Yunani Kuno/Pemerintahan/Korinthos
Korinthos adalah kota di perbatasan antara Yunani selatan dengan Yunani utara. Kota ini jelas adalah kota Mykenai, karena banyak tembikar Mykenai ditemukan di Korinthos. Dalam mitologi Yunani, Korinthos pernah ditinggali oleh Iason dan Medeia. Pada Zaman Kegelapan, Korinthos mengalami kemunduran seperti kota-kota Yunani lainnya. Pada periode Arkaik awal, sekitar tahun 900 SM, Korinthos kembali berkembang. Seperti Athena, Korinthos tak lagi diperintah oleh raja sejak berakhirnya Zaman kegelapan, sebagai gantinya, kota ini diperintah oleh sekelompok orang kaya yang berkuasa dalam sistem oligarki.
Seusai Zaman Kegelapan, orang Yunani mulai banyak terlibat dalam perdagangan. Orang-orang memperdagangkan guci, minyak zaitun, anggur, gandum, gelas, minyak wangi, bulu, dan barang-barang lainnya dari dan ke Asia Barat, Yunani, dan Italia. Beberapa jenis benda diperdagangkan melalui kapal-kapal Fenisia, beberapa lainnya menggunakan kapal-kapal Yunani. Banyak dari kapal ini melewati Korinthos, karena kota ini terletak pada jalur antara Asia Barat dan Italia. Orang menggunakan jalur derek untuk menarik kapal melewati celah daratan sempit yang memisahkan dua pelabuhan Korinthos. Banyak perdagangan darat juga melalui Korinthos, yang ketika itu menjadi jalur utama antara Yunani utara dan selatan.
Sekitar tahun 800 SM, orang Korinthos mulai membuat barang-barang untuk dijual kepada para pedagang yang sering berlabuh di pelabuhan mereka. Mereka membuat minyak wangi, serta pot kecil sebagai wadahnya. Untuk beberapa waktu, pot buatan Korinthos menjadi terkenal, dan orang Korinthos menjadi kaya dari perdagangan itu.
Pada tahun 800-an dan 700-an SM, Korinthos menjadi sangat kaya dari perdagangan minyak wangi dalam pot kecil mewah, serta dari perdagangan guci. Namun pada akhir tahun 700-an SM, orang Athena mulai ikut membuat tembikar mewah juga, sehingga terjadi persaingan antara dua kota ini. Pada akhirnya, sekitar tahun 550 SM, orang Athena bisa dibilang telah mengambil alih keunggulan atas pasar tembikar, dan Korinthos berhenti menghentikan penjualan tembikar mereka.
Namun Korinthos tetap menjadi pelabuhan penting, sehingga kota ini tetap kaya. Beberapa bukti terawal mengenai tiran dan hoplites berasal dari kota ini, sekitar tahun 650 SM. Korinthos tidak pernah benar-benar mengembangkan pemerintahan yang sepenuhnya demokratis, namun pada tahun 400-an SM, ada semacam dewa konstitusi yang mengelola segala sesuatu. Korinthos adalah tempat diselenggarakannya Pesta Olahraga Isthmos, yang mirip dengan Olimpiade.
Selama Perang Yunani-Persia, Korinthos kurang lebih mengikuti Sparta, begitu juga dalam Perang Peloponnesos, ketika Korinthos membantu Sparta dan mengirimkan banyak tentara dan uang untuk melawan Athena. Seusai Perang Peloponnesos, pada tahun 300-an SM, Korinthos terlibat dalam beberapa perang kecil. Setelah Sparta mengalami kemunduran, Korinthos mendirikan perkumpulannya sendiri, yang disebut Liga Korinthos. Akan tetapi, sekitar tahun 338 SM, Korinthos ditaklukan oleh raja Philippos dari Makedonia, yang ketika itu juga menaklukan banyak kota Yunani lainnya.
Setelah Makedonia menaklukan Korinthos pada tahun 338 SM, Korinthos tak lagi menjadi sekuat sebelumnya, namun kota ini tetap menjadi pelabuhan penting pada periode Hellenistik.
Setelah Romawi menaklukan Yunani pada tahun 100-an SM, mereka membumihanguskan kota Korinthos sepenuhnya pada tahun 146 SM.
Seratus tahun setelah penghancuran itu, yaitu pada tahun 44 SM, Julius Caesar membangun kembali Korinthos seabgai kota Romawi. Pemerintah Romawi membangun banyak bangunan baru di Korinthos dengan gaya Romawi. Pendakwah Kristen awal, yakni Santo Paulus, mengunjungi Korinthos sekitar tahun 50 SM, dan memberikan serangkaian khotbah di sana untuk membuat orang Korinthos memeluk agama Kristen. Korinthos bertahan sebagai kota Romawi selama masa Kekaisaran Romawi, meskipun kota ini perna dijarah oleh orang Heruli pada tahun 267 M, dan oleh Alaric orang Visigoth pada tahun 395 atau 396 M. Alari sendiri menjadikan banyak penduduk Korinthos sebagai budak. Korinthos masih tetap ada pada masa Kekaisaran Bizantium, meskipun sempat diguncang gempa hebat pada tahun 521 M dan mengalami kerusakan berat. Pada tahun 1400-an Korinthos dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, dan sejak itu tak lagi menjadi kota yang penting.