Abad Pertengahan/Sejarah/Bizantium/Konstas
Anak-anak Heraklieos, Heraklonas dan Herakleios Konstantinos, mewarisi tahta setelah Herakleios meninggal pada 641 M. Mereka hanya bertahan selama beberapa tahun. Herakleios Konstantinos meninggal dalam setahun, dan putranya Konstantinos (biasanya disebut Konstas II) menggantikannya meskipun ia baru berusia sebelas tahun. Setelah itu Heraklonas juga digulingkan, sehingga Kekaisaran dipimpin oleh para penasehat Konstas kecil, akibatnya pemerintahan tidak kuat, apalagi saat itu Kekaisaran memang sedang lemah. Umayyah tidak hanya berhasil mempertahankan wilayah yang mereka rebut (Syria, Lebanon, Yordania, Israel, dan Mesir), melainkan menaklukan lebih banyak tempat lagi, merangsek menguasai Afrika Utara hingga Kartago.
Khalifah Mu'awiyah menyadari bahwa Kekhalifahan Islam membutuhkan kapal perang untuk menaklukan Konstantinopel, maka ia mulai membangun armada. Mu'awiyah pertama-tama menyerang Pulau Siprus pada 649 M untuk mengetahui kekuatan armada Romawi. Mu'awiyah berhasil dalam serangan itu, bahkan ia melanjutkan dengan merebut Pulau Rhodes dan Kreta. Konstas menyearng balik namun secara telak dikalahkan. Beruntung bagi Romawi, dalam saat yang berbahaya ini, dinasti Umayyah mulai menderita perang saudara antara Mu'awiyah dan Ali, jadi mereka berhenti menyerang Romawi untuk sementara.
Konstas memanfaatkan waktu untuk melawan bangsa Slav di Yunani, Serbia Bosnia. Ia lebih sukses dalam perang ini. Untuk memastikan putranya menjadi kaisar, Konstas memaksa saudaranya, Tiberius, menjadi biarawan lalu kemudian membunuhnya. Namun pembunuhan ini, ditambah dengan kampanye militer gagal melawan bangsa Lombard di Italia, menjadikan reputasinya buruk hingga ia dibunuh pada 668 M dalam usia 37 tahun. Pemberontakan dengan segera dihentikan, dan putra Konstas, Konstantinos IV menjadi kaisar.