan Barat, misalnya dengan Bahasa Taman, Bahasa Dayak Kualan, Bahasa Bukat, dan Bahasa Galik (Golik). Dengan demikian, Bahasa Ribun (Rihun) merupakan salah satu bahasa yang ada di Kalimantan Barat.

Bahasa Taman[sunting]

Bahasa Taman dituturkan oleh masyarakat di wilayah hulu Sungai Kapuas, antara lain di Engko' Tambe, Kecamatan Putussibau Selatan; di Desa Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah tutur Bahasa Taman dikelilingi oleh wilayah tutur Bahasa Melayu. Bahasa Taman tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu di wilayah Kecamatan Putussibau, Mandai, dan Batang Lupar.

Menurut pengakuan penutur, Bahasa Taman tersebar di daerah Engko Tambe, Kecamatan Putussibau; di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu penuturnya mengaku sebagai penutur Bahasa Taman Embaloh; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar dituturkan Bahasa Embaloh; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau dituturkan Bahasa Kalis.

Bahasa Taman mempunyai tiga dialek dengan persentase perbedaan sebesar 50%--80% yaitu

  1. dialek Taman Kapuas, yang memiliki daerah sebaran di Ingko' Tambe, Kecamatan Putussibau;
  2. dialek Taman Embaloh, yang memiliki daerah sebaran di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu dan Mensiau, Kecamatan Batang Lupar;
  3. dialek Kalis, yang memiliki daerah sebaran di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Taman merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lain, yaitu dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya Bahasa Taman dengan Bahasa Melayu, Bahasa Bakumpai, dan Bahasa Bukat.

Bahasa Uud Danum[sunting]

Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dituturkan oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, di daerah hulu Sungai Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.

Wilayah tutur Bahasa Uud Danum (Ot Danum) di sebelah utara dan barat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu. Penutur bahasa ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan orang-orang Uud Danum (Ot Danum) yang terdapat di kawasan Kalimantan Tengah, di wilayah Sungai Embaloh.

Persentase perbedaan Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dengan bahasa-bahasa di sekitarnya berkisar 81%--100%. Misalnya dengan Bahasa Dayak Baream, Bahasa Dayak Kualan, Bahasa Bakatik, dan Bahasa Taman.

Bahasa Bajau Semayap[sunting]

Bahasa Bajau Semayap dituturkan oleh masyarakat di Desa Semayap, Kecamatan Pulau Laututara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran wilayah tutur bahasa ini berada di sekitar wilayah utara Kabupaten Kotabaru. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Bajau Semayap dikelilingi oleh wilayah tutur Bahasa Banjar.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajau Semayap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Misalnya perbedaan Bahasa Bajau Semayap dengan Bahasa Banjar menunjukkan persentase sebesar 93%; dengan Bahasa Bugis sebesar 97%; dengan Bahasa Berangas sebesar 97%; dengan Bahasa Maanyan sebesar 98%; dengan Bahasa Lawangan sebesar 94%; dengan Bahasa Dusun Deyah sebesar 98%; dengan Bahasa Bajau Pondong sebesar 96%; dengan Bahasa Samihin sebesar 95%; dan dengan Bahasa Bakumpai sebesar 95%.

Bahasa Berangas[sunting]

Bahasa Berangas dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Berangas, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat, timur, utara, dan selatan Desa Berangas dituturkan Bahasa Banjar.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Berangas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya Bahasa Berangas dengan Bahasa Banjar memiliki persentase perbedaan sebesar 92,25%; dengan Bahasa Bakumpai sebesar 93%.

Bahasa Dusun Deyah[sunting]

Bahasa Dusun Deyah dituturkan oleh masyarakat di Desa Kaong, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan selatan Desa Kaong juga dituturkan Bahasa Dusun Deyah dan di sebelah barat dan utara dituturkan Bahasa Banjar.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun Deyah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di sekitarnya misalnya dengan Bahasa Berangas, Bahasa Banjar, dan Bahasa Lawangan.

Bahasa Samihin[sunting]

Bahasa Samihin dituturkan oleh masyarakat di Desa Mangka, Kecamatan Pamukan Barat Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Berdasarkan perhitungan dialektometri, isolek Samihin merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan perbedaan persentase berkisar 81%--98%, misalnya dengan Bahasa Banjar, Bahasa Bakumpai, Bahasa Lawangan, dan Bahasa Maanyan.

Bahasa Balai[sunting]

Bahasa Balai dituturkan masyarakat yang tinggal di Desa Balai Riam, Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Balai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,05%--98,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya jika dibandingkan dengan Bahasa Dayak Ngaju sebesar 95,05%, dengan Bahasa Dusun Kalahien 96%, dengan Bahasa Uud Danum (Ot Danum) 96%; dan dengan Bahasa Dayak Baream 98,75%.

Bahasa Bayan[sunting]

Bahasa Bayan dituturkan oleh masyarakat di Desa Bintang Ninggi Satu, Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bayan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya dengan Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Maanyan, dan Bahasa Bakumpai.

Bahasa Dayak Bara Injey[sunting]

Bahasa Dayak Bara Injey dituturkan oleh masyarakat di Desa Kota Baru, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Bara Injey merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan Bahasa Dayak Ngaju sebesar 82,75% dan dengan Bahasa Dayak Pulau Telo sebesar 84,75%.

Bahasa Dayak Baream[sunting]

Bahasa Dayak Baream dituturkan oleh masyarakat di Desa Bajuh, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Baream merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya perbedaan Bahasa Dayak Baream, Bahasa Sei Dusun, Bahasa Katingan, dan Bahasa Bara Injey sebesar 91,25%, dan dengan Bahasa Dayak Pulau Telo sebesar 90%.

Bahasa Dayak Kapuas[sunting]

Bahasa Dayak Kapuas dituturkan oleh masyarakat di Desa Pujon, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Kapuas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84,75%--98,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan Bahasa Balai, Bahasa Dayak Bara Injey, Bahasa Dusun Kalahien, Bahasa Dayak Bara Injey, dan Bahasa Dayak Ngaju.

Bahasa Dayak Ngaju[sunting]

Bahasa Dayak Ngaju merupakan bahasa yang dituturkan oleh sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah. Penutur bahasa tersebut dapat dijumpai hampir di sepanjang daerah aliran sungai di Kalimantan Tengah, kecuali Kabupaten Kotawaringin Barat. Wilayah tuturnya meliputi Kabupaten Kapuas bagian tengah, Kabupaten Gunung Mas dan Pulang Pisau bagian tengah hingga ke Kota Palangkaraya, sebagian Sungai Mentaya, Kabupaten Barito Selatan bagian selatan, serta Kabupaten Katingan bagian hilir.

Bahasa Dayak Ngaju terdiri atas tiga puluh dua dialek, yakni

  1. dialek Kandan yang dituturkan di Desa Kandan, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kota Waringin Timur;
  2. dialek Rantau Tampang yang dituturkan di Kelurahan Kuala Kuayan dan Desa Rantau Tampang, Kecamatan Telaga Antang, Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau, dan Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur;
  3. dialek Parebok yang dituturkan di Desa Parebok, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur;
  4. dialek Mandomai yang dituturkan di Kelurahan Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas;
  5. dialek Kalumpang yang dituturkan di Desa Kalumpang, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas;
  6. dialek Tumbang Makutup yang dituturkan di Desa Tumbang Mangkutup (Tumbang Muroi), Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas;
  7. dialek Pangkoh Tengah (Pangkoh Sari) yang dituturkan di Desa Pangkuh Tengah, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Kapuas (Pulang Pisau);
  8. dialek Pulang Pisau yang dituturkan di Desa Anjir Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau;
  9. dialek Tumbang Nusa yang dituturkan di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau;
  10. dialek Timpah yang dituturkan di Desa Timpah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas;
  11. dialek Lawang Kamah yang dituturkan di Desa Lawang Kamah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas,
  12. dialek Batu Puter yang dituturkan di Desa Batu Puter, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas;
  13. dialek Luwuk Langkuas yang dituturkan di Desa Luwuk Langkuas, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas;
  14. dialek Tumbang Jutuh yang dituturkan di Desa Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas;
  15. dialek Bereng Rambang yang dituturkan di Desa Bereng Rambang, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Gunung Mas (Pulang Pisau);
  16. dialek Bawan yang dituturkan Desa Bawan, Kecamatan Banama Tingang, Kabupaten Gunung Mas (Pulang Pisau);
  17. dialek Sepang Simin yang dituturkan di Kelurahan Sepang Simin, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas;
  18. dialek Kuala Kurun yang dituturkan di Kelurahan Kuala Kurun, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas;
  19. dialek Tewah yang dituturkan di Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas;
  20. dialek Kasongan yang dituturkan di Desa Kasongan (Kasongan Lama), Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan
  21. dialek Petak Bahandang yang dituturkan di Desa Petak Bahandang, Kecamatan Tasik Payawan, Kabupaten Katingan;
  22. dialek Baun Bango yang dituturkan di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan;
  23. dialek Pilang yang dituturkan di Desa Pilang, Kecamatan Kahayan Hilir (Jabiren), Kabupaten Pulang Pisau;
  24. dialek Saka Kajang yang dituturkan di Desa Saka Kajang, Kecamatan Kahayan Hilir (Jabiren), Kabupaten Pulang Pisau;
  25. dialek Gohong yang dituturkan di Desa Gohong, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau;
  26. dialek Mangkatip yang dituturkan di Kelurahan Mengkatip, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan;
  27. dialek Tangkiling yang dituturkan di Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya;
  28. dialek Kalampangan yang dituturkan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangkaraya
  29. dialek Bukit Rawi yang dituturkan di Desa Bukit Rawi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau;
  30. dialek Mungku Baru yang dituturkan di Kelurahan Mungku Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangkaraya;
  31. dialek Tumbang Talaken yang dituturkan di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas; dan
  32. dialek Takaras yang dituturkan di Desa Takaras, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas.

Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 51--80,75%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Ngaju merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan Bahasa Balai, Bahasa Dayak Pulau Telo, Bahasa Kadorih, Bahasa Dayak Baream, dan Bahasa Dayak Kapuas.

Bahasa Dayak Pulau Telo[sunting]

Bahasa Dayak Pulau Telo dituturkan oleh masyarakat di Desa Pulau Telo, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Pulau Telo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan Bahasa Dayak Sei Dusun, Dayak Ngaju, dan Dayak Bara Injey.

Bahasa Dayak Sei Dusun[sunting]

Bahasa Dayak Sei Dusun dituturkan oleh masyarakat di Desa Sei Dusun, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Kapuas Barat, Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Sei Dusun merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan Bahasa Dayak Pulau Telo, Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Dusun Kalahien, Bahasa Bayan, dan Bahasa Dayak Bara Injey.

Bahasa Dusun Kalahien[sunting]

Bahasa Dusun Kalahien dituturkan oleh masyarakat di Desa Kalahien,Pararapak,Mabuan,muara ripung,dan danau masura, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun Kalahien merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92,25--96,25% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya. Misalnya dengan Bahasa Dayak Baream, Bahasa Dayak Ngaju, dan Bahasa Dayak Kapuas.

Bahasa Kadorih[sunting]

Bahasa Kadorih dituturkan oleh masyarakat di Desa Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kadorih merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya Bahasa Kadorih dengan Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Dusun Kalahien, Bahasa Maanyan, dan Bahasa Katingan.

Bahasa Katingan[sunting]

Bahasa Katingan dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing, Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan, Desa Tumbang Kaman, Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan , Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Katingan di wilayah tersebut memiliki persentase perbedaan 55,75%--62,25%, yaitu pada kategori beda dialek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Bahasa Katingan terdiri atas tiga dialek, yaitu

  1. dialek Katingan Hilir yang dituturkan di Kelurahan Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing;
  2. dialek Katingan Tengah yang dituturkan di Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan;
  3. dialek Katingan Hulu yang dituturkan di Desa Tumbang Kaman, Kecamatan Sanaman Mantikei.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Katingan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Lawangan, Bahasa Bayan, Bahasa Balai, dan Bahasa Dayak Pulau Telo.

Bahasa Mentaya[sunting]

Bahasa Mentaya dituturkan oleh masyarakat di Desa Tewei Hara, Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mentaya merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%--95,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya Bahasa Mentaya dengan Bahasa Dayak Ngaju memiliki persentase perbedaan 90,25%, dengan Bahasa Tamuan sebesar 89%, dengan Bahasa Maanyan sebesar 92%, dan dengan Bahasa Tawoyan sebesar 94%.

Bahasa Pembuang[sunting]

Bahasa Pembuang dituturkan oleh masyarakat di sekitar daerah aliran Sungai Seruyan bagian tengah dan selatan, yaitu di Desa Batu Menangis, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Isolek Pembuang merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain, misalnya dengan Bahasa Banjar, Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Bayan, dan Bahasa Kadorih.

Bahasa Sampit[sunting]

Bahasa Sampit dituturkan oleh masyarakat di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Kelurahan Baamang Hilir, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

Isolek Sampit merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 81%--100%jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan Bahasa Tamuan, Bahasa Banjar, Bahasa Mentaya, dan Bahasa Dayak Ngaju.

Bahasa Tamuan[sunting]

Bahasa Tamuan dituturkan oleh masyarakat di Desa Tehang, Kecamatan Parenggean dan Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur; serta di Kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.

Bahasa Tamuan terdiri atas dua dialek, yaitu

  1. dialek Tehang yang dituturkan di Desa Tehang, Kecamatan Parenggean dan di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu dan
  2. dialek Nanga Bulik yang dituturkan di kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik.

Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 73,05%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tamuan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--97% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Banjar, dan Bahasa Mentaya.

Bahasa Tawoyan[sunting]

Bahasa Tawoyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Pepas, Kecamatan Montallat, Barito Utara, daerah perbatasan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.

Bahasa Tawoyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan Bahasa Bakumpai, Bahasa Banjar, Bahasa Bayan, dan Bahasa Berangas.

Bahasa Bakumpai[sunting]

Di Provinsi Kalimantan Tengah[sunting]

Bahasa Bakumpai dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Dusun Selatan dan Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan dan di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Bakumpai dituturkan juga di Desa Batik, Kecamatan Bakumpai dan di Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran wilayah tutur bahasa ini berada di sepanjang aliran Sungai Barito sampai ke Barito Selatan, Kalimantan Tengah yang dimulai dari wilayah Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Bahasa Bakumpai di Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Balawang dengan wilayah pakai di Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, dan (2) dialek Rangga Ilung dengan wilayah pakai di Desa Rangga Ilung, Kecamatan Jenamas, Desa Kalanis, Kecamatan Dusun Hilir, dan Kelurahan Bangkuang, Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan.

Hasil penghitungan dialektometri antara bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dengan bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan menujukkan persentase perbedaan sebesar 24--43% (kategori beda wicara). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Bakumpai yang terdapat di kedua provinsi tersebut merupakan bahasa yang sama. Isolek Bakumpai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Banjar, dengan bahasa Maanyan, dengan bahasa Dayak Ngaju, dan dengan bahasa Bakumpai.

Di Provinsi Kalimantan Selatan[sunting]

Bahasa Bakumpai dituturkan oleh masyarakat di Desa Batik, Kecamatan Bakumpai dan Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran geografis bahasa ini berada di sepanjang aliran Sungai Barito, mulai dari wilayah Barito Kuala, Kalimantan Selatan hingga wilayah Kalimantan Tengah.

Hasil penghitungan dialektometri antara bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 24,43% (kategori beda wicara). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Bakumpai yang terdapat di kedua provinsi tersebut merupakan bahasa yang sama. Isolek Bakumpai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Samihin, Lawangan, Berangas, Banjar, dan Bajau Semayap.

Bahasa Lawangan[sunting]

Di Provinsi Kalimantan Tengah[sunting]

Bahasa Lawangan dituturkan oleh masyarakat di Desa Ampah Dua, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Lawangan juga dituturkan di oleh masyarakat yang berada di Desa Dambung Raya, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.

Bahasa Lawangan, baik yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan maupun yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 36,11% (beda dialek).

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lawangan merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%--97% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya misalnyadengan bahasa Banjar mempunyai persentase perbedaan sebesar 87%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 97%.

Di Provinsi Kalimantan Selatan[sunting]

Bahasa Lawangan dituturkan oleh masyarakat di Desa Dambung Raya, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, selain di Desa Dambaung Raya, bahasa Lawangan juga dituturkan oleh masyarakat yang berada atau tinggal di sebelah barat, timur, dan selatan Desa Dambung Raya; sementara itu, di sebelah selatan Desa Dambung Raya dituturkan bahasa Banjar.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lawangan merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%--97% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Kalimantan. Misalnyabahasa Lawangan dengan bahasa Banjar mempunyai persentase perbedaan sebesar 87%; dengan bahasa Berangas sebesar 92%; dengan bahasa Maanyan sebesar 92%; dengan bahasa Deyah sebesar 96%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 97%.

Bahasa Maanyan[sunting]

Di Provinsi Kalimantan Tengah[sunting]

Bahasa Maanyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuasdan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Maanyan juga dituturkan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan, yaitu di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong.

Di Provinsi Kalimantan Tengah, bahasa Maanyan terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Batapah yang dituturkan di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas dan (2) dialek Malungai yang dituturkan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara.

Persentase perbedaan antara kedua dialek tersebut sebesar 70,05%. Bahasa Maanyan yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan adalah bahasa yang sama karena keduanya hanya mempunyai persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek).

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maanyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnyapersentase perbedaan bahasa Maanyan dengan bahasa Banjar sebesar 95%; dengan bahasa Lawangan sebesar 92%; dengan bahasa Katingan sebesar 96%; dengan bahasa Sampit sebesar 91%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 95,75%.

Di Provinsi Kalimantan Selatan[sunting]

Bahasa Maanyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, di sekitar Desa Warukin merupakan wilayah tutur bahasa Maanyan dan bahasa Banjar. Selain di Provinsi Kalimantan Selatan, bahasa Maanyan juga dituturkan oleh masyarakat di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, dan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

Bahasa Maanyan yang dituturkan di Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama karena keduanya hanya mempunyai persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek).

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maanyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnyapersentase perbedaan bahasa Maanyan dengan bahasa Banjar sebesar 95%; dengan bahasa Bugis sebesar 98%; dengan bahasa Lawangan sebesar 92%; dengan bahasa Dusun Deyah sebesar 87%; bahasa Samihin sebesar 96%; dengan bahasa Berangas sebesar 91%.

Bahasa Banjar[sunting]

Di Provinsi Kalimantan Selatan[sunting]

Bahasa Banjar dituturkan oleh sebagian besar masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, bahasa Banjar juga dituturkan masayarakat di Provinsi Kalimantan Tengah, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.

Di Provinsi Kalimantan Selatan, bahasa Banjar dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tanah Laut, Kotabaru, Tapin, Banjarmasin (Kota Banjarmasin), Banjar, Tabalong, dan Barito Kuala.

Persentase perbedaan antarsemua daerah pengamatan pemakai bahasa Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan berkisar 16%--72,50%. Menurut pengakuan penutur, sebagian penutur bahasa yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan menyebut bahasa yang mereka gunakan sebagai bahasa Bukit atau bahasa Dayak Meratus. Akan tetapi, berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bukit (Dayak Meratus) adalah satu bahasa dengan bahasa Banjar dengan persentase berkisar 44--51% (beda subdialek atau beda dialek).

Di Provinsi Kalimantan Tengah, bahasa Banjar terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Pematang Panjang yang dituturkan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Pambuang Hilir (Seruyan Hilir) dan di Desa Tanjung Rangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 27,25% sehingga dinyatakan beda wicara; (2) dialek Kuala Jelai dituturkan di Desa Kuala Jelai (Jelai), Kecamatan Kuala Jelai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 74,05%.

Bahasa Banjar, baik yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan maupun yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek). Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dituturkan di Kabupaten Indragiri Hilir. Bahasa ini terdiri atas empat dialek, yaitu (1) dialek Pekan Kemis yang dituturkan di Desa Pekan Kemis; (2) dialek Simpang Gaung yang dituturkan di Desa Simpang Gaung; (3) dialek Sei Raya-Sungai Piring yang dituturkan di Desa Sei Raya dan Sungai Piring; (4) dialek Teluk Jira yang dituturkan di Desa Teluk Jira.

Persentase antara keempat dialek tersebut sekitar 55,06%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara dialek Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan dialek Banjar yang terdapat di Provinsi Riau/Kepulauan Riau adalah sebesar 66,75% (beda dialek).

Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi terdiri atas tiga dialek, yaitu (1) dialek Paritpudin yang dituturkan di Desa Paritpudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; (2) dialek Pembengis yang dituturkan di Desa Pembengis, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; (3) dialek Sungairambut yang dituturkan di Desa Sungairambut, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Persentase perbedaan antarketiga dialek tersebut berkisar 53,75%--56%. Sementara itu, persentase perbedaan antara isolek Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dengan isolek Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi adalah sebesar 72,75% (beda dialek).

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Banjar dengan bahasa Samihin, Maanyan, Beragas, dan Bakumpai.

Di Provinsi Kalimantan Tengah[sunting]

Bahasa Banjar dituturkan oleh masyarakat di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir Timur, di Desa Tanjungrangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, dan di Kelurahan Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.

Bahasa Banjar yang dituturkan di Kalimantan Tengah terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Pematang Panjang yang dituturkan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir dan di Desa Tanjungrangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarkedua isolek tersebut sebesar 27,25% sehingga dinyatakan beda wicara; (2) dialek Kuala Jelai dituturkan di Kelurahan Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara.

Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 74,05%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%--94% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya bahasa Banjar dengan bahasa Balai, bahasa Dayak Kapuas, bahasa Mentaya, dan dengan bahasa bahasa Sampit.

Di Provinsi Jambi[sunting]

Bahasa Banjar yang berada di Provinsi Jambi dituturkan di Desa Parit Pudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; dan Desa Sungairambut, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi terdiri atas tiga dialek, yaitu (1) dialek Paritpudin yang dituturkan di Desa Parit Pudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (2) dialek Pembengis yang dituturkan di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan (3) dialek Sungairambut yang dituturkan di Desa Sungairambut, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 53,75--56%. Sementara itu, persentase perbedaan bahasa Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan di Provinsi Jambi sebesar 72,75% sehingga berbeda dialek.

Di Provinsi Riau[sunting]

Bahasa Banjar yang berada di Provinsi Riau dituturkan di Desa Pekan Kamis, Kecamatan Tembilahan Hulu; Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung; Desa Sungairaya dan Kelurahan Sungaipiring Kecamatan Batang Tuaka; Desa Telukjira, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir. Bahasa Banjar terdiri atas empat dialek, yaitu (1) dialek Pekan Kamis dituturkan di Desa Pekan Kamis, Kecamatan Tembilahan Hulu, (2) dialek Simpang Gaung dituturkan di Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, (3) dialek Sungai Raya-Sungai Piring dituturkan di Desa Sungairaya dan Kelurahan Sungaipiring Kecamatan Batang Tuaka, dan (4) dialek Teluk Jira dituturkan di Desa Telukjira, Kecamatan Tempuling.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%--80%. Persentase perbedaan antara bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Riau dan di Kalimantan Selatan sebesar 66,75% (beda dialek).

Bahasa Aoheng[sunting]

Bahasa Aoheng (Penihing) dituturkan oleh masyarakat di Desa Long Apari, Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Long Apari dituturkan Bahasa Kayan dan Bahasa Kenyah; di sebelah utaranya dituturkan Bahasa Kenyah; di sebelah selatannya dituturkan Bahasa Bukat.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Aoheng (Penihing) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Bajau Pondong, Bahasa Lundayeh, dan Bahasa Bahau Ujoh Bilang.

Bahasa Bahau Diaq Lay[sunting]

Bahasa Bahau Diaq Lay dituturkan oleh masyarakat di Desa Diaq Lay, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bahau Diaq Lay merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%--96% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Tunjung, Bahasa Lundayeh, Bahasa Bahau Ujoh Bilang, dan Bahasa Benuaq.

Bahasa Bahau Ujoh Bilang[sunting]

Bahasa Bahau Ujoh Bilang dituturkan oleh masyarakat di Desa Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Bahau Ujoh Bilang berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Bahau yang berada di sebelah timur, utara, dan selatan Desa Ujoh Bilang.

Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan Bahasa Bahau Ujoh Bilang dengan bahasa-bahasa lainnya di Kalimantan Timur berkisar 87%--98%, misalnya dengan Bahasa Bahau Diaq Lay, Bahasa Punan Merah, Bahasa Dusun, dan Bahasa Pasir (Paser).

Bahasa Bajau Pondong[sunting]

Bahasa Bajau Pondong dituturkan oleh masyarakat di Desa Payung-Payung Kecamatan Maratua dan Desa Pulau Derawan, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau; Desa Pondang Baru, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser; dan Kelurahan Penajam dan Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat dan utara Desa Payung-Payung dituturkan Bahasa Bajau. Di sebelah timur dan barat Desa Pulau Derawan dituturkan Bahasa Bajau, sedangkan di sebelah selatan dituturkan Bahasa Bugis. Di sebelah timur dan barat Desa Penajam dituturkan Bahasa Bugis, di sebelah utara dituturkan Bahasa Bajau, dan di sebelah selatan dituturkan Bahasa Banjar. Selanjutnya, wilayah tutur Bahasa Bajau Pondong di Desa Babulu Laut berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Pasir (Paser) di sebelah barat dan wilayah tutur Bahasa Bugis di sebelah utara dan selatan. Bahasa Bajau Pondong yang dituturkan di Desa Pondang Baru berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Pasir (Paser) di sebelah barat dan dengan wilayah tutur Bahasa Bajau di sebelah selatan.

Bahasa Bajau Pondong terdiri atas tiga dialek, yaitu

  1. dialek Pulau Derawan yang dituturkan di Desa Payung-Payung Kecamatan Maratua dan Desa Pulau Derawan, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau;
  2. dialek Penajam yang dituturkan di Kelurahan Penajam dan Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara; dan
  3. dialek Pondong yang dituturkan di Desa Pondang Baru, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.

Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 73%--76%. Bahasa Bajau Pondong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%--94% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnya dengan Bahasa Basap, Bahasa Benuaq, Bahasa Bulungan, Bahasa Kenyah, Bahasa Segaai, dan Bahasa Bahau Ujoh Bilang.

Bahasa Basap[sunting]

Bahasa Basap dituturkan oleh masyarakat di Desa Sambakungan, Kecamatan Gunung Tabur dan di Desa Semurut, Kecamatan Tabalar, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Bahasa Basap terdiri atas dua dialek, yaitu Bahasa Basap dialek [O] yang dituturkan di desa Sambakungan dan Bahasa Basap dialek [u] yang dituturkan di desa Semurut. Persentase perbedaan kedua isolek tersebut 75%.

Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Basap standar terdapat di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Di wilayah ini, jumlah penutur relatif banyak dengan sebaran wilayah tutur yang luas. Pada umumnya, penutur Bahasa Basap merupakan keturunan Tionghoa yang menikah dengan suku Punan. Akan tetapi, berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Basap dan Punan merupakan bahasa yang berbeda dengan persentase perbedaan di atas 90%.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Basap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%--93% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya Bahasa Basap dengan Bahasa Bulungan berbeda 82%; dengan Bahasa Dusun 86%; dengan Bahasa Kenyah 87%; dengan Bahasa Pasir (Paser) 88%; dengan Bahasa Lundayeh 90,3%; dan dengan Bahasa Segaai 93%.

Bahasa Benuaq[sunting]

Bahasa Benuaq dituturkan oleh masyarakat di Desa Jerang Dayak, Kecamatan Muara Pahu; di Desa Muara Lawa, Kecamatan Muara Lawa; di Desa Jambuk, Kecamatan Bongan; di Desa Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang; di Desa Keay, Kecamatan Damai; dan di Desa Temula, Kecamatan Nyuatan, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Bahasa Benuaq di Kalimantan Timur terdiri atas enam dialek, yaitu

  1. dialek Jerang Dayak,
  2. dialek Muara Lawa,
  3. dialek Jambuk,
  4. dialek Tanjung Isuy,
  5. dialek Keay, dan
  6. dialek Temula.

Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Jerang Dayak dituturkan Bahasa Kutai dan di sebelah barat, utara, dan selatannya dituturkan Bahasa Dayak. Di sebelah barat Desa Jambuk dituturkan Bahasa Penawai dan di sebelah selatan dituturkan Bahasa Bawo. Selanjutnya, di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Tanjung Isuy dituturkan Bahasa Dayak sedangkan di sebelah utara dituturkan Bahasa Bugis dan Bahasa Banjar. Di sebelah barat, utara, dan selatan Desa Keay juga dituturkan Bahasa Benuaq. Di sebelah timur, barat, dan utara Desa Temula juga dituturkan Bahasa Benuaq sedangkan di sebelah selatan dituturkan Bahasa Tuwayan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Benuaq merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%--95% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Banjar 92% , dengan Bahasa Tunjung 90,25%, dan dengan Bahasa Kenyah 94%.

Bahasa Dusun[sunting]

Bahasa Dusun dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjung Pinang, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Desa Tanjung Pinang terletak di sebelah utara Pegunungan Meratus. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Desa Tanjung Pinang juga dituturkan Bahasa Dusun; di sebelah timur dan utara Desa Tanjung Pinang dituturkan Bahasa Pasir (Paser); dan di sebelah selatan dituturkan Bahasa Bukit.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%--92% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnya Bahasa Dusun dengan Bahasa Pasir (Paser), Bahasa Tunjung, dan Bahasa Kenyah.

Bahasa Pasir[sunting]

Bahasa Pasir (Paser) termasuk salah satu bahasa yang memiliki jumlah penutur yang cukup besar di Kalimantan Timur. Bahasa Pasir (Paser) dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Sepaku dan Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku; di Kelurahan Sotek, Kecamatan Penajam; di Desa Babulu Darat, Kecamatan Babulu; di Kelurahan Long Kali, Kecamatan Long Kali; dan di Desa Samuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Penajam Paser Utara. Selain di Kabupaten Penajam Paser Utara, Bahasa Pasir (Paser) juga dituturkan di Kabupaten Paser. Di Kabupaten Paser, Bahasa Pasir (Paser) dituturkan antara lain di Desa Sandeley, Kecamatan Kuaro; di Desa Swan Slutung dan Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam; di Desa Busui, Kecamatan Batu Sopang; di Desa Lomu dan Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau; di Desa Pasir Belengkong dan Desa Bekoso, Kecamatan Pasir Belengkong; di Kelurahan Long Kali, di Desa Muara Toyu, dan di Desa Kepala Telake, Kecamatan Long Kali.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pasir (Paser) yang digunakan di wilayah-wilayah tutur tersebut berada pada kategori beda dialek, dengan persentase perbedaan berkisar 51%--79%. Bahasa Pasir (Paser) terdiri atas sepuluh dialek, yaitu

  1. dialek Sepaku yang dituturkan di Kelurahan Sepaku, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara;
  2. dialek Mentawir yang dituturkan di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara;
  3. dialek Swan Slutung yang dituturkan di Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam dan Desa Busui, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser;
  4. dialek Langon yang dituturkan di Desa (Muara Langon), Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser;
  5. dialek Paser Belengkong yang dituturkan di Desa Pasir Belengkong dan Desa Bekoso, Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser;
  6. dialek Sandeley yang dituturkan di Desa Sandeley, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser;
  7. dialek Sotek yang dituturkan di Kelurahan Sotek, Kecamatan Penajam dan Desa Babulu Darat, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara;
  8. dialek Muara Toyu yang dituturkan di Desa Muara Toyu, Kecamatan Long Kali, Desa Kepala Telake, Kecamatan Long Kali, dan Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser;
  9. dialek Lomu yang dituturkan di Desa Lomu, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser;
  10. dialek Long Kali yang dituturkan di Kelurahan Long Kali, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser dan di Desa Samuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Pasir (Paser) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnya dengan Bahasa Basap, Bahasa Benuaq, Bahasa Bulungan, Bahasa Punan Merah, Bahasa Dusun, dan Bahasa Long Lamcin.

Bahasa Punan Long Lamcin[sunting]

Bahasa Punan Long Lamcin dituturkan oleh masyarakat di Desa Long Lamcin, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Penutur bahasa di Long Lamcin menyebut bahasanya sebagai Bahasa Punan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Punan Long Lamcin dan isolek Punan Paking mempunyai perbedaan sebesar 93% sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua isolek tersebut merupakan bahasa yang berbeda. Bahasa Punan yang terdapat di Desa Long Lamcin diberi nama Bahasa Punan Long Lamcin dan Bahasa Punan yang terdapat di Desa Paking diberi nama Bahasa Punan Paking.

Bahasa Punan Merah[sunting]

Bahasa Punan Merah dituturkan oleh masyarakat di Desa Long Merah, Kecamatan Long Bangun, Kabupaten Mahakam Hulu, Provinsi Kalimantan Timur. Wilayah tutur Bahasa Punan Merah di Desa Long Merah berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Bahau di bagian timur dan bagian selatan, serta dengan wilayah tutur Bahasa Kenyah di sebelah barat dan utara.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Punan Merah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Kenyah, Bahasa Punan Long Lamcin, Bahasa Bahau, Bahasa Ujoh Bilang, dan Bahasa Punan Paking.

Bahasa Segaai[sunting]

Bahasa Segaai dituturkan oleh masyarakat di daerah pedalaman yaitu di Desa Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung dan Desa Long La'ai, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Menurut pengakuan penduduk, selain Bahasa Segaai, di Kabupaten Berau dituturkan Bahasa Punan dan Bahasa Kenyah. Bahasa Segaai terdiri atas dua dialek, yaitu

  1. dialek Long Lanuk dan
  2. dialek Long La'ai. Bahasa Segaai dialek Long Lanuk dituturkan di Desa Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau sedangkan Bahasa Segaai dialek Long Laay dituturkan di Desa Long Laay, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 74%.

Bahasa Segaai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Misalnya dengan Bahasa Bahau Diaq Lay, Bahasa Kenyah, Bahasa Punan Merah, dan Bahasa Tunjung.

Bahasa Tunjung[sunting]

Bahasa Tunjung dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Di Kabupaten Kutai Barat, Bahasa Tunjung dituturkan antara lain di Desa Linggang Melapeh, Desa Melapeh Baru, dan Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung; di Desa Ngenyan Asa dan Desa Muara Asa Kecamatan Barong Tongkok. Sementara itu, di Kabupaten Kutai Kartanegara, Bahasa Tunjung dituturkan di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut.

Menurut pengakuan penduduk, desa-desa di sekitarnya juga merupakan wilayah tutur Bahasa Tunjung.

Bahasa Tunjung terdiri atas empat dialek, yaitu

  1. dialek Ngenyan Asa yang dituturkan di Desa Linggang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung dan Desa Ngenyan Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat;
  2. dialek Melapeh Baru yang dituturkan di Desa Melapeh Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat;
  3. dialek Tanah Kelekat yang dituturkan di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara;
  4. dialek Muara Asa yang dituturkan di Desa Muara Asa, Kecamatan Barong Tongkok, dan Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat.

Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 54%--65%.

Penutur isolek Tunjung di Tanah Kelekat menyebut isoleknya sebagai sebuah bahasa, yaitu Bahasa Tanah Tunjung. Namun, berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Tanah Tunjung tersebut jika dibandingkan dengan isolek-isolek Tunjung lainnya termasuk bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 61% (beda dialek).

Bahasa Tunjung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 85%--95% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Misalnya persentase perbedaan antara Bahasa Tunjung dengan Bahasa Dusun sebesar 85%; dengan Bahasa Pasir (Paser) 87%, dengan Bahasa Bugis 93%; dan dengan Bahasa Bahau Diaq Lay sebesar 95%.

Bahasa Kenyah[sunting]

Kenapa

Di Provinsi Kalimantan Timur[sunting]

Bahasa Kenyah dituturkan oleh masyarakat di Desa Inaran, Kecamatan Sambaliung dan Desa Gunung Sari, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau; di Desa Datah Bilang Ulu, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Hulu. Bahasa Kenyah juga dituturkan di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek di daerah-daerah tersebut memiliki persentase berbedaan 53%--74%, pada kategori beda dialek, yaitu (1) dialek Inaran yang dituturkan di Desa Inaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau; (2) dialek Gunung Sari yang dituturkan di Desa Gunung Sari, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau; (3) dialek Datah Bilang Ulu yang dituturkan di Desa Datah Bilang Ulu, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Hulu.

Isolek Kenyah merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur.

Persentase perbedaan dengan bahasa-bahasa lain berkisar 85%--94%, misalnyabahasa Kenyah dengan bahasa Bahau Ujoh Bilang sebesar 85%; dengan bahasa Tunjung sebesar 87%; dengan bahasa Dusun sebesar 86%; dengan bahasa Benuaq sebesar 89%; dan dengan bahasa Segaai sebesar 94%.

Di Provinsi Kalimantan Utara[sunting]

Bahasa Kenyah dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau. Tepatnya di Desa Jelarai Selor, Kecamatan Tanjung Selor, Desa Long Tungu, Kecamatan Peso Hilir, Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan dan di Desa Long Nawang, Kecamatan Kayan Hulu, Desa Long Kelawit, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek di daerah-daerah tersebut memilikipersentase berbedaan 53%--74%, pada kategori beda dialek, yaitu (1) dialek Uma Kulit yang dituturkan di Desa Jelarai Selor, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan; (2) dialek Long Nawang yang dituturkan di Desa Long Nawang, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau; (3) dialek Long Tungu yang dituturkan di Desa Long Tungu, Kecamatan Peso Hilir, Kabupaten Bulungan; (4) dialek Lepuk Maut yang dituturkan di Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan; (5) dialek Long Kelawit (Long Sungai Anai) yang dituturkan di Desa Long Sungai Anai, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kenyah merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara dengan persentase perbedaan berkisar 90%--93%, misalnya dengan bahasa Bulungan, Tidung, Lundayeh, dan dengan bahasa Tenggalan.

Bahasa Abai[sunting]

Bahasa Abai dituturkan di Desa Mansalong, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Mansalong dituturkan Bahasa Tenggalan; di sebelah barat dituturkan Bahasa Putuk; di sebelah utara juga dituturkan Bahasa Abai; di sebelah selatan dituturkan Bahasa Tidung.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Abai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Tidung, Bahasa Lundayeh, Bahasa Umalung, dan Bahasa Tenggalan.

Bahasa Bulungan[sunting]

Bahasa Bulungan dituturkan di Desa Tanah Kuning dan Desa Muara Pengian, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bulungan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%--90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnya dengan Bahasa Punan Merah, Bahasa Bajau Pondong, dan Bahasa Lundayeh.

Bahasa Long Pulung[sunting]

Bahasa Long Pulung dituturkan di Desa Naha Aya, Kecamatan Peso Hilir; Desa Long Lasan, Kecamatan Peso; dan Desa Mara Satu, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan barat Desa Naha Aya dituturkan Bahasa Long Pulung. Di sebelah timur dan selatan Desa Long Lasan dituturkan Bahasa Long Pulung, di sebelah barat dituturkan Bahasa Bulungan, dan di sebelah utara dituturkan Bahasa Kenyah. Di sebelah timur Desa Mara Satu dituturkan Bahasa Bulungan dan di sebelah utara dituturkan Bahasa Lepuk Taw.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Long Pulung terdiri atas dua dialek, yaitu

  1. dialek Naha Aya yang dituturkan di Desa Naha Aya, Kecamatan Peso Hilir, dan
  2. dialek Puak Kayan yang dituturkan di Desa Long Lasan, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan dan di Desa Mara Satu, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan.

Persentase perbedaan kedua dialek itu 74%. Menurut pengakuan penduduk, penutur Bahasa Long Pulung dialek Puak Kayan berasal dari suku Apo Kayan atau suku Biaju di Kalimantan Tengah.

Penutur Bahasa Long Pulung di Desa Mara Satu menyebut bahasanya sebagai Bahasa Kayan, sedangkan penutur Bahasa Long Pulung di Desa Long Lasan menyebut bahasanya sebagai Bahasa Puak. Hasil penghitungan dialektometri antara isolek Puak di Desa Long Lasan dan isolek Kayan di Desa Mara Satu menunjukkan perbedaan sebesar 6% (tanpa beda).

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Long Pulung merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara dengan persentase perbedaan berkisar 90%--93%, misalnya dengan Bahasa Bulungan, Bahasa Tidung, Bahasa Lundayeh, dan Bahasa Tenggalan. s

Bahasa Lundayeh[sunting]

Bahasa Lundayeh dituturkan di Desa Long Bawan, Desa Pa' Lutut, Desa Pa' Raye, dan Desa Pa' Upan Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan. Selain itu, Bahasa Lundayeh juga dituturkan di Desa Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

Menurut pengakuan penduduk, desa-desa di sekitar Long Bawan, Pa' Lutut, Pa' Raye, dan Pa' Upan adalah wilayah tutur Bahasa Lundayeh. Di sebelah barat Desa Tanjung Lapang juga merupakan wilayah tutur Bahasa Lundayeh. Sementara itu, di sebelah timur dan selatan Desa Tanjung Lapang dituturkan Bahasa Tidung.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek yang digunakan di daerah-daerah tersebut memiliki persentase perbedaan 64,5%--79,3%. Berdasarkan persentase perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa Bahasa Lundayeh terdiri atas tiga dialek, yaitu

  1. dialek Long Bawan dengan wilayah tutur di Desa Long Bawan, Pa' Lutut, dan Pa' Raye, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan;
  2. dialek Tanjung Lapang dengan wilayah tutur di Desa Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau;
  3. dialek Pa' Upan dengan wilayah tutur di Desa Pa' Upan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.

Jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di sekitarnya, Bahasa Lundayeh merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%--91% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya dengan Bahasa Long Pulung sebesar 89%, dengan Bahasa Tidung sebesar 89%, dan dengan Bahasa Abai sebesar 91%.

Bahasa Punan Paking[sunting]

Bahasa Punan Paking dituturkan di Desa Paking, Kecamatan Mentarang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Letak geografis Desa Paking berada di pedalaman dan pegunungan. Penutur Bahasa Punan Paking di Desa Paking menyebut bahasanya sebagai Bahasa Punan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Paking dituturkan Bahasa Lundayeh.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Punan Paking merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Kenyah, Bahasa Punan Merah, Bahasa Lundayeh, dan Bahasa Punan Long Lamcin.

Bahasa Saban[sunting]

Bahasa Saban dituturkan di Desa Tang Paye, Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Letak geografis Desa Tang Paye, Kecamatan Krayan Tengah berada di perbukitan. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur berbatasan dengan Desa Binuang yang menggunakan Bahasa Lundayeh, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Pa'Urud yang menggunakan Bahasa Lundayeh. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Pa' Upan yang merupakan daerah berbahasa Lundayeh, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tangloan yang menggunakan Bahasa Punan dan Bahasa Lundayeh.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saban merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 93%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan Bahasa Abai, Bahasa Bulungan, Bahasa Kenyah, Bahasa Lundayeh, Bahasa Tenggalan, Bahasa Tidung, Bahasa Punan Paking.

Bahasa Tenggalan[sunting]

Bahasa Tenggalan dituturkan di Desa Seruyung, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

Bahasa Tenggalan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%--90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya persentase perbedaan antara Bahasa Tenggalan dengan Bahasa Lundayeh, Bahasa Tidung, Bahasa Abai, Bahasa Punan Paking, Bahasa Long Pulung.

Bahasa Tidung[sunting]

Bahasa Tidung dituturkan di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Di Kabupaten Bulungan, wilayah tutur Bahasa Tidung antara lain di Desa Sekatak Bengara, Kecamatan Sekatak; Desa Limbu Sedulun dan Desa Kujau, Kecamatan Sesayap; Desa Tanah Merah, Kecamatan Tanah Lia; Desa Pulau Bunyu Barat, Kecamatan Bunyu; Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah; Desa Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir.

Di Kabupaten Malinau, Bahasa Tidung dituturkan oleh masyarakat di Desa Sesua, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau. Di Kabupaten Nunukan, Bahasa Tidung dituturkan di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik; Desa Pembeliangan, Kecamatan Nunukan; dan di Desa Tagul, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan. Di Kabupaten Tarakan Bahasa Tidung dituturkan di Desa Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kabupaten Tarakan.

Berdasarkan pengakuan penduduk, Desa Kujau dikelilingi oleh penutur Bahasa Melayu. Desa Sesua, di sebelah timur dan barat merupakan wilayah tutur Bahasa Tidung, di sebelah utara merupakan wilayah tutur Bahasa Tagel, dan di sebelah selatan merupakan wilayah tutur Bahasa Punan. Desa Juata Laut dan Desa Bunyu juga dikelilingi oleh desa-desa yang merupakan wilayah tutur Bahasa Tidung.

Desa Setabu, di sebelah timurnya merupakan wilayah tutur Bahasa Tidung, di sebelah barat merupakan wilayah tutur Bahasa Indonesia; di sebelah utara merupakan wilayah tutur bahasa (dari) Malaysia. Desa Pembeliangan, di sebelah timur merupakan wilayah tutur Bahasa Tidung; di sebelah barat merupakan wilayah tutur Bahasa Tenggalan; di sebelah selatan berbatasan dengan hutan. Desa Sesayap, di sebelah timur, barat, dan selatan juga merupakan wilayah tutur Bahasa Tidung. Desa Tagul di sebelah barat juga merupakan wilayah tutur Bahasa Tidung, sedangkan di sebelah timur, utara, dan selatan desa berbatasan dengan hutan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Tidung dikelompokkan atas tiga dialek dengan persentase perbedaan berkisar 52%--61%. Ketiga dialek Bahasa Tidung tersebut yaitu

  1. dialek Berusu yang dituturkan di Desa Sekatak Bengara, Kecamatan Sekatak; Desa Limbu Sedulun, Kecamatan Sesayap; Desa Kujau, Kecamatan Betayau, Kabupaten Bulungan; Desa Sesua, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau;
  2. dialek Sesayap yang dituturkan di Desa Tanah Merah, Kecamatan Tanah Lia; Desa Bunyu Barat, Kecamatan Bunyu; Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah; Desa Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung; Desa Setabu, Kecamatan Sebatik; Desa Pembeliangan, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan; Kelurahan Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kabupaten Tarakan;
  3. dialek Tagul yang dituturkan di Desa Tagul, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan.

Penutur Bahasa Tidung dialek Limbu Sedulun, Kujau, dan Sesua menyebut bahasanya sebagai Bahasa Berusu atau Belusu. Namun, berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Berusu atau Belusu tersebut jika dibandingkan dengan isolek-isolek Tidung lainnya adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan 67%--68% (beda dialek).

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Tidung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%--92% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya persentase perbedaan antara Bahasa Tidung dengan Bahasa Long Pulung sebesar 90%; Bahasa Lundayeh sebesar 91%; Bahasa Tenggalan sebesar 92%.

Bahasa Uma Lung[sunting]

Bahasa Uma Lung dituturkan di Desa Pimping, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Menurut pengakuan penutur, di sebelah timur Desa Pimping dituturkan Bahasa Bulungan; di sebelah barat dan utara dituturkan Bahasa Jawa; di sebelah selatan dituturkan Bahasa Tidung dan Bahasa Bulungan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Uma Lung merupakan sebuah bahasa sendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, dengan persentase perbedaan berkisar 91%--95%, misalnya persentase perbedaan antara Bahasa Uma Lung dengan Bahasa Bulungan 91%, dengan Bahasa Punan Paking 94%.


Referensi dan pranala luar[sunting]

Wikipedia memiliki artikel ensiklopedia mengenai: