Romawi Kuno/Sejarah/Diocletianus
Sekitar 280 M, Sassania secara perlahan mulai berhenti menyerang Kekaisaran Romawi karena Sassania sendiri sedang mengalami perang saudara, selain itu bangsa Hun menyerang Sassania dari utara. Karena tidak perlu banyak berperang di Timur, Romawi dapat berfokus melawan Jermanik di Utara, dan berhasil menghalau mereka untuk sementara waktu. Romawi juga berhasil menghentikan pemberontakan di dalam kekaisaran.
Romawi terbantu setelah dipimpin oleh seorang kaisar muda yang enerjik dan cakap yang bernama Diocletianus. Diocletianus naik tahta pada tahun 284 M. Seperti pada pendahulunya, dia pada awalnya merupakan seorang jenderal. Diocletianus pertama-tama menghalau Sassania dan Jermanik. Kemudian dia mengakhiri pemberontakan. Lalu dia berusaha menyelesaikan permasalahan perang saudara antara dua bagian pasukan. Diocletianus menyusun sebuah sistem yang mana ada dua orang kaisar di Romawi, dan masing-masing kaisar memiliki seorang asisten. Sistem in disebut Tetrarki (empat penguasa). Ketika salah seorang kaisar meninggal, maka asistennya akan langsung menggantikannya sebagai kaisar, dan kemudian harus kembali memilih seorang asisten baru.
Dicoletianus sendiri meyakini bahwa hanya semangat patriotik (kebersamaan) yang dapat menyelamatkan kekaisaran, maka dari itu dia menentang siapapun yang nampak berbeda dari sebagian besar orang Romawi, atau bahkan berbeda dari Diocletianus sendiri. Ini membuat Diocletianus memaksa orang-orang untuk tidak menganut agama Manichaean lagi. Sebagian besar penganut Manichaean meninggalkan agama mereka atau melarikan diri ke Kekaisaran Sassania. Diocletianus juga memaksa orang-orang untuk tidak menganut agama Kristen. Kali ini dia tidak berhasil, jumlah penganut Kristen di Romawi semakin lama malah semakin banyak dan mereka tidak mau meninggalkan Romawi.
|