Yunani Kuno/Pemerintahan/Sparta

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Wilayah kekuasaan Sparta

Sparta adalah sebuah kota di Yunani selatan. Kota ini sudah ada sejak Zaman Perunggu Akhir, dan muncul dalam naskah Odisseya karya Homeros sebagai kerajaan yang dipimpin oleh raja Menelaos dan ratu Helene. Selama Zaman Kegelapan, Sparta mengalami kemunduran seperti kota-kota Yunani lainnya. Pada periode Arkaik awal, sekitar tahun 900 SM, Sparta mulai berkembang kembali. Meskipun pada masa ini sebagian besar kota Yunani tak lagi diperintah oleh raja, Sparta tetap mempertahankan jabatan raja, bahkan Sparta dipimpin oleh dua orang raja secara bersamaan.

Perubahan besar terjadi dalam sejarah Sparta sekitar tahun 700 SM, ketika Sparta menaklukan suku Messenia yang tinggal di dekat mereka. Sparta memperbudak orang Messenia dan menyebut mereka helot. Sejak saat itu, orang Messenia harus menyerahkan sebagian hasil panen mereka kepada Sparta. Orang Sparta memperlakukan helot dengan buruk, mereka seringkali memukul, menganiaya, dan membunuh para helot, bahkan seringkali tanpa alasan yang jelas. Sementara itu, dengan tersedianya pasokan pangan dari pertanian Messenia, para pria Sparta tak perlu lagi bertani sehingga mereka dapat sepenuhnya berfokus untuk pelatihan pertempuran.

Ketika berusia tujuh tahun, anak lelaki Sparta harus meninggalkan rumah dan tinggal di asrama bersama anak-anak lainnya yang semumurannya. Di sana mereka terus-menerus melatih kekuatan fisik dan kemampuan tempur untuk menjadi prajurit yang hebat. Mereka belajar cara menggunakan tombak dan pedang. Untuk membuat mereka menjadi tangguh, para instruktur mereka tidak pernah memberikan makanan, pakaian, atau selimut yang cukup. Bahkan setelah dewasa dan menikah, para pria Sparta tetap harus makan bersama para prajurit lainnya, bukan bersama keluarga mreka.

Patung marmer hoplites dari Sparta

Para gadis Sparta tinggal di rumah bersama orang tua dan tidak pergi ke asrama. Meskipun begitu, mereka tetap harus melatih kekuatan fisik mereka. Mereka juga dilatih menunggang kuda, menenun, dan memintal.

Karena disiplin militer yang ketat, pasukan Sparta menjadi pasukan yang disegani dan merupakan salah satu pasukan terhebat di Yunani kuno. Namun untuk menjaga perbudakan orang Messenia, Sparta harus menempatkan pasukan mereka tak jauh dari daerah kekuasaannya, karena orang Messenia seringkali memberontak dan berusaha membebaskan diri, terutama jika pasukan Sparta sedang bertugas di tempat yang jauh.

Ketika Persia menyerang Yunani pada tahun 490 SM, Sparta menolak menyerah ataupun bersekutu dengan Persia. Namun mereka juga tak ikut mengirimkan pasukan ketika orang Athena menghadapi invasi Persia di Marathon, karena ketika itu Sparta sedang menyelenggarakan festival keagamaan. Oleh karena itu, ketika Persia kembali menyerang pada tahun 480 SM, Sparta ingin menunjukkan bahwa mereka lebih hebat dari orang Athena. Mereka mengirim beberapa ratus tentara untuk memeprtahankan celah Thermopylae. Menghadapi pasukan Persia yang berjumlah jauh lebih banyak, pasukan Sparta berjuang mati-matian selama beberapa hari sebelum akhirnya dibantai oleh Persia. Pada bentrokan lainnya melawan Persia, yaitu Pertempuran Plataia, pasukan Sparta kembali menunjukkan kemampuan dan keberanian mereka.

Setelah Perang Yunani-Persia usai, pasukan Persia kembali pulang meskipun pasukan Yunani lainnya melakukan serangan balik ke Persia. Salah satu penyebabnya adalah karena pasukan Sparta merasa tak puas dipimpin oleh jenderal Athena. Alasan lainnya adalah bahwa pasukan Sparta harus menjaga negara mereka supaya tidak terancam oleh pemberontakan helot.

Pada tahun 441 SM, Sparta merasa bahwa Athena sudah terlalu mendominasi Yunani dan banyak bertindak semena-mena. Sparta lalu membentuk persekutuan dengan negara-negara kota lainnya, salah satu sekutu Sparta yang kuat adalah Korinthos, dan bersama-sama mereka menyerang Athena untuk mendobrak dominasi Athena. Konflik ini disebut Perang Peloponnesos, karena Sparta berada di wilayah Yunani yang disebut Peloponnesos.

Reruntuhan teater di Sparta

Pada awalnya, Sparta terus terdesak oleh Athena dalam perang ini, namun kemudian Athena ditimpa wabah penyakit sehingga Sparta akhirnya mulai memperoleh keunggulan. Sparta bahkan mengalami lebih banyak kemenangan setelah dinasehati oleh seorang Athena bernama Alkibiades. Dia menyarankan Sparta untuk membentuk angkatan laut. Pada akhirnya, Sparta memenangkan Perang Peloponnesos. Pada tahun 404 SM, pasukan Sparta memasuki Athena dan menghancurkan dinding pertahanan di sekeliling kota Athena.

Namun kejayaan Sparta tidak berlangsung terllau lama. Pada tahun 369 SM, pasukan Thebes menyerbu Peloponnesos dan membantu membebaskan orang Messenia dari perbudakan Sparta. Orang Messenia pun kembali memiliki negara sendiri. Ini membuat para lelaki Sparta harus kembali bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Akibatnya mereka tak lagi dapat berlatih bertempur seperti dulu, sehingga pasukan Sparta tak lagi sehebat dan setangguh dulu. Sparta pada masa ini hanyalah kota kecil dengan kekuasaan yang tak terlalu besar.

Setelah itu Sparta tak mampu lagi mempertahankan kemerdekaannya, mereka berturut-turut dikuasai oleh Liga Akhaia, Republik Romawi, Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bizanitum, dan akhirnya pada tahun 1460 kota ini ditaklukan oleh Kesultanan Utsmaniyah.