Abad Pertengahan/Sejarah/Awal/Kekaisaran Romawi Suci
<< Charlemagne | Kekaisaran Romawi Suci - Abad Pertengahan | Kekaisaran Romawi Suci Pertengahan >> |
<< Dinasti Karoling | - | >> |
Setelah meninggalnya Charlemagne, Kekaisaran Romawi Suci mulai melemah, hingga pada 924 M, seabad kemudian, tidak ada yang secara resmi menjadi kaisarnya. Akhirnya pada 962 M, seorang raja Jerman bernama Otto digelari Kaisar Romawi Suci oleh Paus.
Ayah Otto, Henry, adalah lord Jerman dari Saxony (Jerman utara), yang dipilih oleh para lord Jerman lainnya sebagai pemimpin. Henry mulai memimpin dalam posisi yang lemah, nyaris tak lebih kuat daripada para lord lainnya. Namun ia berhasil meningkatkan wibawa dan kekuasaannya secara signifikan dengan menghalau serbuan Magyar dari Timur, dan juga dengan menyerang Polandia. Otto (yang sering disebut Otto Agung) meneruskan perjuangan ayahnya dan bahkan mampu meningkatkannya. Otto menempatkan saudara dan putranya dalam jabatan tertentu sebagai pendukung, Otto juga memanfaatkan gereja untuk membantunya berkuasa. Meminta Paus menggelarinya sebagai Kaisar Romawi Suci merupakan salah satu upayanya. Namun upaya ini juga meliputi penguasaan kembali Italia, mengingat Italia dan Jerman pernah bersatu dalam Kekaisaran Romawi Suci, dan berusaha menciptakan kembali kekaisaran. Otto bahkan menikahi seorang bangsawan Italia bernama Adelaide.
Putra Otto juga dinamai Otto. Ia berkuasa setelah ayahnya meninggal pada 973 M. Untuk menunjukkan betapa kuatnya Kekaisaran Romawi Suci, Otto muda ini menikahi seorang putri Bizantium, Theophano. Ketika Otto II mati muda, putranya yang bernama Otto III baru berusia tiga tahun, seingga Theophani memerintah sebagai walinya. Otto III meninggal pada 1002 M, dan para bangsawan Jerman bersikeras untuk memilih raja berikutnya. Akan tetapi Henry II masih berasal dari keluarga Saxon yang sama. Penerusnya yang terpilih, Conrad II, juga merupakan kerabat Otto,. Mereka berdua, beserta putra Conrad, yaitu Henry III (1039-1056 M), tetap meneruskan kebijakan yang sama yaitu memerangi Polandia dan berupaya menguasai Italia, sambil tetap memanfaatkan gereja sebagai administratornya.