Romawi Kuno/Sejarah/Keruntuhan Romawi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Ketika Theodosius meninggal pada tahun 395 M, dia mewariskan Kekaisaran Romawi kepada dua putranya, Honorius dan Arcadius. Honorius menjadi kaisar di Barat sedangkan Arcadius menjdi kaisar di Timur. Mereka berdua tidak cakap dalam memimpin, bahkan mungkin tidak terlalu berminat. Sebagian besar urusan pemerintahan diatur oleh para penasehat mereka.

Sebagian besar tugas Honorius ditangani oleh seorang Vandal bernama Stilicho, yang merupakan jenderal penting dalam pasukan Romawi.

Tidak butuh waktu lama bagi suku Jermanik dan Goth untuk menyadari bahwa kaisar baru yang masih muda itu lemah dan ini merupakan waktu yang tepat untuk menyerang. Para jenderal juga melihat kelemahan ini dan memutuskan untuk memberontak. Yang pertama, Constantinus III, seorang jenderal di Inggris mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar di York pada tahun 405 M. Dia memimpin seluruh pasukan Romawi dari Inggris, menyeberangi selat Channel ke Prancis, dan bergerak melalui Prancis, mengumpulkan pasukan Romawi di Prancis supaya mereka dapat bersama-sama bergerak menuju Roma.

Namun ketika Constantinus III sedang melakukan ini, tidak ada yang mengawasi perbatasan Romawi. Pada Januari 409 M, banyak suku Alan, Vandal, dan Suevi menyeberangi sungai Rhine, yang ketika itu sedang membeku, dan masuk ke Kekaisaran Romawi. Tidak ada pasukan Romawi yang menghentikan mereka, sehingga mereka begitu bebas menjelajahi Prancis dan menjarah segala yang mereka temukan. Mereka datang dalam keadaan lengkap, terdiri atas pria, wanita, dan anak-anak. Ini berarti bahwa mereka datang untuk bermukim.

Suku-suku barbar menyeberangi sungai Rhine.

Sementara itu Constantinus III sedang berusaha mengambil alih Spanyol. Dia mengirim jenderalnya Gerontius ke Spanyol, namun Gerontius kemudian memutuskan untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar alih-alih bekerja bagi Constantinus III. Untuk memperoleh pasukan dalam jumlah banyak, Gerontius membuat kesepakatan dengan suku Alan, Vandal, dan Suevi. Dia membiarkan mereka memasuki Spanyol dan mereka berjanji akan membantunya berperang.

Pemerintah Romawi mengirim seorang jenderal untuk menghentikan Constantinus III. Constantinus III berhasil dibunuh, begitu juga Gerontius. Semua prajuritnya (yang berasal dari Inggris dan dari Prancis, dan mungkin dari Spanyol juga) dibawa kembali ke Italia untuk menghadapi serangan Visigoth. Ini membuat Inggris, Prancis, dan Spanyol tidak terjaga dan mudah diserang oleh suku Jermanik.

Di Italia, Visigoth mulai menyerang. Orang Visigoth sendiri sudah tinggal di dalam Kekaisaran Romawi sejak Pertempuran Adrianopel pada tahun 378 M. Namun mereka tidak diperlakukan dengan baik. Romawi membuat mereka kesulitan memperoleh makanan atau rumah yang layak. Di bawah raja baru mereka, Alaric, suku Visigoth meminta bayaran emas kepada Honorius. Ketika Honotius menolak, suku Visigoth bergerak menuju kota Roma. Meskipun orang Romawi berusaha melawan, suku Visigoth berhasil menang. Orang Visigoth tidak hanya berhasil memasuki kota Roma namun pada tahun 410 M mereka merebut kota itu dan mengacak-acaknya (mereka merusak bangunan, membantai orang-orang, merampas benda-benda berharga, memperkosa para wanita). Orang Romawi sangat terkejut. Mereka kebingungan bagaimana mungkin kota Roma, yang mereka anggap sangat kuat dan abadi, bisa ditaklukan.

Orang-orang Visigoth mengacak-acak kota Roma.

Orang-orang Visigoth tidak bermukim di Romawi. Mereka meneruskan perjalanan ke Italia selatan dan bermaksud menuju Afrika. Namun Alaric meninggal dalam perjalanan, dan badai besar menghadang mereka. Pada akhirnya orang Visigoth mengalihkan tujuan dan bermukim di Prancis. Sementara itu suku Burgundia sudah menguasai Prancis timur, sedangkan suku Vandal dan Suevi bermukim di Spanyol (suku Alan sudah dimusnahkan).

Pada tahun 429 M suku Vandal berlayar menyeberangi Selat Gibraltar dan merebut Afrika. Ini membuat suku Suevi menjadi satu-satunya penguasa di Spanyol, dan suku Visigoth sendiri secara perlahan-lahan mulai menguasai Spanyol. Sementara itu suku Pict dan kelompok-kelompok lainnya menginvasi Inggris. Orang Inggris meminta bantuan Romawi, namun Romawi sendiri sedang kesusahan sehingga tak dapat membantu.

Selama bertahun-tahun para kaisar Romawi terlalu lemah untuk menangani tindakan suku-suku yang bebas dan merajalela di Romawi, dan pada tahun 476 M kaisar Romawi terakhir di Barat, yaitu Romulus Augustulus, ditangkap dan tahtanya dirampas oleh seorang raja Jermanik bernama Odoaker.

Romulus Augustus, kaisar terakhir Romawi Barat, berlutut di hadapan Odoaker.